"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua.
"Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli.
"Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion."
"Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa.
"Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan.
"Ah, tidak," bantah Ariel, "pemilik toko ini yang langsung menugaskanku ke sini… beliau berencana untuk memajukan toko ini kembali."
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu… aku sangat bingung dimana lagi aku akan bekerja jika toko ini ditutup. Aku tidak tahu lagi caranya bagaimana aku bisa menikahkan putraku… aku ini janda…"
Yohana mulai curhat ke Ariel dan menceritakan panjang lebar mengenai awal toko itu mulai tidak dibenahi lagi. Dan benar saja, selama Ariel dan Nanda berada di sana tak satu pun ada pengunjung yang masuk walau hanya sekedar melihat-lihat.
"Tenang saja, Bu Yo…. untuk itulah kami datang ke sini," kata Ariel memberikan harapan ke wanita itu.
"Benarkah?" ujar Yohana penuh harap.
Ariel mengangguk penuh yakin lalu memegang tangan Yohana. "Aku akan berupaya keras untuk mengembalikan Royal Soul…"
"Terima kasih banyak, Nona Ariel!" seru Yohana sambil memeluk Ariel.
"Iya sama-sama…"
Setelah berbincang-bincang panjang lebar dengan Yohana, akhirnya Ariel permisi untuk kembali ke kantor dan segera mengajak Nanda untuk keluar. Mereka berdua berjalan menuju mobil.
"Kau sepertinya sangat yakin bisa memajukan toko itu," ucap Nanda begitu mereka berdua sudah berada di dalam mobil.
"Kenapa tidak?" tanya Ariel sembari memasang sabuk pengamannya.
"Di sekitar sini… begitu banyak butik-butik besar milik desainer ternama. Tidak heran jika toko itu kalah dan akhirnya terbengkalai, pasti sulit sekali menarik perhatian orang-orang untuk melirik toko itu…"
Ariel menoleh ke arah Nanda, tertegun sebentar dengan ucapan Nanda. "Ternyata kau tidak bodoh."
"Semua orang pasti berpikir sepertiku…"
"Ya ya, memang benar… karena itu, Nanda…" Ariel menatap serius Nanda, "ini adalah tantangan untuk kita dan sesampainya di kantor kita akan membicarakannya lagi, oke?"
Mereka pun meluncur ke kantor pusat Kotowari Fashion untuk menyusun rencana selanjutnya yang akan mereka berdua lakukan untuk toko Royal Soul.
***
Ariel menjelaskan panjang lebar tentang apa-apa saja yang harus ia dan Nanda lakukan. Sayangnya, Nanda tidak bisa memahami apa yang Ariel jelaskan karena ia memang tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai pekerjaan itu. Ia cuma bisa mendengarkan penjelasan Ariel, ini sangat sulit baginya… benar-benar sulit. Beruntung Ariel sepertinya tipe gadis yang tidak begitu suka mengomel, tidak bersikap bossy atau pun menyebalkan, dan ia bisa memaklumi Nanda yang tidak tahu apa-apa. Nanda cukup beruntung untuk itu.
"Model pakaian di sana cenderung bergaya klasik tapi aku ingin nantinya ada sedikit modifikasi biar terlihat unik dan mewah tapi kesan klasiknya masih ada…" ucap Ariel, "sebenarnya ini cocok sekali kalau Elena yang melakukan proyek ini tapi mau bagaimana lagi… Hideyoshi-San malah memintaku. Jadi, sepertinya aku akan meminjam desainer dari label milik Elena."
Nanda hanya mendengarkan saja apa kata gadis itu. Ariel lalu melihat-lihat profil para desainer beserta karya-karya mereka di suatu buku biodata para desainer yang bekerja di perusahaan ini.
"Um… sepertinya Ryo Dominique cocok…" gumam Ariel lalu ia menutup buku biodata itu. "Baiklah, aku akan menghubungi Elena untuk menanyakan keberadaan Ryo…" kemudian ia mengambil map, "Nanda… aku bisa minta tolong? Tolong fotocopy-kan berkas-berkas di dalam map ini ya, aku ingin mempelajarinya nanti…" pinta Ariel.
