Share

Makan Diluar

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-01-06 22:34:55

"Nanti habis magrib ya keluarnya, kalau sekarang keluar tanggung," kata Ahmad mencoba memberi pengertian pada istrinya yang sedang hamil besar.

"Aku pengennya sekarang." Indah benar-benar keras kepala.

"Sebentar lagi azan magrib, kata orang tua, ibu hamil jangan keluyuran kalau azan magrib, pamali. Menunggu setelah azan magrib." Ahmad berusaha membujuk istrinya yang kekanak-kanakan.

Indah masih merajuk, ia cemberut dengan mengerutkan bibirnya. Ahmad yang menatap Indah menjadi sangat kesal.

"Ya sudah, kalau masih ngeyel dan merajuk mending nggak usah keluar sekalian. Makan yang ada saja. Kamu nggak mau makan ya nggak apa-apa, yang merasakan sakit itu kan kamu bukan aku." Ahmad pun merebahkan tubuhnya di kasur, mereka berdua saling memunggungi.

"Ya Allah, alangkah besarnya cobaanku ini. Mendapatkan istri yang tidak bisa mengerti tapi maunya dimengerti. Apakah ini karmaku karena sering menyakiti hati Novi?” Ahmad bermonolog dalam hati.

Indah terdiam mendengar kata-kata Ahmad.

“Benar j
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Peka

    "Sudah kenyang?" tanya Ahmad. Ia melihat piring Indah dan piringnya sudah bersih di makanan.Indah mengangguk dan tersenyum dengan lebar. "Kenyang sekali, Mas.""Aku bayar dulu ya?" kata Ahmad sambil beranjak dari tempat duduknya.Ahmad pun berjalan menuju ke kasir untuk membayar makanan."Mas Ahmad? Dengan siapa kesini?" tanya seorang laki-laki.Ahmad pun menoleh ternyata Farel yang juga antri di kasir. "Eh, Mas Farel. Makan disini juga ya?" jawab Ahmad dengan ramah. Walaupun sebenarnya ia tidak suka melihat Farel."Iya, Mas. O ya Mas Ahmad, saya kok penasaran. Apa hubungan Pak Harno dengan Mbak Novi? Apakah masih saudara? Kelihatannya Pak Harno sangat mencemaskan Mbak Novi," tanya Farel.Belum sempat menjawab, muncul seorang perempuan mendekati mereka. "Mas, kok lama sekali?" tanya Indah.Farel memandang ke arah Indah yang perutnya terlihat membesar. Farel sudah menebak kalau ini adalah istrinya Ahmad."Eh, iya. Antri tadi," jawab Ahmad dengan gelagapan."Oh, istrinya Mas Ahmad y

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Gagal Total

    Pagi hari Novi sudah sibuk di dapur mau membuat minuman dan memasak."Nov, kenapa kamu nggak istirahat saja. Kamu kan belum pulih," kata Bu Murni. "Berbaring terus malah membuat punggung terasa panas," kilah Novi."Ibumu itu benar, kamu istirahat saja. Kalau capek berbaring ya duduk." Pak Budi menimpali ucapan Novi.Akhirnya Novi mengalah, ia pun duduk berhadapan dengan bapaknya. "Hari ini warung jadi buka?" tanya Pak Budi."Iya, Pak. Sudah beberapa hari tutup, nanti malah pelanggannya kabur. Biar Yanti juga ada kegiatan. Tadi Yanti sudah berbelanja ke pasar.""Terserah kamu, asal kamu jangan terlalu capek. Kamu masih butuh istirahat. Uang itu masih bisa dicari kapan saja, tapi kesehatan lebih mahal daripada uang. Kamu punya uang banyak-banyak percuma kalau kamu nggak sehat." Pak Budi memberikan wejangan panjang pada anak bungsunya."Iya, Pak." Novi hanya mengiyakan saja ucapan bapaknya. Tidak berani membantahnya.Terdengar suara orang mengucapkan salam, Dina yang sudah bersiap bera

    Last Updated : 2025-01-08
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tetaplah Baik

