Share

Gagal Total

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-01-08 20:07:30

Pagi hari Novi sudah sibuk di dapur mau membuat minuman dan memasak.

"Nov, kenapa kamu nggak istirahat saja. Kamu kan belum pulih," kata Bu Murni.

"Berbaring terus malah membuat punggung terasa panas," kilah Novi.

"Ibumu itu benar, kamu istirahat saja. Kalau capek berbaring ya duduk." Pak Budi menimpali ucapan Novi.

Akhirnya Novi mengalah, ia pun duduk berhadapan dengan bapaknya.

"Hari ini warung jadi buka?" tanya Pak Budi.

"Iya, Pak. Sudah beberapa hari tutup, nanti malah pelanggannya kabur. Biar Yanti juga ada kegiatan. Tadi Yanti sudah berbelanja ke pasar."

"Terserah kamu, asal kamu jangan terlalu capek. Kamu masih butuh istirahat. Uang itu masih bisa dicari kapan saja, tapi kesehatan lebih mahal daripada uang. Kamu punya uang banyak-banyak percuma kalau kamu nggak sehat." Pak Budi memberikan wejangan panjang pada anak bungsunya.

"Iya, Pak." Novi hanya mengiyakan saja ucapan bapaknya. Tidak berani membantahnya.

Terdengar suara orang mengucapkan salam, Dina yang sudah bersiap bera
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tetaplah Baik

    "Ternyata ramai sekali tempat ini, memang enak sih ayam gepreknya," kata Indah dalam hati sambil melihat di sekelilingnya. Ia pun memainkan ponselnya dan sesekali selfie.Sekitar lima menit menunggu, akhirnya pesanan Indah pun datang. Ia tadi memesan dua porsi ayam geprek pedas dan es jeruk.Indah yang dari tadi sudah menahan air liur, begitu melihat makanan pesanannya, ia pun segera menyantap makanan itu. Perempuan yang sedang hamil besar itu dengan lahapnya menyantap ayam geprek. Tidak memperdulikan keadaan di sekelilingnya. Semua orang yang ada disitu memang sedang asyik dengan makanannya masing-masing, jadi tidak melihat Indah yang makan seperti orang yang sangat kelaparan.Sesekali Indah menyeka keringat yang mengalir dari dahinya. Pedasnya sambal ayam geprek, tidak menyurutkan keinginannya untuk menghabiskan makanan di hadapannya. Indah tidak menyadari, jika ada sepasang mata yang mengawasinya. Pemilik mata itu adalah Wahyu, teman kerja Ahmad. Wahyu memang sedang membeli ayam g

    Last Updated : 2025-01-08
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kagum atau Suka?

    Kondisi tubuh Novi sudah pulih, ia pun sudah mulai membantu Yanti di warung. Tadi malam keluarga Alvaro sudah berkunjung ke rumah Novi. Tentu saja mereka datang untuk bersilaturahmi dan meminta maaf atas kelalaian Alvaro, sehingga membuat Novi terluka. Pak Budi menyambut baik niat keluarga Alvaro, baginya yang terpenting Novi sudah sehat lagi.Pagi ini Novi sedang membuat sambal untuk ayam gepreknya. Sedangkan Bu Murni membantu menggoreng ayam dan memasak sayur asem. Hari ini ada pesanan ayam geprek tiga puluh porsi yang akan diambil jam sebelas nanti. Yanti sedang membersihkan warung, sambil menunggu ayam dan sambalnya selesai dibuat. Ia sangat bersemangat kerja disini, Novi begitu baik padanya dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Keluarganya Novi juga bersikap baik dengannya, tidak memperlakukannya seperti anak buah, tapi kayaknya partner kerja. Gajinya pun lumayan, jadi ia bisa menabung."Sudah selesai beres-beres, Yan?" tanya Novi."Sudah Mbak," sahut Yanti sambil membuka

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menginterogasi

    "Al, kamu tadi pulang sekolah mampir kemana?" tanya Farel ketika ia masuk ke kamar adiknya.Farel yang sedang asyik bermain game, menoleh sebentar ke arah kakaknya."Jalan." Alvaro menjawab dengan singkat, kemudian melanjutkan bermain game."Jalan kemana?" tanya Farel, kemudian duduk di tempat tidur, mendekati Alvaro."Jalan sama teman-teman.""Kemana?" selidik Farel."Mas kok sekarang kayak Mama saja, suka menginterogasi." Alvaro tampak kesal dengan kakaknya."Kamu sudah kelas dua belas, sebentar lagi mau kuliah. Kurangi waktu bermain, lebih serius lagi dalam berpikir dan bertindak, demi masa depan kamu." Farel menasehati Alvaro.Alvaro merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, kakak pertamanya Monica dan kakak keduanya Farel. Monica sudah menikah dan memiliki dua orang anak, suaminya seorang pengusaha kaya. Sedangkan Farel seorang kontraktor dengan usia matang, tapi belum menikah. Alvaro bukan anak yang nakal atau bandel, hanya saja ia terbiasa hidup manja dengan fasilitas yang l