Nanda lalu mengambil map itu, keluar dari ruangan dan menuju tempat mesin fotocopy. Di sana ada Kevin rupanya, ia sedang meng-fotocopy juga dan sepertinya lumayan banyak yang ia copy.
"Hai Nanda~" seru Kevin ketika melihat Nanda, "ternyata kau sedang ada proyek dengan Nona Ariel rupanya, beruntungnya… kau jadi punya kesempatan untuk terus menatap kecantikannya…"
Nanda berusaha mengacuhkan ocehan anak itu, menunggunya hingga selesai menggunakan mesin fotocopy. Saat Nanda menunggu, ia melihat ada poster besar yang tidak begitu jauh dari sini. Poster bergambarkan seorang model yang menggunakan pakaian salah satu merek keluaran perusahaan itu. Wajahnya sangat cantik tapi… bukan itu yang menariknya untuk terus memandangnya, lebih tepatnya karena… wajah model itu mengingatkannya akan wajah ibunya… ada kemiripan…
"Wah… ternyata kau nge-fans juga dengan Irene Wilson," Nanda tersentak dengan suara Kevin. "Irene memang model paling cantik di sini… badannya super duper seksi terutama di bagian da-"
"Kau sudah selesai, kan?" potong Nanda sambil menerobos ke arah mesin fotocopy karena ia tahu arah pembicaraan Kevin. Cepat-cepat ia menggunakan mesin fotocopy.
"Daritadi kulihat kau terus melihat poster itu, pasti yang kau lihat itu bagian dadanya, kan? Hayo, ngaku saja!"
Nanda tetap berkutat dengan mesin fotocopy dan berusaha untuk tidak menghiraukan ucapan Kevin. Nanda bersumpah ia ingin sekali merobek mulut mesum Kevin tapi… andai saja tidak ada perjanjian antara dia dan ayahnya maka sudah daritadi ia lakukan.
"Mengaku saja, hayo! Tidak perlu sok jaim! Pasti kau terus melihat dada Irene, kan! Semua pria di sini juga ngiler melihat dada Irene yang seksi, bahkan tiap malam aku selalu menghayal "bermain" bersama Irene di atas ran-"
"Berhenti bicara yang menjijikkan!" bentak Nanda sambil mencengkram bagian depan kemeja Kevin dan melemparkan tatapan menggeram.
"I-iya iya… s-sudah… ti-tidak perlu sampai marah seperti ini, kan? He…" kata Kevin gagap dan menatap Nanda ketakutan, "yang tadi cuma bercanda… pissssss" lanjutnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk salam dua jari. Nanda pun melepaskan cengkramanku dan Kevin langsung lari.
"Dasar pengganggu mesum…" umpat Nanda rada kesal lalu ia kembali berkutat dengan mesin fotocopy itu.
"Nanda!" tiba-tiba Ariel memanggil. Nanda menoleh dan gadis itu sudah berdiri tidak jauh dari sana, "ayo kita pergi ke butik Ryo sekarang!"
Hah? tiba-tiba begini…
"Lalu… ini?" tanya Nanda sambil memegang hasil fotocopy-an.
"Segera simpan di mejaku, aku menunggumu di sini," kata Ariel.
Lalu Nanda cepat-cepat ke ruangan Ariel dan menaruh map dan hasil fotocopy-an di meja kemudian kembali menyusul Ariel. Segera mereka berdua menuju ke butik milik Ryo.
Akhirnya, mereka sampai di butik bernama Dolly Cloth milik Ryo Dominique di kawasan elite. Bangunan butiknya tidak begitu besar hanya saja terlihat beda dengan bangunan yang lain di sekitarannya karena bangunannya lebih seperti rumah boneka barbie. Mungkin orang-orang akan banyak mengira kalau bangunan itu adalah toko boneka padahal...
"Permisi…"
Nanda benar-benar merasa berada di dunia boneka begitu masuk ke dalam butik Ryo yang serba berwarna pastel.
"Permisi…."
