Ariel merasa heran, tidak biasanya Hideyoshi memanggilnya seorang diri, biasanya pasti bukan hanya Ariel saja yang ia panggil karena semua pekerjaan mereka adalah kerja tim. Sepertinya ada sesuatu hal penting yang mau ia katakana pada Ariel.
Tok tok tok…
Ariel mengetuk pintu sebelum ia membuka pintu ruangan atasannya .
"Silahkan duduk, Ariel!" Hideyoshi langsung mempersilahkan Ariel duduk begitu Ariel masuk ke dalam ruangannya. Dengan tenang Ariel duduk di depan Hideyoshi, pria itu tampak sedang membaca suatu berkas, entah berkas apa itu.
"Ariel… apa kau ingat toko butik Royal Soul yang berada di balai kota?" tiba-tiba Hideyoshi bertanya.
Royal Soul? Itu kan butik tua yang kebangkrutannya tinggal menunggu waktu? Pikir Ariel. "Ya… aku tahu…" sahutnya kemudian, "butik yang sudah lama terbengkalai itu, kan?"
"Ya, tepat sekali," kata Hideyoshi, "awalnya aku ingin membiarkan saja butik itu bangkrut tapi…" Hideyoshi lalu menatap Ariel serius, "aku ingin mempertahankan butik itu dan aku akan menyerahkan proyek itu padamu, Ariel…"
Ariel menatap aneh Hideyoshi. Apa dia tidak salah dengar? Atasannya itu ingin mempertahankan Royal Soul?
"Hideyoshi-San…" ujar Ariel, "menurutku… Royal Soul itu, walaupun dipertahankan… tidak akan menghasilkan untung yang banyak, di sekitar sana terlalu banyak saingan yang bukan main-main. Lagi pula, minat orang-orang akan pakaian-pakaian klasik sangat minim, hanya orang-orang tertentu dan mencari desainer yang sudi bekerja merancang pakaian untuk butik itu juga sulit. Jadi, kurasa hanya akan mendatangkan ru-"
"Karena itu aku menyerahkan proyek ini padamu, Ariel…" Hideyoshi memotong ucapan Ariel, "aku percaya… kau pasti bisa melakukannya."
Ariel menatap tidak percaya Hideyoshi. Yang benar saja! Proyek ini seperti proyek yang sengaja dibuat-buat saja. Jelas-jelas butik itu tidak lama lagi hancur.
"Boleh kutahu alasan Hideyoshi-San ingin mempertahankan butik itu?" tanya Ariel.
Hideyoshi lalu memutar kursinya untuk membelakangi Ariel. "Dulu butik itu kudirikan untuk ibuku, bulan depan ibuku berulang tahun dan aku ingin kau merampung proyek itu sebelum ibuku berulang tahun. Aku ingin launching kembali butik itu tepat di hari itu…"
Ariel mengangkat sebelah alisnya. Kalau memang itu alasannya mengapa tidak dilakukan dari tahun-tahun yang lalu, malah ingin mempertahankannya di saat mendekati kehancuran. Ariel benar-benar tidak habis pikir dengan atasannya itu.
Hideyoshi kembali menghadap ke arah Ariel. "Tenang saja, Ariel… proyek ini tidak begitu besar… dan juga… kau tidak akan sendirian."
"Oh jadi, aku tidak sendirian?"
"Ya… kau akan mempunyai partner."
"Siapa? Apa Ryan? Ken? Oh… Elena, kan? Label milik Elena yang paling sesuai dengan gaya busana di sana…"
"Bukan mereka bertiga, bukan juga Alvin, Wulan, Shandy atau pun lainnya. Tapi, seorang karyawan baru… Ananda Iskandar."
Ariel mengernyit. Karyawan baru? Adakah? Ia tidak tahu kalau ada karyawan baru di kantornya.
"Shandy, tolong panggilkan Ananda Iskandar ke ruanganku!" kata Hideyoshi pada sekretarisnya melalui telfon.