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menikmati Hidup

    Siang ini Indah mau pergi ke warung geprek lagi, ia menjadi ketagihan makan di warung Novi. Ini sudah keempat kalinya ia makan disini dan belum pernah bertemu dengan Novi.Sesampai di warung geprek, Indah memesan makanan."Mbak, seperti biasa ya, ayam geprek dua porsi," kata Indah pada Yanti."Siap, Mbak." Yanti menyahut sambil menyiapkan ayam pesanan orang. Indah pun tersenyum, kemudian memilih tempat yang nyaman. Sambil menunggu makanannya, ia melihat di sekeliling warung yang cukup ramai. Ada yang makan di tempat, ada juga yang memilih membawa pulang makanannya."Silahkan, Mbak," kata Yanti yang datang dengan membawa makanan pesanan Indah.Indah tampak tersenyum bahagia melihat makanan ada di depannya."Terima kasih," sahut Indah yang kemudian langsung menyantap makanan itu. Indah sangat menikmati makanan itu, tidak mempedulikan keringat yang mulai tampak di wajahnya. Sesekali ia minum air putih yang ada, untuk mengurangi rasa pedas yang mendominasi mulutnya. Tak terasa piringnya

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pikiran Licik

    Sampai dirumah Indah masih sangat kesal dengan kejadian tadi. Kejadian saat ia bertemu dengan Novi. Ia belum tahu kalau warung geprek itu milik Novi. Indah masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring. Perutnya yang semakin membesar membuatnya mudah lelah, apalagi ia tadi emosi. Kekesalan hatinya membuat tubuhnya menjadi sangat lelah."Huh, kenapa sih perempuan itu muncul lagi di kehidupanku. Membuatku kesal saja. Lihat saja Novi, nanti kalau anakku sudah lahir, pasti akan menggantikan posisi anak-anakmu. Bapak dan Ibu akan lebih menyayangi anakku. Akan aku buat mereka melupakan anak-anak Novi." Indah bermonolog dalam hati sambil mengelus-elus perutnya."Sehat-sehat ya Nak. Pasti nanti kamu menjadi kesayangan kakek dan nenek. Kamu akan hidup penuh dengan kemewahan. Apapun keinginanmu pasti akan dipenuhi. Karena kamu adalah cucunya. Kalau sampai ayahmu pilih kasih dan lebih menyayangi anak-anak Novi, Ibu adalah orang pertama yang akan selalu membelamu." Indah masih mengelus-elus perutny

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengagumi

    "Mas!" teriak Indah.Ahmad sangat terkejut mendengar teriakan Indah."Kenapa sih kamu teriak-teriak. Aku belum budek." Gantian Ahmad yang berteriak.Indah langsung terdiam dibentak oleh Ahmad."Kenapa sih Mas kok kayak gitu? Aku menyebut nama Novi, Mas langsung melamun. Pasti memikirkan Novi, iya kan? Jangan-jangan selama ini kamu masih memikirkannya. Apa kamu masih mencintainya, Mas?" teriak Indah.Ahmad hanya diam, ia malas untuk berdebat dengan Indah karena pasti ia yang akan disalahkan oleh Indah. Baginya lebih baik diam."Kenapa diam saja? Apa sih menariknya Novi? Aku juga bisa berdandan seperti dia. Dulu aku bahkan jauh lebih cantik dari Novi. Sekarang aku jadi begini gara-gara kamu. Kamu tidak mampu membiayai semua perawatanku. Uang dari kamu hanya cukup untuk makan saja." Indah nyerocos tanpa henti, Ahmad hanya diam dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak terlalu mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh Indah. "Kenapa diam saja, Mas!" bentak Indah."Bagaimana aku mau ber

    Last Updated : 2025-01-11
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jatuh Cinta?