Nanda melihat ke sekeliling, mencari-cari siapa yang menjaga butik ini. Di depan pintu tadi bertuliskan "OPEN" tapi tidak ada yang menjawab seruan Ariel. Sebenarnya butik ini buka tidak, sih? Pikir Nanda. Agak lama mereka menunggu di dalam butik, Nanda tetap berdiri memandang Ariel yang sedang asyik melihat-lihat koleksi pakaian di butik ini.
"Siapa kau?" Nanda menoleh ke belakang dan sosok gadis berambut cat pink muda dan panjang, mengenakan dress hitam pendek yang ketat tanpa lengan terlihat menggeram ke arahnya, "Kau penyusup di sini, ya?" ia menuduh Nanda.
"Ryo, ini aku!" seru Ariel berlari ke arah gadis berambut pink yang rupanya adalah Ryo Dominique.
Ryo memandang Ariel dengan tatapan… semua yang melihatnya pasti bisa menangkap tatapan –tidak suka- Ryo ke arah Ariel. "Oh… kau Ariel…" gumamnya rada sinis, "sedang apa kau di sini?" ia lalu duduk di sofanya.
"Aku ke sini untuk meminta tolong," sahut Ariel, "aku ingin mengikutkanmu ke dalam proyek…"
"Hah? Proyek?" Ryo terperangah. "Kenapa malah aku? Bukannya kau sendiri punya desainer di labelmu sendiri?"
"Iya, tapi kali ini… aku butuh desainer yang bisa membuat karya yang unik dan berbeda, mewah, lain daripada yang lain dan hanya kau yang bisa…"
Ryo tersenyum dengan angkuhnya, "tentu saja…" ucapnya sambil menggeser poninya ke samping dengan telunjuknya, "aku memang desainer yang hebat dan tidak ada yang sepertiku."
"Makanya karena itu," kata Ariel, "aku ingin mengikutkanmu ke dalam proyek ini karena kau desainer yang hebat dan dapat diandalkan…"
"Yah yah… aku akan ikut ke dalam proyek itu karena cuma aku yang bisa," ucap Ryo penuh keyakinan.
"Terima kasih banyak, Ryo."
***
Sudah hampir tiga minggu berlalu dan kurang lebih seminggu lagi launching
Royal Soul akan dilaksanakan. Selama ini semuanya berjalan dengan lancar, tidak ada masalah atau kesulitan yang menghambat pekerjaan Ariel, ia bisa meng-handle semuanya. Dan Nanda? Dia hanya melihat-lihat dan mengikuti kemana Ariel pergi. Jadi, sebenarnya tanpa Nanda pun Ariel bisa menjalankan proyek seorang diri.Selasa pagi, sesuai dengan yang telah Ariel jadwalkan, hari ini ia dan Nanda akan melihat-lihat pembuatan sample pakaian atau gaun yang akan dipamerkan di fashion show nanti. Ariel terlihat sangat antusias karena ia menduga Ryo pasti akan membuat pakaian atau gaun yang sangat indah. Ia jadi tak sabar untuk melihat karya desainer itu.
Kini mereka sampai di Royal Soul.
"Selamat pagi, Bu Yohana!" seru Ariel dengan riangnya sambil membuka pintu toko lalu berjalan masuk, Nanda mengikutinya langkah gadis itu di belakang.
Yohana langsung menghampiri Ariel dengan wajah yang cemas, seperti ada sesuatu yang buruk terjadi.
Ariel melihat-lihat di sekeliling, ada perasaan aneh karena Royal Soul sangat sepi. Setidaknya jam-jam segini para penjahit sudah berdatangan, bekerja sambil bergurau.
"Bu Yo, kenapa sepi sekali? Aku bahkan tidak mendengar suara mesin jahit atau apa dari dalam, apa semuanya sudah selesai?" tanya Ariel dengan tampang polosnya.
Yohana terlihat gelisah. Ia meremas cemas ujung bawah kemeja hijaunya, seperti antara ingin menyampaikan sesuatu tapi takut-takut juga mengutarakan.
"Um… ada apa, Bu Yo? Semuanya baik-baik saja, kan?" tanya Ariel yang mulai merasa ada sesuatu yang aneh pada Yohana.
"Sebenarnya…" Yohana terhenti, ia tidak tahu bagaimana memberitahu Ariel bahwa sesuatu terjadi yang bisa dikatakan masalah besar.
