TING TONG…
Dengan terhuyung-huyung Ishan menuruni tangga, efek bir semalam ternyata belum hilang rupanya dan ternyata di rumah ia hanya sendirian. Kedua putri kembarnya, Putri dan Dara sudah tidak nampak lagi di rumah. Sepertinya mereka sudah berangkat kuliah.
TING TONG…
"Sabar!" teriak Ishan, ia membuka pintu dan nampak pria yang bersamanya semalam, sahabatnya, Keiji.
"Halo Ishan…" sapa Keiji begitu pintu terbuka, "aku ke sini untuk melihat keadaanmu."
Ishan langsung mempersilahkan masuk sahabatnya itu, membuatkannya teh dan menyediakan kue-kue ringan.
"Apa kau tidak ke rumah sakit, Ishan?" tanya Keiji ketika Ishan sudah duduk di sofa.
"Mungkin hari ini tidak…" sahut Ishan, "kepalaku berat sekali… aku juga sudah menelpon rumah sakit dan mengatakan aku sedang tidak sehat."
"Oh…" ujar Keiji, "hm… lalu… dimana putramu itu?" tanya Keiji sambil hendak meneguk teh-nya.
Ishan malah mendecak. "Berandalan itu sudah masuk penjara."
Prooooooooooott
Keiji langsung menyemburkan semua teh yang ada di mulutnya.
"Nanda masuk penjara?" tanyanya dengan ekspresi yang agak berlebihan.
"Ya… sudah dua malam dia ada di sana…"
"Memangnya… apa yang anak itu lakukan?" tanya Keiji, masih terheran-heran, "bukan kamu kan yang membawanya ke penjara?"
Ishan mengernyit. "Tentu saja tidak!" sahutnya, "dia masuk penjara karena sudah melakukan keributan di bar… dan juga… dia memukul dua orang di sana… salah satu yang dia pukul adalah seorang gadis…"
"Gadis?" Keiji terkejut. Nanda memukul seorang gadis? Itu benar-benar sangat keterlaluan, pantas saja semalam Ishan terlihat murka, batin Keiji.
"Ya, dia memukul seorang gadis," terang Ishan kembali, "aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan… aku bisa saja mengeluarkannya dari sana tapi aku benar-benar kecewa dengan anak itu."
"Ishan…" gumam Keiji, "tapi… Nanda itu ahli waris perusahaan milik keluarga Edward dan seharusnya umur dia sekarang sudah bisa mengambil alih perusahaan… bagaimana pun dia tidak bisa berada di penjara, seharusnya kita mempersiapkan anak itu agar bisa memimpin perusahaan…" Keiji mengingatkan Ishan.
"Mau bagaimana lagi, Keiji?" Ishan malah terlihat bingung sendiri, "aku juga tidak bisa membiarkan Nanda yang sekarang memimpin perusahaan Maria… yang ada dia akan menghancurkannya."
Keiji merenung sejenak. Selama ini yang mengurusi perusahaan adalah dia dan sahabatnya, Sheren, tapi bagaimana pun perusahaan itu harus memiliki pemimpin demi mengembangkan bisnis keluarga Edward. Tanpa pemimpin, perusahaan itu hanya akan berada di situ-situ saja sementara perusahaan saingan sudah berkembang pesat. Tidak bisa dibiarkan, Nanda harus segera keluar dari penjara.
"Aha, aku tahu bagaimana merubah anak itu!" seru Keiji tiba-tiba, seperti habis mendapat ilham.
"Hah? Kau punya cara?" ujar Ishan bertanya-tanya.
Keiji mengangguk penuh keyakinan. "Mungkin Nanda menjadi berandalan karena di sekitarnya penuh dengan berandalan," ucapnya, "tapi, jika di sekitar Nanda adalah orang-orang hebat, orang yang berambisi dan para pesaing… kurasa Nanda akan beradaptasi dan termotivasi."
Ishan mengernyit, tidak begitu mengerti maksud sahabatnya itu. "Maksudmu… Nanda dipekerjakan di perusahaan?" tebaknya mencoba.
"Yup, benar sekali!" seru Keiji sambil mengangkat telunjuknya dengan semangat.
"Kau ini bercanda, ya? Nanda yang sekarang malah akan menghancurkan perusahaan Maria jika memimpin perusahaan!"