"Kau pasti belum mengenal karyawan baru kita, dia adalah Ananda Iskandar, sebenarnya dia tidak mengerti apa-apa, mungkin dia hanya akan mengikutimu dan lebih banyak melihat-lihat selama kau menjalankan proyek ini."
Ariel benar-benar tidak mengerti maksud Hideyoshi.
"Bersikap baiklah pada partnermu itu, Ariel… walaupun mungkin dia akan sedikit mempersulitmu…"
Tok tok tok…
Seseorang lalu masuk ke ruangan Hideyoshi. "Apa anda memanggilku?" tanya pria yang kini berdiri di belakang Ariel. Ariel sama sekali tidak mengenali suaranya.
"Ya," sahut Hideyoshi, "Ariel… perkenalkan, ini partnermu… Ananda Iskandar."
Ariel berdiri lalu menoleh ke belakang dan sosok pria berambut silver mencolok dengan alis yang mengerut, memiliki tubuh yang tinggi tampak di hadapannya.
"Nanda… perkenalkan ini Ariel, partnermu…"
Ariel menatap pria itu, pria itu juga menatapnya dan tatapannya sangat menyeramkan. Bahkan, membungkukkan badannya di saat perkenalan mereka sepertinya enggan pria itu lakukan. Jujur, perasaan Ariel sangat tidak enak melihat pria bernama Nanda itu. Tapi…
"Sepertinya aku pernah melihatmu…"
"Ya… kau benar Ariel, kau memang pernah melihat Nanda," kata Hideyoshi, "dia juga hadir di kediaman Yamamoto-Sama tidak lama ini. Kau ingat?"
"Ah, ya... aku ingat!" seru Ariel, "yang bersama Keiji-San, kan?"
"Iya… dia anak dari sahabat Keiji-San…"
Hideyoshi lalu berjalan ke samping Nanda dan memegang punggungnya. Menurut Ariel, untuk ukuran seorang karyawan baru biasa, Hideyoshi sepertinya memperlakukan Nanda lebih istimewa atau hanya perasaannya saja.
"Nanda… kau akan kulibatkan ke dalam proyek bersama Ariel. Ariel adalah pekerja terbaik di sini, kau bisa belajar banyak darinya," kata Hideyoshi ke Nanda, "mudah-mudahan kalian bisa bekerja sama."
"Baiklah…" sahut Nanda.
"Kembalilah Nanda… aku sudah selesai denganmu, selanjutnya Ariel yang akan memberitahumu, kau ikuti arahannya saja."
Dan Nanda pun keluar dari ruangan Hideyoshi..
"Ariel…" Hideyoshi memanggil Ariel, "Nanda itu mempunyai karakter pendiam dan temperamental jadi kau harus bersabar dan lebih lunak pada anak muda itu," katanya, "oh ya… anak itu juga tidak memiliki pengalaman sama sekali, jadi maklum saja kalau dia tidak bisa banyak membantu."
"Tidak apa-apa… aku bisa mengarahkannya nanti," ucap Ariel.
Hideyoshi mengangguk.
***
"Nanda, kenapa Hideyoshi-San memanggilmu?" tanya kiki ketika Nanda sudah kembali ke tempatnya.
"Bukan apa-apa…" sahut Nanda.
Nanda lalu merenung, memikirkan proyek yang Hideyoshi katakan tadi. Nanda bertanya-tanya dalam hati, kenapa Hideyoshi malah memintanya untuk ikut ke dalam proyek bersama Nona Ariel? Padahal, Nanda merasa ia hanya karyawan baru dan tidak penting. Bukannya ada banyak orang hebat di sana dan kenapa atasannya itu malah memintanya yang jelas-jelas tidak mengerti apa-apa mengenai pekerjaan itu. Apa maksudnya?
"Nanda…" seseorang memanggil Nanda. Nanda sedikit menengadah dan Nona Ariel sudah berdiri di luar sekat ruangannya. "Kalau kau sudah tidak ada kerjaan segeralah ke ruanganku, aku harus bicara dulu denganmu," lalu Ariel berbalik dan pergi.