"Kenapa, Bu Yo? Gelisah begitu… apa ada masalah?" tanya Ariel sambil menatap Yohana dengan tatapan menyelidik.
"Se… sebenarnya… sample-sample pakaian itu…"
"Ada apa, Bu Yo? Kenapa dengan samplenya?" Ariel sangat penasaran dan perasaan tidak enak mulai merasukinya.
"Sebenarnya… ini sudah terjadi seminggu yang lalu. Tiba-tiba saja Nona Ryo marah-marah dan akhirnya meninggalkan tempat ini, sampai sekarang dia tidak pernah lagi ke sini."
Ariel membatu setelah mendengar ucapan Yohana. Pagi-pagi sudah mendapat terapi shock, namun Ariel tetap berusaha terlihat tenang, berusaha untuk berpikir positif. Cepat-cepat ia menuju ke ruang tempat pakaian-pakaian tersebut diproses untuk memastikan ucapan Yohana. Di ruangan itu tidak ada seorang pun, memang seharusnya ada banyak penjahit yang sibuk di sana. Ia kemudian memeriksa sendiri apakah sample itu dikerjakan atau tidak dan ternyata hanya beberapa saja yang sudah jadi.
"Para penjahit menolak ke sini karena Nona Ryo tidak ada… tanpa Nona Ryo mereka tidak bisa bekerja tanpa arahan…" ujar Yohana.
Ariel mendengus marah. Di saat seminggu lagi hari launching itu digelar, sample yang akan dipamerkan malah belum selesai, ini benar-benar di luar perkiraannya. Ia merasa bodoh sendiri kenapa ia tidak memperhitungkan kejadian seperti ini. Jika ia memperhitungkan segalanya, ia akan sering ke toko untuk memeriksa apakah proses pembuatan pakaian berjalan lancar. Lalu, apa yang akan Ariel lakukan?
"…Aku harus menemui Ryo."
.
TBC
Nanda dan Ariel langsung menuju ke butik milik Ryo. Ariel yang sedang menyetir mobil tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalnya pada desainer menyebalkan itu, ia tidak membuka mulut selama diperjalanan. Nanda bisa mengira mungkin akan ada pertengkaran yang sengit antara Ariel dan Ryo. Walaupun ia sendiri tidak akrab dengan Ariel tapi Nanda juga jengkel dengan desainer sombong dan sok hebat itu. Nanda berpikir, jika ia menjadi Ariel mungkin ia akan menghajar habis-habisan gadis sombong itu karena membuat orang pusing saja. Akhirnya, mereka sampai di depan bangunan rumah barbie itu. Ariel langsung bergegas, berlari menuju butik begitu turun dari mobil, langsung-langsung ia masuk tanpa permisi lagi sementara Nanda mengikutinya dari belakang. Tampak Ryo sedang sarapan dengan sandwich dan segelas anggur merah dengan santainya. "Asyik sekali kau, santai-santai saja di sini dan meninggalkan kewajibanmu!" labrak Ariel tiba-tiba dan sukses membuat Ryo yang sedang menegu
Nanda melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam lewat. Ia lalu melirik Ariel yang masih sibuk berkutat dengan mesin jahit. Gadis itu benar-benar tak patah semangat rupanya tapi Nanda tetap menunggunya, duduk melantai di dekat pintu dan menyandarkan punggung di dinding. "Huff…. akhirnya, jahitannya selesai…" gumam Ariel sambil memeriksa hasil jahitannya, "besok saja dilanjut…" ia lalu beranjak dari mesin jahit menuju lemari dan menaruh hasil jahitannya. Setelah itu, ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil berbalik ke arah pintu. "Lho, kau masih di sini, Nanda?" Ariel tampak heran menatap Nanda, dia tidak menyadari keberadaannya ternyata. "Ya…" sahut Nanda lalu berdiri. Gadis itu lalu terkikik. "Rupanya kau perhatian juga…" "Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian karena aku juga bagian dari proyek ini!" terang Nanda agar gadis itu tidak salah paham. Sejenak Ariel terdiam menatap Nanda sebelum berjalan mendekatinya, sudut bibi