"Hehehehehe…" Keiji malah terkekeh, "Nanda memang akan kita pekerjakan di perusahaan… tapi bukan di Edward Group."
"Lantas?"
"Nanda akan bekerja di perusahaan lain… perusahaan yang penuh dengan orang-orang hebat seumurannya… agar dia bisa belajar…"
***
Setelah mendengar penjelasan Keiji, Ishan seperti kembali memiliki secercah harapan. Segera ia menghubungi pengacara keluarga Edward untuk mengurus pembebasan putranya lalu ia menuju ke penjara.
Kini Ishan bersama Nanda, duduk berhadapan sambil saling melemparkan tatapan tajam. Yang Ishan kesalkan dari Nanda, yaitu tatapan anak itu ternyata tidak memiliki penyesalan sama sekali atas tindakannya.
"Apa ayah datang ke sini untuk memukuliku lagi?" Nanda bertanya dengan tajam.
"Apa kau ingin keluar dari sini?" Ishan malah melemparkan pertanyaan.
Nanda mengernyit. Apa maksud ayahnya? Bukankah kemarin jelas-jelas ayahnya mengatakan tidak akan membantunya keluar dari penjara lalu kenapa ayahnya malah bertanya seperti itu?
"Tentu saja aku ingin keluar dari sini!" sahut Nanda tegas.
Ishan lalu melempar map ke meja, tepat di depan Nanda. "Baca itu!" perintahnya, "Ayah akan membantumu keluar dari sini tapi kau harus menandatangi perjanjian itu!"
Segera Nanda mengambil map itu, membukanya dan membacanya dengan seksama. Ada beberapa point isi perjanjian tersebut, antara lain:
Nanda tertawa geli begitu membaca point kelima dan keenam. "Apa ayah serius mau mempekerjakan aku di perusahaan ibu?"
"Siapa bilang kau akan bekerja di sana?!" sergah Ishan tajam, "kau akan bekerja di tempat lain!"
Nanda mendengus. "Lalu… apa maksudnya point keenam ini? Tidak menggunakan nama Edward? Masa iya namaku cuma Ananda…" Nanda lalu tertawa geli.
"Kau akan memakai nama keluarga ayah," kata Ishan serius, "yaitu… Iskandar."
***
Akhirnya, Nanda pun lepas dari penjara. Dan keesokan harinya, perjanjian itu langsung dimulai untuk point keempat, mengikuti kegiatan yang ayahnya perintahkan. Sesuai dengan perjanjian, Nanda kini berada di halaman kediaman milik seseorang dari keluarga berketurunan jepang. Ia bersama Keiji, mengenakan jas hitam, berjalan menuju kediaman keluarga kaya raya.
"Ananda Iskandar~" Keiji tertawa terpingkal-pingkal setelah memanggil Nanda dengan sebutan "Ananda Iskandar" dengan tambahan aksen yang berlebihan.
"Kenapa kau tertawa?" geram Nanda yang merasa agak risih dengan cara Keiji memanggilnya.
"Hahahahaha…" Keiji tertawa, "aku sangat senang menyebut nama "Iskandar" lagi, kau tahu… sudah lebih dua puluh tahun aku tidak menyebut nama itu… hahahahaha."
"Lalu apanya yang lucu?"
"Tidak ada memang… hanya terdengar asing saja… ahahahaha… Ananda Iskandar~"
"Berhenti memanggilku dengan cara menjijikkan!"
Mereka berdua kini berada di dalam kediaman rumah bergaya jepang, mengikuti upacara minum teh ternyata. Ini pertama kalinya Nanda mengikuti acara formal tersebut. Kebanyakan pesertanya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu, seumuranlah dengan Ishan. Nanda bingung mengapa ayahnya memerintahkannya untuk mengikuti upacara orang-orang jepang tersebut, katanya penting tapi menurut Nanda pasti akan sangat membosankan.
"Kenapa lama sekali mulai? Bukannya tuan rumahnya si kakek-kakek botak itu? Apa lagi yang ditunggu?" bisik Nanda ke Keiji yang duduk di sampingnya.