    Drtt….drtt, ponsel Farel berdering."Huh, mengganggu saja sih," kata Farel dengan kesal, ia menatap layar ponselnya. Tampak sebuah nama yang sedang berusaha menghubunginya. Siapa lagi kalau bukan Nada. Farel tidak menggubris panggilan dari Nada. Ia pun meletakkan ponselnya di kasur.Pikirannya beralih ke sosok Nada, perempuan yang sedang dekat dengannya saat ini. Entah seperti apa hubungan mereka, Farel tidak pernah mengatakan suka atau cinta pada Nada. Kebersamaannya dengan Nada hanya untuk menyenangkan hati mamanya saja.Farel cenderung pasif, ia tidak pernah berinisiatif mengajak Nada pergi keluar untuk sekedar makan. Selalu saja Nada yang mengajak Farel, tentu saja Farel mengiyakan ajakan Nada. Jika Farel menolak, Nada akan mengadukan Farel pada mamanya. Dan bisa dipastikan kalau mamanya Farel akan marah besar. Sebenarnya Nada itu cantik, bahkan sangat cantik, tapi tentu saja dengan perawatan yang luar biasa. Terkadang Nada betah berada di salon kecantikan seharian, hanya untuk m

    Last Updated : 2025-01-11
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jangan Banyak Mengeluh

    "Nanti Nada bisa merubah sikapnya kalau sudah menikah dengan Farel." Irma berkata dengan berusaha mengalihkan pertanyaan dari suaminya."Bukan itu yang Papa tanya!" kata Pak Dewa dengan nada suara yang tinggi. Irma terkejut mendengar ucapan suaminya. Pak Dewa memang jarang marah dan selalu berkata dengan lembut dan santun. Jika ia sudah berkata dengan nada suara yang tinggi, berarti ia dalam keadaan sangat marah. "Sebenarnya Mama tidak terlalu menyukai kepribadian Nada." Irma menjawab dengan pelan."Ma, yang namanya menikah itu bukan hanya menyatukan dua kepala atau dua orang, tetapi menyatukan dua keluarga besar. Jadi setidaknya kita bisa menerima dengan ikhlas seperti apa menantu kita nantinya. Kalau Mama sendiri tidak menyukai kepribadian Nada, bagaimana dengan Farel, yang selama ini terpaksa mendekati Nada. Apa Mama nggak kasihan?"Irma terdiam."Farel itu sudah dewasa, biarkan ia mencari jodohnya sendiri. Kalau ia meminta kita untuk mencarikan jodohnya, baru kita bantu.""Bagaim

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Drama Queen

    Di tempat lain, Farel tampak bahagia karena tadi bisa berbincang-bincang dengan Novi. Sebenarnya ia memesan ayam geprek itu hanya sebagai alasannya supaya bisa bertemu dengan Novi. Ayam geprek yang ia pesan tadi sebagian ia berikan pada orang-orang yang sedang bekerja di proyeknya. Perusahaan Farel sedang mendapatkan tender membangun sebuah klinik. Saat ini Farel sedang makan ayam geprek yang tadi dibeli di warung Novi. Ada beberapa karyawannya yang ikut makan bersama dengannya. "Pak, ini sih ayam geprek langgananku," celetuk Hendra, salah satu karyawannya."Iya, anakku juga senang ayam geprek disitu. Murah meriah. Apa yang jual nggak rugi ya dengan harga sepuluh ribu seporsi. Padahal ditempat lain sudah naik jadi dua belas ribu," sahut Nino."Kalau rugi, pasti sudah nggak jualan lagi." Farel ikut berkomentar. Hendra dan Nino mengangguk tanda setuju dengan ucapan Farel. Akhirnya mereka bertiga pun menyelesaikan makannya. "Pak, sepertinya akhir-akhir ini Pak Farel tampak bahagia. S

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Hampir Keceplosan

    Sampai di rumah, Ahmad masih saja merasa belum ikhlas. Ia masih berharap apa yang dilihatnya tadi hanya mimpi. Entah kenapa dunianya terasa mau runtuh mengingat Novi tertawa lepas bersama Farel."Novi, kenapa aku tidak bisa melupakan rasa cintaku padamu? Semakin aku mencoba untuk mencintai Indah, semakin besar rasa cintaku padamu," kata Ahmad dalam hati.Langkah kaki Ahmad tampak lunglai tak bersemangat ketika memasuki rumahnya. Ia mencari keberadaan istrinya, ternyata Indah dan Salsa tidur di depan televisi.Segera ia meletakan barang belanjaan ke tempatnya. Membereskan semuanya, tak lupa memasukkan es krim pesanan istrinya ke dalam kulkas.Ahmad masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Pikirannya menerawang jauh, mengingat masa-masa indah bersama Novi. Tapi ternyata malah banyak kenangan pahit yang ia ingat. Kenangan saat ia tidak mendampingi Novi ketika melahirkan Haikal. Tak terasa air matanya menetes ketika mengingat semua itu. Akhirnya Ahmad pun terlelap dalam mimpi.I