AkhirnyalaunchingRoyal Soultiba saatnya. Beruntung semua pekerjaan Ariel, Nanda dan para penjahit telah rampung. Para desainer terkenal mulai berdatangan dan disambut ramah oleh Ariel. Sedangkan Nanda mengambil tugas di belakang layar bersama Yohana. "Hei, Ariel!" seru desainer yang sangat terkenal berpenampilan eksentrik dengan kacamata persegi yang tebal dan rompi tanpa lengan, ia bernama Justin Oliver. "Aku sangat bersemangat datang di acaramu ini, waktu aku tahu kaulah yang memegang proyek ini, aku yakin pasti kau akan menampilkan karya desainer yang sangat fantastik!" Ariel hanya tertawa meringis menanggapi seruan Justin. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin apakah karyanya sendiri akan benar-benar fantastik. "Silahkan masuk!" ucap Ariel sambil mempersilahkan masuk desainer berpenampilan eksentrik itu. Ya, kadang-kadang beberapa desainer memang suka berpenampilan aneh bin ajaib. Semua tamu sudah berkumpul. Hideyoshi dan ibunya, ba
Seorang gadis cantik yang duduk di depan cermin seorang diri, menyisir pelan ujung-ujung rambut panjangnya yang berwarna coklat karamel dan tergerai indah ke samping, menutupi sebelah dadanya. Mata coklatnya yang seakan-akan menatap ke arah cermin kini membayangkan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegap, berambut silver dan memiliki mata musim gugur yang menatap tajam. Irene Wilson, seorang model cantik nan seksi,icondari produk Kotowari Fashion, kini hatinya sedang bermekaran rupanya. Ia tidak bisa melupakan sosok pria tampan yang telah membantunya ketika terjatuh di atascatwalk. Walaupun model-model yang lain menganggap pria itu begitu menakutkan karena kening pria itu tak henti-hentinya mengerut, semuanya menduga bahwa pria itu mungkin memiliki sifat yang kasar. Namun bagi Irene, kerutan di kening pria itu malah membuat sang pria terlihat semakin tampan dan… macho. Matanya terlihat
Nanda memasuki klub malam. Musik morena daridisc jockeymengalun begitu kencang diikuti goyangan heboh para pengunjung yang berjoget ria serta lampu warna-warni yang berkelap-kelip. Berminggu-minggu kerja ternyata membuat Nanda rindu pada dunianya. Nanda mengambil duduk di depan counter bar seorang bartender pria bertubuh tinggi besar, berambut coklat tua bergelombang dan berkulit eksotis. "Hai, Chad…" sapa Nanda ke sang bartender yang sedang beraksi dengan lemparan-lemparan botol berisi beberapa jenis minuman alkoholnya itu. "Hai, Nanda… apa kabar?" balas si bartender bernama Chad, sahabat Nanda sejak Nanda kuliah di luar negeri, tepatnya di Cambridge, Amerika Serikat. Waktu itu, Chad juga sedang menempuh pendidikan khusus untuk menjadi seorang bartender profesional karena kakeknya memiliki banyak koleksi wine yang sudah disimpannya bertahun-tahun lamanya. Sewaktu di Cambridge, apartemen mereka bersebelahan dan karena asal negara mereka sama, mere
"Nanda… kau tidak apa-apa, Nak?" Nanda mendengar suara wanita… suara lembut dan itu adalah suara ibunya. Ini pertama kalinya lagi aku mendengar suara ibunya lagi… "Nanda…" Nanda mengerjap-ngerjapkan matanya. Ternyata tadi ia memimpikan ibunya tapi ini pertama kalinya ia memimpikan ibunya setelah ibunya tiada. Nanda terbangun dan mendapati dirinya kini berada di dalam suatu kamar yang bukan sama sekali kamarnya. Nanda tidak tahu kamar siapa itu, ia langsung bangkit duduk dan… "Aaaaaaahh…" tiba-tiba Nanda merasakan rasa sakit yang terasa menjalar di bagian betis dan mata kakinya saat sedikit menggerakkan kakinya. "Nanda, kau sudah sadar?" Nanda menoleh ke samping. Ariel duduk di kursi samping ranjang tempat Nanda berbaring sekarang, tangannya memegang bungkusan berisi bongkahan es batu. Nanda lalu mengingat kejadian waktu menunggang kuda, ia ingat kalau ia tadi terjatuh rupanya dan… Sialan kuda itu! &nbs