    "Ternyata ramai sekali tempat ini, memang enak sih ayam gepreknya," kata Indah dalam hati sambil melihat di sekelilingnya. Ia pun memainkan ponselnya dan sesekali selfie.Sekitar lima menit menunggu, akhirnya pesanan Indah pun datang. Ia tadi memesan dua porsi ayam geprek pedas dan es jeruk.Indah yang dari tadi sudah menahan air liur, begitu melihat makanan pesanannya, ia pun segera menyantap makanan itu. Perempuan yang sedang hamil besar itu dengan lahapnya menyantap ayam geprek. Tidak memperdulikan keadaan di sekelilingnya. Semua orang yang ada disitu memang sedang asyik dengan makanannya masing-masing, jadi tidak melihat Indah yang makan seperti orang yang sangat kelaparan.Sesekali Indah menyeka keringat yang mengalir dari dahinya. Pedasnya sambal ayam geprek, tidak menyurutkan keinginannya untuk menghabiskan makanan di hadapannya. Indah tidak menyadari, jika ada sepasang mata yang mengawasinya. Pemilik mata itu adalah Wahyu, teman kerja Ahmad. Wahyu memang sedang membeli ayam g

    Last Updated : 2025-01-08
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kagum atau Suka?

    Kondisi tubuh Novi sudah pulih, ia pun sudah mulai membantu Yanti di warung. Tadi malam keluarga Alvaro sudah berkunjung ke rumah Novi. Tentu saja mereka datang untuk bersilaturahmi dan meminta maaf atas kelalaian Alvaro, sehingga membuat Novi terluka. Pak Budi menyambut baik niat keluarga Alvaro, baginya yang terpenting Novi sudah sehat lagi.Pagi ini Novi sedang membuat sambal untuk ayam gepreknya. Sedangkan Bu Murni membantu menggoreng ayam dan memasak sayur asem. Hari ini ada pesanan ayam geprek tiga puluh porsi yang akan diambil jam sebelas nanti. Yanti sedang membersihkan warung, sambil menunggu ayam dan sambalnya selesai dibuat. Ia sangat bersemangat kerja disini, Novi begitu baik padanya dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Keluarganya Novi juga bersikap baik dengannya, tidak memperlakukannya seperti anak buah, tapi kayaknya partner kerja. Gajinya pun lumayan, jadi ia bisa menabung."Sudah selesai beres-beres, Yan?" tanya Novi."Sudah Mbak," sahut Yanti sambil membuka

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menginterogasi

    "Al, kamu tadi pulang sekolah mampir kemana?" tanya Farel ketika ia masuk ke kamar adiknya.Farel yang sedang asyik bermain game, menoleh sebentar ke arah kakaknya."Jalan." Alvaro menjawab dengan singkat, kemudian melanjutkan bermain game."Jalan kemana?" tanya Farel, kemudian duduk di tempat tidur, mendekati Alvaro."Jalan sama teman-teman.""Kemana?" selidik Farel."Mas kok sekarang kayak Mama saja, suka menginterogasi." Alvaro tampak kesal dengan kakaknya."Kamu sudah kelas dua belas, sebentar lagi mau kuliah. Kurangi waktu bermain, lebih serius lagi dalam berpikir dan bertindak, demi masa depan kamu." Farel menasehati Alvaro.Alvaro merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, kakak pertamanya Monica dan kakak keduanya Farel. Monica sudah menikah dan memiliki dua orang anak, suaminya seorang pengusaha kaya. Sedangkan Farel seorang kontraktor dengan usia matang, tapi belum menikah. Alvaro bukan anak yang nakal atau bandel, hanya saja ia terbiasa hidup manja dengan fasilitas yang l

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menikmati Hidup

    Siang ini Indah mau pergi ke warung geprek lagi, ia menjadi ketagihan makan di warung Novi. Ini sudah keempat kalinya ia makan disini dan belum pernah bertemu dengan Novi.Sesampai di warung geprek, Indah memesan makanan."Mbak, seperti biasa ya, ayam geprek dua porsi," kata Indah pada Yanti."Siap, Mbak." Yanti menyahut sambil menyiapkan ayam pesanan orang. Indah pun tersenyum, kemudian memilih tempat yang nyaman. Sambil menunggu makanannya, ia melihat di sekeliling warung yang cukup ramai. Ada yang makan di tempat, ada juga yang memilih membawa pulang makanannya."Silahkan, Mbak," kata Yanti yang datang dengan membawa makanan pesanan Indah.Indah tampak tersenyum bahagia melihat makanan ada di depannya."Terima kasih," sahut Indah yang kemudian langsung menyantap makanan itu. Indah sangat menikmati makanan itu, tidak mempedulikan keringat yang mulai tampak di wajahnya. Sesekali ia minum air putih yang ada, untuk mengurangi rasa pedas yang mendominasi mulutnya. Tak terasa piringnya