"Tunggu pembuat teh-nya toh…"
Tidak lama kemudian seseorang menggeser pintu dan nampaklah seorang pria berkimono hitam berambut hitam sebahu terurai rapi dan berwajah tampan dengan wajah keturunan jepang yang terlihat jelas di wajahnya dan seorang gadis mungil berambut hitam yang dikonde, berkimono ungu. Mereka berdua masuk dan memberi salam. Pria tampan itu kemudian duduk di samping Keiji dan yang membuat teh ternyata si gadis kecil itu.
Cantik juga, batin Nanda memadang gadis mungil itu.
Gadis berambut hitam itu beraksi, membuat teh, Nanda bingung kenapa membuat teh saja mesti susah-susah seperti ini. Sebenarnya memang tinggal memasukkan ke dalam cangkir kemudian diseduh selesai sudah. Nanda sudah tampak bosan mengikuti upacara itu
"Nanda… gadis itu cantik, ya?" Keiji menanya Nanda dengan berbisik.
"Biasa saja…" sahut Nanda bergumam.
Nanda melihat orang-orang sekeliling. Mereka menatap kagum gadis pembuat teh itu, Nanda heran kenapa mereka mesti kagum seperti itu, ya? Upacara seperti ini biasa ditayangkan di TV dan youtube… apa mereka tidak pernah melihatnya? Pikir Nanda.
Akhirnya, proses pembuatan teh yang agak lama itu selesai juga. Semua tamu disajikan teh hijau dan kue manis. Gadis itu juga memberi Nanda teh.
Keiji menutup mulutnya dengan kipasnya. "Minum tehnya, Ananda Iskandar~" bisiknya ke Nanda lalu Nanda segera meneguk tehnya, kebetulan Nanda haus.
"Puah…. pahit gila!" seru Nanda yang kepahitan. Keiji langsung menyumpal mulut Nanda dengan kue yang benar-benar sangat manis.
"Jaga tingkahmu, Nanda!" Keiji membisik Nanda sambil mengipas-ngipas.
Akhirnya upacara itu selesai juga. Keiji lalu menarik Nanda untuk menemui seseorang. Seorang pria tampan berambut sebahu yang datang bersama gadis pembuat teh itu.
"Hideyoshi-San," panggil Keiji ke pria itu, pria itu langsung menoleh. "Ini anak muda yang ingin aku perkenalkan," kata Keiji, "namanya adalah Ananda Iskandar."
Pria berketurunan jepang bernama Hideyoshi itu menatap Nanda. Ditatap seperti itu tentu Nanda juga membalas menatapnya. Tiba-tiba Keiji memegang belakang kepala Nanda dan menekannya, memaksa Nanda untuk membungkuk.
"Anak ini memang pemalu… ahahahahaha!" seru Keiji sambil tertawa-tawa tidak jelas. "Um… lebih baik, kita bicara berdua di luar, ayo!" Ia lalu menarik pria itu ke halaman.
Nanda lalu duduk di teras, menunggu Keiji berbicara dengan pria bernama Hideyoshi-San itu. Entah apa yang mereka bicarakan hingga Nanda seperti tidak boleh mendengarnya. Musim panas hari ini benar-benar luar biasa, Nanda mengipas-ngipas tubuhnya dengan kipas kertas milik Keiji. Ia lalu melihat-lihat ke dalam ruangan, sepertinya di dalam ada acara yang semacam membuat puisi sastra jepang di selembar kertas khusus yang panjang, atau mungkin membuat kaligrafi, dan yang melakukannya itu adalah gadis si pembuat teh. Nanda heran karena sepertinya semua tamu mengagumi gadis itu, padahal kalau dilihat-lihat gadis itu masih sangat muda dan juga… dia bukan berketurunan jepang, entah apa yang mereka kagumi hingga ada yang berbisik-bisik mengatakan ingin sekali mempunyai anak atau menantu seperti gadis itu. Yah… memang sih, gadis itu lebih cantik dari Maya, tapi penampilannya sangat biasa menurut Nanda, dan juga… dia agak tukang pamer. Nanda malas melihat seorang perempuan yang selalu ingin mengumbar kelebihannya.
Gadis itu tiba-tiba menoleh ke arah Nanda, Nanda cepat-cepat memalingkan pandangannya. Mungkin dia sadar kalau Nanda terus memandangnya daritadi tapi ketika Nanda melirik ke arahnya kembali, gadis itu sudah sibuk kembali dengan para tamu yang lain.