Dua bulan lebih Nanda telah bekerja di Kotowari Fashion. Pelan-pelan ia mulai terbiasa dengan lingkungan kerjanya dan ia jadi berkeinginan untuk bekerja serius, bahkan ia tak segan-segan lagi bertanya pada Kiki. "Kiki, bisa jelaskan ini bagaimana?" tanyanya pada Kiki sambil memperlihatkan beberapa lembaran dokumen. Kiki pun menjelaskan sedetail-detailnya dan Nanda memperhatikan dengan seksama penjelasan Kiki. Nanda mengangguk mengerti akan penjelasan Kiki. Sementara Kiki masih menjelaskan, Nanda menengadah sebentar untuk berpikir lalu kembali menatap ke arah lembaran dokumen namun ia refleks menengadah kembali ke arah yang tadi. Dari jauh terlihat Ariel sedang berjalan bersama Wulan sambil tertawa bersama. Perhatian Nanda kini beralih ke Ariel, ia terus memandang wajah gadis itu, wajah gadis yang kini sedang tertawa lepas. Nanda bahkan enggan melepaskan pandangannya sehingga Kiki kini sedang berbicara sendiri. "Nanda… Nanda?" panggil Kiki yang sadar bahwa Nan
Selesai acara pernikahan putra Bu Yohana, Ariel mengajakNanda ke belakang gedung. Kata Ariel, di sana ada taman dengan danau kecil dan ia sangat ingin ke sana menikmati pemandangan sambil menunggu sopir keluarga Kujo datang menjemputnya. Beberapa ranting pohon yang mulai gundul dan daun-daun kecil kering yang beterbangan, ah… benar-benar pemandangan indah. Ariel mengajak Nanda untuk duduk di kursi taman panjang yang berada di dekat danau, di danau terlihat ada sepasang angsa yang sedang mengapungkan diri. Sambil tersenyum Ariel menatap sepasang angsa itu. "Hal yang paling membahagiakan… ketika kita tahu orang yang kita cintai ternyata juga mencintai kita, mengetahui perasaan sendiri tidak bertepuk sebelah tangan lalu bersatu di pernikahan…" kata Ariel pelan, "bukankah begitu, Nanda?" "…Kurasa tidak." Ariel menoleh ke a
Ishan berjalan dengan dagu terangkat menuju Instalasi Gawat Darurat bagian trauma. Tidur selama empat jam dan mandi pagi membuat wajah pria berusia mendekati setengah abad itu terlihat sangatfresh. Beberapa perawat dan dokter magang yang sempat berpapasan dengannya membungkukkan badan dengan segang ke arahnya, tentu saja karena Ishan termasuk dokter senior di sana.Kepala Ishan celingak-celinguk begitu berada di dalam ruangan. Di meja batu hanya ada tiga perawat dan dua orang dokter yang telah lama magang. Kesal sekali Ishan karena pagi itu ia tidak melihat seorang dokter ahli pun yang menjaga di ruangan tersebut, setidaknya harus ada satu dokter ahli yangstandbydi sana.Ishan lalu berjalan-jalan mengitari ruangan itu untuk melihat-lihat pasien yang sementara dirawat oleh dokter yang baru magang di hari pertamanya. Pagi ini tidak begitu banyak pasien, mungkin itu alasan dokter ahli yang seharusnya jaga pagi itu memilih
Sudah hampir sejam Gerry duduk menyandar di kepala ranjang, di suatu kamar hotel, tanpa memakai pakaian dan hanya selimut yang menutupi bawahannya. Ia tidak sendirian, di sampingnya ada seorang wanita berambut blonde, panjang nan bergelombang, tanpa balutan busana, masih tertidur tengkurap dengan sangat nyenyak, punggung mulusnya terekspos karena selimut hanya menutupi bawahnya hingga sepinggang, wanita yang telah menghabiskan malam bersamanya.Gerry terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat murung ke depan. Beberapa kali terdengar pria itu mendesah kecewa. Bukan karena wanita yang kini berada di sampingnya tidak memberikannya kepuasan, sebaliknya mereka berdua telah melakukan pertempuran yang begitu hebat dan liar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah didapat dari kepuasaan sex, keduanya adalah hal yang berbeda. Intinya, pria itu tidak berbahagia, satu-satunya yang dapat membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan adalah bersama dengan gadis yang ia cintai yaitu, Ariel.