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pikiran Licik

    Sampai dirumah Indah masih sangat kesal dengan kejadian tadi. Kejadian saat ia bertemu dengan Novi. Ia belum tahu kalau warung geprek itu milik Novi. Indah masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring. Perutnya yang semakin membesar membuatnya mudah lelah, apalagi ia tadi emosi. Kekesalan hatinya membuat tubuhnya menjadi sangat lelah."Huh, kenapa sih perempuan itu muncul lagi di kehidupanku. Membuatku kesal saja. Lihat saja Novi, nanti kalau anakku sudah lahir, pasti akan menggantikan posisi anak-anakmu. Bapak dan Ibu akan lebih menyayangi anakku. Akan aku buat mereka melupakan anak-anak Novi." Indah bermonolog dalam hati sambil mengelus-elus perutnya."Sehat-sehat ya Nak. Pasti nanti kamu menjadi kesayangan kakek dan nenek. Kamu akan hidup penuh dengan kemewahan. Apapun keinginanmu pasti akan dipenuhi. Karena kamu adalah cucunya. Kalau sampai ayahmu pilih kasih dan lebih menyayangi anak-anak Novi, Ibu adalah orang pertama yang akan selalu membelamu." Indah masih mengelus-elus perutny

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengagumi

    "Mas!" teriak Indah.Ahmad sangat terkejut mendengar teriakan Indah."Kenapa sih kamu teriak-teriak. Aku belum budek." Gantian Ahmad yang berteriak.Indah langsung terdiam dibentak oleh Ahmad."Kenapa sih Mas kok kayak gitu? Aku menyebut nama Novi, Mas langsung melamun. Pasti memikirkan Novi, iya kan? Jangan-jangan selama ini kamu masih memikirkannya. Apa kamu masih mencintainya, Mas?" teriak Indah.Ahmad hanya diam, ia malas untuk berdebat dengan Indah karena pasti ia yang akan disalahkan oleh Indah. Baginya lebih baik diam."Kenapa diam saja? Apa sih menariknya Novi? Aku juga bisa berdandan seperti dia. Dulu aku bahkan jauh lebih cantik dari Novi. Sekarang aku jadi begini gara-gara kamu. Kamu tidak mampu membiayai semua perawatanku. Uang dari kamu hanya cukup untuk makan saja." Indah nyerocos tanpa henti, Ahmad hanya diam dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak terlalu mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh Indah. "Kenapa diam saja, Mas!" bentak Indah."Bagaimana aku mau ber

    Last Updated : 2025-01-11

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Jodohnya Sendiri

    Novi hanya menatap mereka yang sibuk mencari permainan lain. Hatinya masih terasa sakit dengan sikap Irma. Novi memang sudah biasa dihina dan direndahkan orang, tapi yang dilakukan Irma tadi benar-benar menyakiti hatinya karena dilakukan di depan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya Dina dan Haikal belum paham dengan apa yang terjadi, tetap saja Novi merasa dipermalukan.Novi menunduk sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Kejadian ini tidak luput dari perhatian Farel. Walaupun ia sedang mendampingi Haikal dan Dina bermain, tapi pandangan matanya tidak lepas dari sosok yang dicintainya itu."Maafkan aku, Novi. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi," kata Farel dalam hati.Sementara itu, di mobil Pak Dewa sedang terjadi perdebatan. Tentu saja perdebatan antara Pak Dewa dan Irma."Mama nggak boleh bersikap seperti itu? Kayak orang nggak berpendidikan." Pak Dewa mengomel."Enak saja Papa bilang seperti itu! Yang Mama lakukan tadi benar. Mama kecewa dengan Farel! Farel pasti di

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Luka Tak Berdarah

    "Pacaran kok di tempat umum. Atau memang sengaja mau membuat pengumuman?" ledek Alvaro yang masih saja tampak cengengesan. Orang yang berdehem tadi memang Alvaro."Kami nggak pacaran, Al. Tapi sedang membicarakan tentang pernikahan" kata Farel."Alhamdulillah. Akhirnya ada kabar bahagia juga. Kapan rencananya?" tanya Alvaro."Insyaallah akhir bulan ini atau awal bulan depan."Novi kaget mendengar ucapan Farel, berarti hanya tiga Minggu lagi. Sedangkan ia belum tahu apapun tentang rencana itu."Eh, bukan seperti itu. Mas Farel ini bercanda," kilah Novi."Tapi aku lebih percaya ucapan Mas Farel, Mbak. Karena Papa sudah bilang sama aku," sahut Alvaro."Papa? Memang Papa bilang apa?" tanya Farel penasaran."Ada deh! Intinya kata Papa sebentar lagi Mas Farel mau menikah dengan Mbak Novi." Alvaro berkata penuh kemenangan karena berhasil membuat Farel dan Novi penasaran."Memang Mas Farel cerita apa dengan Pak Dewa?" tanya Novi penuh selidik."Bukan Pak Dewa, tapi Papa. Kamu harus terbiasa m