***
"Hideyoshi-San… aku meminta bantuanmu untuk mempekerjakan anak muda itu…" ucap Keiji dengan ekspresi serius.
"…Tapi aku tidak bisa mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki keahlian…" kata Hideyoshi, "lulus kuliah saja tidak…"
"Maksudku… hanya sekedar mempekerjakan saja… jadi karyawan biasa, walaupun gajinya yang paling rendah asal jangan cleaning service… aku cuma ingin anak itu mengenal lingkungan kerja," ucap Keiji.
Hideyoshi merasa heran dengan sikap Keiji. "Memangnya siapa anak muda itu? Kau sepertinya sangat memperhatikannya…"
"Sebenarnya… anak itu adalah anak sahabatku… aku sudah menganggapnya sebagai anak sendiri…"
"Lalu… kenapa kau tidak mempekerjakan anak itu di salah satu perusahaan Edward?"
Banyak tanya juga orang ini! Batin Keiji.
"Kau tahu sendiri kan perusahaan itu hanya mempekerjakan orang-orang yang sangat-sangat berpengalaman… dan juga seleksi untuk bisa bekerja di sana juga sangat ketat. Lagipula, Nanda itu kuliahnya tidak selesai dan sama sekali tidak mempunyai pengalaman kerja… kumohon, hanya sekedar mengenal lingkungan kerja agar anak itu bisa belajar…"
Hideyoshi menimbang-nimbang permintaan Keiji, ia juga tidak enak menolak permintaan Keiji mengingat posisi Keiji yang sangat penting di Edward Group. Dia sangat bisa membantu Hideyoshi untuk bisa bekerja sama dengan perusahan Edward jika pemimpin Edward telah kembali.
"Baiklah… aku akan mempekerjakannya…" sahut Hideyoshi akhirnya dan Keiji langsung riang gembira.
"Um… Um… boleh aku meminta tolong lagi…"
"Apa?"
"Tolong, beri kelunakan sama anak muda itu… sebenarnya… anak itu memiliki sifat yang temperamental…"
"Benarkah? Itu sangat bahaya… bagaimana nanti jika dia bermasalah dengan karyawan lain… bisa-bisa terjadi perkelahian."
"Anak itu tidak akan bersikap kasar jika tidak ada pencetusnya… oleh karena itu… tolong pekerjakan dia di bawah atasan yang memiliki sifat yang lemah lembut… oh ya…" Keiji mendekatkan wajahnya ke telinga Hideyoshi. "Anak muda itu sahabat semasa kecil pewaris Edward Group yang sedang kuliah di luar negeri itu loh…" bisiknya.
"Benarkah?" wajah Hideyoshi terlihat bersinar-sinar. Ini adalah kesempatan emas untuk bisa menunjukkan image yang baik bagi calon pemimpin Edward Group. Sudah lama sekali ia ingin menjalin kerja sama dengan Edward untuk bisa keluar dari naungan Kingdom Group, milik kerabatnya yang paling berpengaruh, bernama Takizaki Yamamoto, dan menjadi perusahaan yang mandiri karena Yamamoto berpendapat bahwa usaha bidang fashion miliknya tidak perlu terlalu dikembangkan.
"Iya…" sahut Keiji, "kalau dia senang berada di perusahaanmu… dia bisa mempromosikan perusahaanmu agar pemilik Edward Group nanti mau bekerja sama denganmu…"
"Oke kalau begitu…"
"Oke! Oke! Deal!"
.