Gerry kini duduk di suatu restoran mewah prancis, bersama dengan para pengunjung lain yang tengah menikmati hidangan makan malamnya. Bukan karena di restoran tersebut tidak menyediakan ruangan VIP namun pria itu memang sengaja makan malam bersama pengunjung lain karena ada sesuatu yang ia rencanakan.Gerry tak henti-hentinya melengkungkan senyumnya, jelas sekali bahwa pria itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Beberapa kali ia menatap jam tangannya dengan tak sabaran dan menengok ke arah pintu masuk, menantikan kehadiran gadis yang akan ia lamar.Lamar?Yeah, pria itu berniat melamar Ariel malam ini juga walaupun masih belum resmi karena bagaimana pun dia harus menghadapi keluarga Ariel terlebih dulu sebelum menikahinya. Tapi, setidaknya jika Ariel menerimanya, Gerry akan`memiliki keberanian dan semangat yang besar untuk menghadapi keluarga Kujo, terutama kakak ipar Ariel yang kini menjadi kepala keluarga Kujo.Betapa percaya dirinya pria itu
Ini sudah jam pulang kantor namun Ariel masih berada di dalam ruangannya. Gadis itu merenung akan sikap Nanda tadi pagi. Pria itu membuang pandangannya dan berbalik arah ketika melihat Ariel, tidak mungkin pria itu melakukan demikian tanpa alasan. Ariel berusaha mengingat-ingat apakah ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung Nanda tapi seingatnya ia sangat jarang berinteraksi dengan pria itu dan seingatnya lagi, beberapa hari yang lalu pun saat ia menyapa Nanda, pria itu masih bersikap normal.Lalu… sebenarnya apa masalahnya? Pikir Ariel.Ariel merasa sedih jika nantinya Nanda tidak lagi peduli padanya, atau yang paling parah malah memusuhinya seperti yang dilakukan Ryan. Ariel sudah menganggap Nanda adalah teman yang baik setelah menjalankan proyek bersama.Dengan lesu Ariel menarik tasnya dan beranjak keluar dari ruangannya. Gedung KotowariFashionsudah sepi rupanya, Ariel terus berjalan menujuliftna
Malam semakin larut namun Nanda masih saja gelisah di ranjangnya. Berkali-kali sudah ia merubah posisinya, sebentar berbalik ke kanan kemudian kembali ke kiri, begitu seterusnya untuk menemukan posisi senyaman mungkin. Nanda lalu bangkit dan duduk, ia sadar bahwa yang membuatnya sulit tidur bukanlah masalah posisinya atau ranjangnya tapi pikirannyalah yang kacau. Bukan hanya karena gosip mengenal Ariel yang telah memiliki kekasih namun sewaktu pulang kerja Nanda sempat melihat Ariel menaiki mobil mewahFerrari599xxx berwarna merah, tipe mobil pelit karena hanya menampung dua orang dan idealnya pemilik mobil itu tentunya seorang pria. Berarti, kemungkinan besar gosip tersebut memang benar.Nanda melirik ke arah laci, tangannya mencoba menjangkaunya untuk mengambil selembar foto di dalam, foto Ariel bersama dirinya. Nanda terus menatap foto tersebut, tiap kali pria itu menatap foto itu hatinya berubah menjadi melankonis."Ariel…" dengan suara l