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Terbakar Api Cemburu

    Novi tampak sangat telaten menyuapi Haikal. Benar-benar seorang Ibu sejati. Tak butuh waktu lama, Haikal sudah menyelesaikan makannya. "Alhamdulillah," ucap Novi.Haikal pun mengikuti ucapan Novi."Sudah habis ya makannya," kata Farel."Sudah, Om. Sudah kenyang.""Haikal memang seperti ini, ia makannya sedikit tapi sering. Padahal tadi pagi sudah makan, eh sekarang malah minta makan lagi." Novi menjelaskan tentang Haikal."Masih masa pertumbuhan, Mbak. Biarkan saja, daripada nggak mau makan, malah lebih repot lagi." "Iya, ya." Novi terkekeh sendiri."Om, adek mau nonton lagi," kata Haikal sambil beranjak dari duduk dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Sepertinya ia tidak butuh jawaban dari Farel."Nggak usah lari, Dek," teriak Novi, tapi Haikal sudah tidak terlihat lagi. Farel kaget mendengar Novi berteriak, ekspresinya hanya bengong. Novi menyadari kalau ia baru saja berteriak ketika melihat ekspresi Farel"Maaf Mas, saya kok malah berteriak." Novi tersipu malu."Namanya juga

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pelanggan

    "Masa sampai segitunya," kekeh Bu Murni."Pasti, Bu. Buktinya waktu perempuan itu kesini saja sepertinya memusuhi Mbak Novi. Jangan-jangan kalau Mbak Novi kesitu akan diusirnya," kata Yanti menambahi. Ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika istri Ahmad makan disini dan bertemu dengan Novi."Iya, diusir dan dimaki-maki. Bikin malu saja." Novi berkata dengan ekspresi wajah yang dibuat kesal."Nggak apa-apa kamu datang kesitu. Ajak Dina dan Haikal, bawakan bingkisan. Bingkisan untuk bayinya dan makanan untuk Ahmad dan istrinya." Bu Murni berkata dengan bijak."Nanti kalau aku diusir gimana, Bu? Malu dong. Terus dimaki-maki, dasar perempuan nggak punya malu, masih saja mencari perhatian Mas Ahmad," sahut Novi dengan menirukan kata-kata yang sering dilontarkan Indah padanya. Septi dan Yanti tertawa melihat ekspresi Novi."Kalau begitu ajak neneknya Dina. Nggak mungkin istrinya Ahmad akan mengusirmu.""Nanti aku pikirkan, Bu.""Biarlah orang berbuat jahat sama kamu, yang pentin

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pikirkan Anak

    Pagi ini Bu Wulan dan Pak Harno datang ke rumah Ahmad untuk melihat cucunya yang baru lahir. Walaupun mereka tidak menyukai menantunya, tapi bukan berarti tidak menyukai cucunya. Bu Wulan sudah membawakan makanan untuk Ahmad dan Indah. Ia tadi sudah menyuruh Tini untuk memasak makanan untuk anak dan menantunya.Sampai di rumah Ahmad, rumah tampak sepi. Bu Wulan membuka pintu depan yang tidak terkunci. Bu Wulan segera masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Pak Harno. Kemudian meletakkan makanan yang dibawanya ke meja makan. Di depan kamar mandi, tampak Ahmad sedang memandikan bayinya. Bu Wulan mengamati Ahmad yang sangat hati-hati memandikan buah hatinya itu, dan mendekatinya."Sayang, ada Nenek dan Kakek kesini, mau menggendong adik," kata Ahmad berbicara dengan bayinya. Bu Wulan tersenyum melihat cucunya itu. Kemudian terdengar langkah kaki yang mendekati mereka. Ternyata Indah yang tampak seperti baru bangun dari tidur, dan berjalan menuju ke kamar mandi. Bu Wulan hanya geleng-geleng