TBC
Mau tidak mau akhirnya Nanda bekerja juga, sesuai rencana Keiji dan ayahnya. Nanda bekerja di perusahaan milik Hideyoshi, Kotowari Fashion, bergerak di bidang fashion dan masih di bawah naungan Kingdom Group. Di sana memang hanya mempekerjakan anak muda yang memiliki bakat dan kreatifitas yang tinggi. Nanda kini duduk di ruang kerjanya yang bersekat-sekat dan gabung bersama karyawan biasa lainnya. Ia duduk dengan kaki diangkat dan disilang ke atas meja. Ia merasa sangat bosan. Dari pagi ia hanya berdiam saja, menatap layar komputer yang terus menyala. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, setidaknya mungkin ada seseorang yang bisa membimbingnya. Seorang gadis berambut coklat pendek dan bertampang polos bernama Mira sedang sibuk mencari-cari orang untuk membantunya mem-fotocopy-kan beberapa file. Kepalanya celingak-celinguk untuk melihat karyawan yang sedang tidak ada kerjaan. "Ah… sepertinya itu karyawan baru…" gumamnya melihat Nanda dari belakang yang sep
Tiba-tibatheme songChappy mengalun. Cepat-cepat Ariel menghentikan langkahnya dan mengambil ponselnya."Halo? Ya… baik aku segera ke sana…" ia menyimpan kembali ponselnya lalu berbalik dan keluar dari ruangan.“Fiuh…” seketika Nanda merasa lega.***Akhirnya Nanda pulang juga dari kantornya. Begitu sampai di rumah, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Badannya terasa sangat pegal-pegal, aneh, walau ia tidak melakukan apapun di kantor dan hanya berdiam diri saja tapi entah mengapa badannya terasa letih."Kak Nanda… Putri pijit bahu Kak Nanda, ya?" seru Putri yang kasihan melihat kakak laki-laki satu-satunya itu terlihat kelelahan."Boleh… terima kasih ya, Put…"Dara yang berdiri menyandar di dinding sambil melipat tangannya, menatap aneh kakak laki-lakinya itu. Aneh? Ya, ia merasa aneh karena saat ini pun ia tidak percaya bahwa kakak laki-lakinya itu kini bekerja.
Ariel merasa heran, tidak biasanya Hideyoshi memanggilnya seorang diri, biasanya pasti bukan hanya Ariel saja yang ia panggil karena semua pekerjaan mereka adalah kerja tim. Sepertinya ada sesuatu hal penting yang mau ia katakana pada Ariel. Tok tok tok… Ariel mengetuk pintu sebelum ia membuka pintu ruangan atasannya . "Silahkan duduk, Ariel!" Hideyoshi langsung mempersilahkan Ariel duduk begitu Ariel masuk ke dalam ruangannya. Dengan tenang Ariel duduk di depan Hideyoshi, pria itu tampak sedang membaca suatu berkas, entah berkas apa itu. "Ariel… apa kau ingat toko butik Royal Soul yang berada di balai kota?" tiba-tiba Hideyoshi bertanya. Royal Soul? Itu kan butik tua yang kebangkrutannya tinggal menunggu waktu? Pikir Ariel. "Ya… aku tahu…" sahutnya kemudian, "butik yang sudah lama terbengkalai itu, kan?" "Ya, tepat sekali," kata Hideyoshi, "awalnya aku ingin membiarkan saja butik itu bangkrut tapi…" Hideyoshi lalu menatap Ariel serius
"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua. "Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli. "Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion." "Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa. "Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan. "Ah, tidak,"
Nanda dan Ariel langsung menuju ke butik milik Ryo. Ariel yang sedang menyetir mobil tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalnya pada desainer menyebalkan itu, ia tidak membuka mulut selama diperjalanan. Nanda bisa mengira mungkin akan ada pertengkaran yang sengit antara Ariel dan Ryo. Walaupun ia sendiri tidak akrab dengan Ariel tapi Nanda juga jengkel dengan desainer sombong dan sok hebat itu. Nanda berpikir, jika ia menjadi Ariel mungkin ia akan menghajar habis-habisan gadis sombong itu karena membuat orang pusing saja. Akhirnya, mereka sampai di depan bangunan rumah barbie itu. Ariel langsung bergegas, berlari menuju butik begitu turun dari mobil, langsung-langsung ia masuk tanpa permisi lagi sementara Nanda mengikutinya dari belakang. Tampak Ryo sedang sarapan dengan sandwich dan segelas anggur merah dengan santainya. "Asyik sekali kau, santai-santai saja di sini dan meninggalkan kewajibanmu!" labrak Ariel tiba-tiba dan sukses membuat Ryo yang sedang menegu