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jalan-jalan

    "Sudah siap? Ayo berangkat," kata seseorang yang membuat Novi berdebar-debar tidak karuan.Seseorang itu yang beberapa hari ini selalu ada dalam pikirannya. Ia masuk ke dalam rumah bersama dengan Pak Budi. Ia tampak gagah dengan pakaian casualnya yang terlihat sangat sederhana. Pak Budi tampak tersenyum. "Maaf, Mas. Aku dan anak-anak mau pergi," kata Novi."Iya, aku tahu. Makanya aku ngajak berangkat sekarang." Farel menjawab dengan tersenyum."Mbah Kung, ayo ikut," ajak Haikal."Mbah Kung dirumah sama Mbah Uti, nungguin warung. Kasihan kalau Bulek Yanti sendirian yang nungguin," kata Pak Budi."Tapi…." Belum selesai Novi berbicara sudah dipotong sama Pak Budi. "Buruan berangkat, kasihan Haikal sudah tidak sabar. Nak Farel, titip Novi dan anak-anaknya ya? Tolong jagain mereka di mall nanti," kata Pak Budi pada Farel."Siap, Pak. Saya akan menjaga mereka dengan sepenuh hati." Farel mantap sekali menjawabnya."Kami pergi dulu, Pak, Bu," pamit Farel.Pak Budi dan Bu Murni mengangguk. F

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menunggu Jawaban

    "Nggak usah ngegombal Mas. Aku bukan ABG yang mudah termakan rayuan. Perlu Mas ingat kalau aku ini seorang janda.""Bukan merayu, aku serius. Apa salahnya dengan status janda. Aku punya niat baik. Ingin membangun rumah tangga bersamamu dan mendampingi anak-anak sampai mereka sukses.""Mas, ingat, aku ini seorang janda dan punya anak dua. Seperti kata Nada, aku harus sadar diri. Apakah Mas sudah paham bagaimana resikonya menikahi seorang janda?" tanya Novi."Aku sudah sangat paham. Mengenai Nada, nggak usah kamu pikirkan. Sudah aku katakan kalau aku tidak punya hubungan spesial dengan Nada.""Assalamualaikum." Terdengar suara Dina mengucapkan salam. Farel dan Novi pun menoleh ke arah Dina."Waalaikumsalam Dina. Sudah pulang sekolah ya?" tanya Farel."Iya, Om." Dina mendekati Farel yang bersalaman dengan Farel."Dina mau ke kamar ya, Om." Dina berpamitan dengan Farel.Farel mengangguk, Dina pun melangkah keluar dari ruang tamu untuk menuju ke kamar."Tolong pikirkan semua ucapanku tadi.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kesempatan

    "Berarti Mas Alif sudah bercerai dengan Mbak Vera ya?" Novi hanya berkata dalam hati. Ia tidak berani bertanya langsung pada Alif, nanti dikira tidak tahu informasi ini. Padahal memang Novi tidak tahu sama sekali. Kakek dan neneknya Haikal juga tidak pernah bercerita dengan Novi. Sejak kejadian Vera yang mengalami kecelakaan itu, Novi memang belum pernah bertemu dengan Vera. Beberapa kali ia bertemu dengan Alif, Alif tidak pernah bercerita dengannya. Mungkin Alif malu mau menceritakan masalah rumah tangga dengan Novi, karena Novi sendiri juga punya masalah."Selamat ya Mas! Semoga selalu bahagia." Farel mengucapkan selamat pada Alif."Terima kasih, semoga kalian berdua juga segera menyusul," sahut Alif."Amin! Semoga disegerakan." Ucapan Farel membuat Novi menjadi semakin bingung."Mimpi apa aku semalam, kok hari ini banyak sekali kejutan yang aku alami," kata Novi dalam hati."Tuh Nov, nggak usah lama-lama. Haikal juga sudah akrab dengan Mas Farel." Alif menimpali. Farel tersenyum.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Disegerakan