Rupanya, gosip bahwa Ariel telah memiliki kekasih bukan hanya Nanda saja yang dengar tapi kabar tersebut sudah terdengar oleh karyawan lainnya termasuk Ryan. Sebagai pria yang juga "diam-diam" menyukai Ariel, sama halnya Nanda, Ryan juga merasa terusik. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, rapat tim label miliknya yang seharusnya dijadwalnya hari ini pun dibatalkan. Terdengar tidak profesional karena ini masalah pribadi namun gosip tersebut benar-benar membuat pria bertattoo itu risau tak karuan.Berada di dalam ruangannya terlalu lama sambil memikirkan Ariel membuat kepala Ryan terasa pusing. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari ruangannya, mencari angin sebentar, atau mungkin ia harus membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya kembali.Sekretaris dan orang kepercayaan Hideyoshi, Sandy dan Novita, tampak tergesa-gesa sambil membawa map putih."Ryan!" panggil Novita berseru ke arah Renji. Gadis bertubuh mungil dan be
Musim panas yang sangat cerah membuat semuanya bersemangat beraktifitas, termasuk Nanda. Pemilik rambutsilver itu bahkan telah membuat skedul semalam mengenal pekerjaan apa saja yang harus ia selesaikan untuk hari ini. Ia ingin semua pekerjaannya dapat selesai dengan tertata rapi dan penuh perencanaan. Kini gairah kerjanya semakin berkobar-kobar, apalagi di kantor ia bisa bertemu dengan sang pujaan hati. Dengan penuh percaya diri Nanda memasuki gedung KotowariFashion. Mata coklatnya bersinar cerah, menampakkan semangat dan gairah kerjanya yang sangat besar, langkahnya yang lebar-lebar dan terkesan tergesa-gesa menandakan pria itu tidak sabar ingin mengerjakan beberapa pekerjaannya yang masih tertunda kemarin. "Kemarin… aku lihat Nona Ariel bersama pacarnya di parkiran…" Nanda langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang wanita yang asyik bergosip bersama dua wanita lainnya, indra pendengarannya begitu peka jika
Ini sudah jam pulang kantor namun gadis pemilik mata bulat indah masih berada di dalam ruangannya. Bukan karena alasan ia masih memiliki pekerjaan hingga masih berada di ruangannya namun karena ia tidak ingin jika ia keluar sekarang ia akan bertemu dengan pria yang sering membuatkan kesal dan naik darah. Tidak ada yang ia kerjakan, ia hanya duduk berdiam diri sambil menunggu hingga kantor mulai sepi. Tok tok tok… Seseorang di luar mengetok pintu ruangan Ariel. "Siapa?!" Ariel bertanya menyeru sambil menatap ke arah pintu. "Kau masih di dalam, Riel? Ini aku… Alvin!" "Oh… masuklah!" Ceklek… Seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru langit membuka pintu ruangan Ariel, begitu ia melihat sosok pemilik ruangan yang kini duduk di sofa, pria itu tersenyum. "Tadi aku cuma ingin memastikan, di sini masih ada orang atau tidak karena ruanganmu masih terang…" ujarnya lalu melangkah masuk ke dalam, "kudengar… kau dan Ryan berte
Waktunya makan siang, Ken yang sedang merencanakan strategi "perdamaian" antara Ryan dan Ariel mengajak Ryan makan siang di kantin kantor. Kantin yang menyediakan berbagai masakan, mulai masakanWestern, Chinese food, Japanese food, Korean food,Arabian food, dan Indonesian food. "Kenapa kita masih duduk saja? Aku sudah lapar!" Ryan sudah tidak sabaran, sepuluh menit ia dan Ken hanya berduduk manis di kantin dan belum memesan makanan. "Sabar Ryan…" Ini sudah kedua kalinya Ken mengundur waktu, berusaha menahan ketidaksabaran Ryan, "sebentar lagi mereka datang…" "Mereka? Memangnya siapa yang kita tunggu?" "Nah, itu mereka!" Ken menunjuk ke arah dua gadis yang kini memasuki kantin, Elena dan… Ariel? Ryan langsung cengo, lalu menggeram ke arah Ken. Apa-apaan kau, Ken?! Batinnya. Sudah tahu Ryan dan Ariel sedang ada perang,eh malah diajak makan bersama, apa mereka ingin mencetus terjadinya perang lagi? Begitu memasuki kantin