Nanda melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam lewat. Ia lalu melirik Ariel yang masih sibuk berkutat dengan mesin jahit. Gadis itu benar-benar tak patah semangat rupanya tapi Nanda tetap menunggunya, duduk melantai di dekat pintu dan menyandarkan punggung di dinding. "Huff…. akhirnya, jahitannya selesai…" gumam Ariel sambil memeriksa hasil jahitannya, "besok saja dilanjut…" ia lalu beranjak dari mesin jahit menuju lemari dan menaruh hasil jahitannya. Setelah itu, ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil berbalik ke arah pintu. "Lho, kau masih di sini, Nanda?" Ariel tampak heran menatap Nanda, dia tidak menyadari keberadaannya ternyata. "Ya…" sahut Nanda lalu berdiri. Gadis itu lalu terkikik. "Rupanya kau perhatian juga…" "Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian karena aku juga bagian dari proyek ini!" terang Nanda agar gadis itu tidak salah paham. Sejenak Ariel terdiam menatap Nanda sebelum berjalan mendekatinya, sudut bibi
AkhirnyalaunchingRoyal Soultiba saatnya. Beruntung semua pekerjaan Ariel, Nanda dan para penjahit telah rampung. Para desainer terkenal mulai berdatangan dan disambut ramah oleh Ariel. Sedangkan Nanda mengambil tugas di belakang layar bersama Yohana. "Hei, Ariel!" seru desainer yang sangat terkenal berpenampilan eksentrik dengan kacamata persegi yang tebal dan rompi tanpa lengan, ia bernama Justin Oliver. "Aku sangat bersemangat datang di acaramu ini, waktu aku tahu kaulah yang memegang proyek ini, aku yakin pasti kau akan menampilkan karya desainer yang sangat fantastik!" Ariel hanya tertawa meringis menanggapi seruan Justin. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin apakah karyanya sendiri akan benar-benar fantastik. "Silahkan masuk!" ucap Ariel sambil mempersilahkan masuk desainer berpenampilan eksentrik itu. Ya, kadang-kadang beberapa desainer memang suka berpenampilan aneh bin ajaib. Semua tamu sudah berkumpul. Hideyoshi dan ibunya, ba
Seorang gadis cantik yang duduk di depan cermin seorang diri, menyisir pelan ujung-ujung rambut panjangnya yang berwarna coklat karamel dan tergerai indah ke samping, menutupi sebelah dadanya. Mata coklatnya yang seakan-akan menatap ke arah cermin kini membayangkan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegap, berambut silver dan memiliki mata musim gugur yang menatap tajam. Irene Wilson, seorang model cantik nan seksi,icondari produk Kotowari Fashion, kini hatinya sedang bermekaran rupanya. Ia tidak bisa melupakan sosok pria tampan yang telah membantunya ketika terjatuh di atascatwalk. Walaupun model-model yang lain menganggap pria itu begitu menakutkan karena kening pria itu tak henti-hentinya mengerut, semuanya menduga bahwa pria itu mungkin memiliki sifat yang kasar. Namun bagi Irene, kerutan di kening pria itu malah membuat sang pria terlihat semakin tampan dan… macho. Matanya terlihat
Ishan berjalan dengan dagu terangkat menuju Instalasi Gawat Darurat bagian trauma. Tidur selama empat jam dan mandi pagi membuat wajah pria berusia mendekati setengah abad itu terlihat sangatfresh. Beberapa perawat dan dokter magang yang sempat berpapasan dengannya membungkukkan badan dengan segang ke arahnya, tentu saja karena Ishan termasuk dokter senior di sana.Kepala Ishan celingak-celinguk begitu berada di dalam ruangan. Di meja batu hanya ada tiga perawat dan dua orang dokter yang telah lama magang. Kesal sekali Ishan karena pagi itu ia tidak melihat seorang dokter ahli pun yang menjaga di ruangan tersebut, setidaknya harus ada satu dokter ahli yangstandbydi sana.Ishan lalu berjalan-jalan mengitari ruangan itu untuk melihat-lihat pasien yang sementara dirawat oleh dokter yang baru magang di hari pertamanya. Pagi ini tidak begitu banyak pasien, mungkin itu alasan dokter ahli yang seharusnya jaga pagi itu memilih
Sudah hampir sejam Gerry duduk menyandar di kepala ranjang, di suatu kamar hotel, tanpa memakai pakaian dan hanya selimut yang menutupi bawahannya. Ia tidak sendirian, di sampingnya ada seorang wanita berambut blonde, panjang nan bergelombang, tanpa balutan busana, masih tertidur tengkurap dengan sangat nyenyak, punggung mulusnya terekspos karena selimut hanya menutupi bawahnya hingga sepinggang, wanita yang telah menghabiskan malam bersamanya.Gerry terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat murung ke depan. Beberapa kali terdengar pria itu mendesah kecewa. Bukan karena wanita yang kini berada di sampingnya tidak memberikannya kepuasan, sebaliknya mereka berdua telah melakukan pertempuran yang begitu hebat dan liar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah didapat dari kepuasaan sex, keduanya adalah hal yang berbeda. Intinya, pria itu tidak berbahagia, satu-satunya yang dapat membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan adalah bersama dengan gadis yang ia cintai yaitu, Ariel.