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Maafkan Aku

    "Apa maumu!" bentak Ahmad."Kamu itu maunya dimengerti tapi nggak mau mengerti. Oke Dek, besok aku antar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Aku sudah tidak sanggup hidup bersama denganmu. Aku tidak akan memisahkanmu dengan anak kita. Bawalah anak kita, nanti aku akan rutin mengirim nafkah untukmu dan anak kita," lanjut Ahmad.Indah meneteskan air mata."Nggak usah menangis. Air mata buaya." Ahmad berteriak lagi.Ahmad pun keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang keluarga. Kemudian merebahkan diri di kasur yang ada di ruangan itu."Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini? Aku sudah nggak sanggup lagi." “Dulu aku menyia-nyiakan Novi, mungkin seperti ini yang Novi rasakan saat itu. Mungkin ini karma atas apa yang aku lakukan terhadap Novi.”"Aku masih ingin melihat anak-anakku tumbuh dan berkembang. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini.”"Ya Allah, ampuni aku. Selama ini aku selalu menjauh dariMu."Ahmad pun meneteskan air mata, mengingat jalan hidupnya yang penuh dengan ujian. Ia berusaha

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tempat Tinggal Gratis

    "Anak sudah besar kok di gendong. Tuh anak sendiri tidak digendong," kata Indah dengan kesal."Aku kan jarang bertemu dengan Haikal. Lagipula anak kita itu masih tidur, kalau digendong nanti malah bangun," jawab Ahmad. Ia sudah tahu arah pembicaraan Indah."Haikal, kamu itu sudah besar. Nggak boleh minta gendong Ayah. Ayah harus menggendong adik bayi," kata Indah pada Haikal dengan kesal."Apaan sih kamu, Dek. Sama anak kecil kok ngomong kayak gitu." Ahmad menjadi kesal. Pak Harno yang akan ke kamar mandi, mendengar perbincangan Ahmad dan Indah. Ia pun melambatkan langkahnya untuk mendengarkan lagi. Kemudian pura-pura memainkan ponselnya sambil mondar-mandir."Tante marah ya? Kenapa Tante marah sama Ayah?" tanya Haikal dengan polosnya."Enggak, Tante nggak marah kok." Ahmad menjawab pertanyaan anaknya."Kok kayak marah-marah." Haikal masih penasaran dengan jawaban ayahnya."Haikal bobok disini ya? Menemani adik bayi," kata Ahmad mengalihkan pembicaraan."Mas kok malah aneh-aneh sih,"

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kayak Bos

    "Makan, dulu. Kamu harus banyak makan sayuran, supaya ASI lancar." Bu Wulan berbicara pada Indah yang tampak kecewa."Aku nggak suka sayuran, Bu," kata Indah."Terus kamu mau makan apa?" tanya Bu Wulan lagi."Ayam atau daging." Indah menjawab dengan mantap."Itu kan ada ayamnya." Bu Wulan berkata sambil menunjuk makanan yang dimasak Tini."Tapi nggak ada sambalnya.""Memang sengaja ayamnya dimasak semur. Kalau kamu makan pedas-pedas, nanti anakmu bisa mencret," kata Bu Wulan memberi pengertian pada menantunya itu.Indah hanya terdiam. "Perempuan banyak gaya, memangnya selama ini kamu makan enak terus? Masih mending Ibu berbaik hati menyuruhku memasak. Kalau enggak, kamu yang masak sendiri," kata Tini dalam hati. Ia memang sinis Indah. Ternyata Indah juga sedang menatap Tini, ia menjadi semakin kesal."Jadi pembantu saja sok belagu," kata Indah dalam hati. Bu Wulan dan Tini keluar dari kamar Indah. Bu Wulan menemui suaminya, sedangkan Tini menuju ke dapur. Tampak Pak Harno sedang asy

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Melahirkan

    Farel tersadar dari lamunannya. Kejadian ini sudah beberapa kali terjadi. Nada mencuri kesempatan untuk dapat mencium Farel. Akhirnya Farel melajukan kendaraannya untuk menjauhi rumah Nada.Sejujurnya kalau tadi Farel memang sengaja mengikuti Novi. Ia melihat interaksi antara Novi dengan Ustadz Yusuf dan istrinya. Ia memang sudah mendengar desas-desus tentang mereka. "Sepertinya Novi akrab dengan istrinya Ustadz itu. Apakah mereka sudah menikah ya? Tapi kayaknya nggak mungkin Novi mau menikah dengan Ustadz itu.""Tapi melihat gerak-gerik mereka tadi, sangat akrab.""Kenapa aku kok jadi kepo seperti ini?"Semua itu muncul dipikiran Farel, membuat Farel semakin penasaran. Tak terasa Farel sudah sampai di rumah, setelah memasukkan mobil ke garasi ia pun masuk ke dalam rumah. Bergegas ia menuju ke kamarnya."Farel!" panggil Irma."Pasti Nada mengadu," gumam Farel kemudian menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah sumber suara.Ternyata Papa dan mamanya sedang duduk santai di sofa.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status