    "Mas Alif sudah kenal dengan Mas Farel ya?" tanya Novi ketika melihat Alif dan Farel saling bertegur sapa."Mas Farel ini pelanggan tetap di toko Bapak. Tentu saja aku kenal dengannya. Seorang kontraktor muda, mapan dan sukses. Hanya saja kok aku belum dapat kabar bahagia dari Mas Farel ya?" Alif berusaha menggoda Farel. Farel malah bingung sendiri."Maksudnya Mas?" tanya Farel."Nggak tahu atau pura-pura nggak tahu nih.""Beneran nggak tahu, Mas," sahut Farel."Maksudnya, ditunggu undangannya, Mas. Kira-kira kapan mau menikah, jangan terlalu pilih-pilih, yang penting akhlaknya bagus. Cantik itu relatif. Buat apa cantik kalau malah nggak bisa ngurus keluarga, sibuk dengan segala arisan.""Wah ada yang curhat nih," ledek Farel."Pernah mengalami, hehe." Alif berkata sambil tertawa. Farel pun ikut tertawa. Novi hanya mendengarkan saja obrolan dua lelaki itu. "Masalah jodoh, sedang diusahakan, Mas. Doakan saja biar disegerakan." Farel menjawab pertanyaan dari Alif tadi."Tapi harus dike

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Layu Sebelum Berkembang

    "Bingung mau menjawabnya, Mas. Kalau aku bilang tidak, eh tahu-tahu besok jodohku datang. Mau bilang iya tapi kok seperti sudah kebelet nikah, hihi. Yang jelas, aku mengikuti air yang mengalir saja. Kalau memang masih ada jodoh, ya akan aku jalani." Novi menjawab dengan diplomatis. Alif tersenyum mendengar jawaban Novi yang terkesan malu-malu."Kamu masih muda, hidupmu masih panjang. Kamu butuh pendamping untuk menemanimu membesarkan anak-anak, walaupun ada ayahnya. Setidaknya ada teman untuk berkeluh kesah." Alif berkata sambil memperhatikan Haikal yang asyik memainkan mainannya. Jantung Novi dari tadi terus bergemuruh, ia menjadi malu dan tersipu mendengar kata-kata Alif. "Kalau kamu mau mencari pendamping hidup, carilah yang mau menerima anak-anak. Terserah mau duda atau single. Jangan marah atau tersinggung kalau aku berkata seperti ini, aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri. Walaupun hubungan pernikahanmu dengan Ahmad sudah berakhir, tapi hubungan persaudaraan kita tidak

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merendahkan Orang Lain

    "Tapi dia itu seorang janda, kok kayak Farel sudah nggak laku aja. Dia kan bisa mencari perempuan lain, yang masih gadis dan sepadan dengan kita. Jangan-jangan waktu Alvaro menabrak perempuan itu sebenarnya disengaja oleh janda itu ya? Biar ia bisa dekat dengan Farel. Benar-benar cara murahan!" Irma berkata dengan nyerocos sambil mengomel."Satu lagi, Pa! Apa kata orang kalau sampai Farel menikah dengan janda itu? Mau ditaruh dimana muka Mama ini?" lanjut Irma dengan suara yang cukup tegas dengan emosi."Memangnya Mama mau menaruh muka Mama dimana? Oh kalau enggak, taruh saja di rumah. Jadi kalau Mama pergi ngemall, nggak usah bawa muka, kan nggak bakal malu." Pak Dewa berkata sambil tersenyum."Pa, Mama ini ngomong serius. Kok jawabnya kayak gitu." Irma tampak kesal mendengar jawaban suaminya yang menurutnya main-main dan tidak serius."Papa juga ngomong serius! Mama jangan suka menuduh orang sembarangan. Nggak mungkin Novi sengaja menabrakkan diri ke mobil Alvaro. Lagipula kenapa me

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Ikhlas

    "Jadi selama ini aku mengidolakan ayam gepreknya Novi? Pantas saja waktu itu aku bertemu dengannya disana. Kok bisa-bisanya mereka menyembunyikan semuanya dariku. Awas saja kalau mereka masih menyebut-nyebut nama Novi di depanku. Aku akan membuat perhitungan." Indah hanya bisa berkata dalam hati, ia tidak berani lagi membantah kata-kata suami dan mertuanya.Setelah pertengkaran hebat waktu itu, Ahmad memang sudah berniat untuk berpisah dengan Indah. Tentu saja Indah tidak mau, karena kalau mereka berpisah, Indah pasti terusir dari rumah yang sudah beberapa bulan ini mereka tempati.Waktu itu Indah bersujud di kaki Ahmad untuk meminta maaf. Sebenarnya Ahmad sudah tidak mau lagi hidup bersama dengan Indah. Tapi Pak Harno dan Bu Wulan membujuk Ahmad, supaya memberinya kesempatan lagi. Akhirnya Ahmad pun mau memberinya kesempatan karena ia memikirkan nasib Salsa."Kenapa mesti nama Novi muncul lagi di dalam rumah tanggaku? Aku sudah sangat muak mendengar nama Novi. Tapi apa dayaku?" Indah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status