Gerry kini duduk di suatu restoran mewah prancis, bersama dengan para pengunjung lain yang tengah menikmati hidangan makan malamnya. Bukan karena di restoran tersebut tidak menyediakan ruangan VIP namun pria itu memang sengaja makan malam bersama pengunjung lain karena ada sesuatu yang ia rencanakan.Gerry tak henti-hentinya melengkungkan senyumnya, jelas sekali bahwa pria itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Beberapa kali ia menatap jam tangannya dengan tak sabaran dan menengok ke arah pintu masuk, menantikan kehadiran gadis yang akan ia lamar.Lamar?Yeah, pria itu berniat melamar Ariel malam ini juga walaupun masih belum resmi karena bagaimana pun dia harus menghadapi keluarga Ariel terlebih dulu sebelum menikahinya. Tapi, setidaknya jika Ariel menerimanya, Gerry akan`memiliki keberanian dan semangat yang besar untuk menghadapi keluarga Kujo, terutama kakak ipar Ariel yang kini menjadi kepala keluarga Kujo.Betapa percaya dirinya pria itu
Ini sudah jam pulang kantor namun Ariel masih berada di dalam ruangannya. Gadis itu merenung akan sikap Nanda tadi pagi. Pria itu membuang pandangannya dan berbalik arah ketika melihat Ariel, tidak mungkin pria itu melakukan demikian tanpa alasan. Ariel berusaha mengingat-ingat apakah ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung Nanda tapi seingatnya ia sangat jarang berinteraksi dengan pria itu dan seingatnya lagi, beberapa hari yang lalu pun saat ia menyapa Nanda, pria itu masih bersikap normal.Lalu… sebenarnya apa masalahnya? Pikir Ariel.Ariel merasa sedih jika nantinya Nanda tidak lagi peduli padanya, atau yang paling parah malah memusuhinya seperti yang dilakukan Ryan. Ariel sudah menganggap Nanda adalah teman yang baik setelah menjalankan proyek bersama.Dengan lesu Ariel menarik tasnya dan beranjak keluar dari ruangannya. Gedung KotowariFashionsudah sepi rupanya, Ariel terus berjalan menujuliftna
Malam semakin larut namun Nanda masih saja gelisah di ranjangnya. Berkali-kali sudah ia merubah posisinya, sebentar berbalik ke kanan kemudian kembali ke kiri, begitu seterusnya untuk menemukan posisi senyaman mungkin. Nanda lalu bangkit dan duduk, ia sadar bahwa yang membuatnya sulit tidur bukanlah masalah posisinya atau ranjangnya tapi pikirannyalah yang kacau. Bukan hanya karena gosip mengenal Ariel yang telah memiliki kekasih namun sewaktu pulang kerja Nanda sempat melihat Ariel menaiki mobil mewahFerrari599xxx berwarna merah, tipe mobil pelit karena hanya menampung dua orang dan idealnya pemilik mobil itu tentunya seorang pria. Berarti, kemungkinan besar gosip tersebut memang benar.Nanda melirik ke arah laci, tangannya mencoba menjangkaunya untuk mengambil selembar foto di dalam, foto Ariel bersama dirinya. Nanda terus menatap foto tersebut, tiap kali pria itu menatap foto itu hatinya berubah menjadi melankonis."Ariel…" dengan suara l
Rupanya, gosip bahwa Ariel telah memiliki kekasih bukan hanya Nanda saja yang dengar tapi kabar tersebut sudah terdengar oleh karyawan lainnya termasuk Ryan. Sebagai pria yang juga "diam-diam" menyukai Ariel, sama halnya Nanda, Ryan juga merasa terusik. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, rapat tim label miliknya yang seharusnya dijadwalnya hari ini pun dibatalkan. Terdengar tidak profesional karena ini masalah pribadi namun gosip tersebut benar-benar membuat pria bertattoo itu risau tak karuan.Berada di dalam ruangannya terlalu lama sambil memikirkan Ariel membuat kepala Ryan terasa pusing. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari ruangannya, mencari angin sebentar, atau mungkin ia harus membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya kembali.Sekretaris dan orang kepercayaan Hideyoshi, Sandy dan Novita, tampak tergesa-gesa sambil membawa map putih."Ryan!" panggil Novita berseru ke arah Renji. Gadis bertubuh mungil dan be
Musim panas yang sangat cerah membuat semuanya bersemangat beraktifitas, termasuk Nanda. Pemilik rambutsilver itu bahkan telah membuat skedul semalam mengenal pekerjaan apa saja yang harus ia selesaikan untuk hari ini. Ia ingin semua pekerjaannya dapat selesai dengan tertata rapi dan penuh perencanaan. Kini gairah kerjanya semakin berkobar-kobar, apalagi di kantor ia bisa bertemu dengan sang pujaan hati. Dengan penuh percaya diri Nanda memasuki gedung KotowariFashion. Mata coklatnya bersinar cerah, menampakkan semangat dan gairah kerjanya yang sangat besar, langkahnya yang lebar-lebar dan terkesan tergesa-gesa menandakan pria itu tidak sabar ingin mengerjakan beberapa pekerjaannya yang masih tertunda kemarin. "Kemarin… aku lihat Nona Ariel bersama pacarnya di parkiran…" Nanda langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang wanita yang asyik bergosip bersama dua wanita lainnya, indra pendengarannya begitu peka jika
Ini sudah jam pulang kantor namun gadis pemilik mata bulat indah masih berada di dalam ruangannya. Bukan karena alasan ia masih memiliki pekerjaan hingga masih berada di ruangannya namun karena ia tidak ingin jika ia keluar sekarang ia akan bertemu dengan pria yang sering membuatkan kesal dan naik darah. Tidak ada yang ia kerjakan, ia hanya duduk berdiam diri sambil menunggu hingga kantor mulai sepi. Tok tok tok… Seseorang di luar mengetok pintu ruangan Ariel. "Siapa?!" Ariel bertanya menyeru sambil menatap ke arah pintu. "Kau masih di dalam, Riel? Ini aku… Alvin!" "Oh… masuklah!" Ceklek… Seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru langit membuka pintu ruangan Ariel, begitu ia melihat sosok pemilik ruangan yang kini duduk di sofa, pria itu tersenyum. "Tadi aku cuma ingin memastikan, di sini masih ada orang atau tidak karena ruanganmu masih terang…" ujarnya lalu melangkah masuk ke dalam, "kudengar… kau dan Ryan berte
Waktunya makan siang, Ken yang sedang merencanakan strategi "perdamaian" antara Ryan dan Ariel mengajak Ryan makan siang di kantin kantor. Kantin yang menyediakan berbagai masakan, mulai masakanWestern, Chinese food, Japanese food, Korean food,Arabian food, dan Indonesian food. "Kenapa kita masih duduk saja? Aku sudah lapar!" Ryan sudah tidak sabaran, sepuluh menit ia dan Ken hanya berduduk manis di kantin dan belum memesan makanan. "Sabar Ryan…" Ini sudah kedua kalinya Ken mengundur waktu, berusaha menahan ketidaksabaran Ryan, "sebentar lagi mereka datang…" "Mereka? Memangnya siapa yang kita tunggu?" "Nah, itu mereka!" Ken menunjuk ke arah dua gadis yang kini memasuki kantin, Elena dan… Ariel? Ryan langsung cengo, lalu menggeram ke arah Ken. Apa-apaan kau, Ken?! Batinnya. Sudah tahu Ryan dan Ariel sedang ada perang,eh malah diajak makan bersama, apa mereka ingin mencetus terjadinya perang lagi? Begitu memasuki kantin