"Tidak?!" seru Kevin berlebihan, "apa tadi aku tidak salah dengar? Nona Ariel… tadi mengajak Nanda ke ruangannya? Unbelievable! Kenapa bukan aku saja?"
"Sudah, jangan lebay deh…" ujar Kiki yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
"Tidak bisa kupercaya! Aku sudah lama kerja di sini! Kenapa? Kenapa malah Nanda yang baru seminggu di sini malah bisa berbicara dengan Nona Ariel?! Dimana keadilan?!"
Daripada Nanda emosi mendengar ocehan Kevin, lebih baik ia memilih beranjak dari sana.
"Hei, Nanda kamu mau kemana?" seru Kevin menanyai Nanda.
"Ke ruangan Nona Ariel!" sahut Nanda menyeru biar Kevin semakin stress.
"TIDAAAAAAAAAAAAAKK!"
Kini Nanda berada di depan pintu ruangan Ariel. Sebelum membukanya ia mengetok pintu terlebih dahulu.
"Masuk…" terdengar suaranya dari balik pintu. Segera Nanda membukanya dan masuk ke dalam ruangan, terlihat Ariel sedang duduk dan sibuk melihat berkas-berkas. "Silahkan masuk, Nanda!" katanya, lalu Nanda berjalan mendekati mejanya. "Duduklah!" dia mempersilahkan Nanda duduk, Nanda pun duduk dengan tenang.
Nanda memperhatikan gadis itu yang begitu serius membaca berkas, menunggu hingga ia memulai pembicaraan.
"Aku baru tahu kalau di sini ada karyawaan baru…" ucap Ariel mengawali pembicaraan tanpa menoleh ke arah Nanda, ia lalu menyimpan berkas-berkas itu ke dalam map dan menyingkirkannya dari meja. Mata besarnya lalu menatap Nanda, diam-diam Nanda terpesona menatap mata hitam milik Ariel yang indah. "Sebenarnya aku tidak tahu alasan mengapa Hideyoshi-San malah memilihmu untuk mendampingiku ke dalam proyek, but… it's okay, itu bukan masalah untukku. Oh ya, aku juga ingin memberitahumu, selama sebulan ini kita akan menjadi partner, aku tidak suka ada rasa canggung dengan partnerku jadi mungkin mulai sekarang kita mencoba mengakrabkan diri."
Nanda menatap tidak mengerti ke arah Ariel. Apa maksud gadis itu ingin berteman dengannya atau bagaimana?
"Kau cukup memanggilku Ariel seperti Hideyoshi-San, tidak usah pakai embel-embel ‘Nona’"
"Baiklah," sahut Nanda.
"Oke…" gumam Ariel, "good…"
"Apa hanya itu?" tanya Nanda.
"Emmm…." Ariel tampak sedang memikirkan sesuatu, "mungkin… sebaiknya selama proyek ini, kau pindah di ruangan ini," ucapnya kemudian.
Nanda mengernyit. Tak mengerti maksud Ariel?
"Aku tidak mau nanti bersusah-susah bolak-balik ke tempatmu hanya untuk memanggilmu, kau pun juga akan susah jika harus bolak-balik ke ruanganku jadi sebaiknya kau pindah ke sini saja untuk sementara, aku tidak keberatan jika berbagi ruangan denganmu apalagi ruangan ini cukup luas untuk dua orang," terang Ariel panjang lebar, "hanya selama proyek ini," ia menekankan kembali.
nanda menimbang-nimbangnya. Pasti sangat tidak nyaman jika berada satu ruangan dengan gadis itu tapi setidaknya ia jadi benar-benar bisa bekerja dan selain itu ia tidak akan mendengar ocehan Kevin yang sering membuat gendang telinganya gatal hingga ingin menonjok wajah seseorang.
"Baiklah jika kau tidak merasa terganggu," ucap Nanda.
Gadis itu mengangguk-ngangguk. "Sebentar kau bisa membawa barang-barangmu ke sini jadi besok begitu datang kau langsung masuk ke ruanganku karena kita akan mulai bergerak besok," ucap Ariel, "sudah, kau bisa kembali ke tempatmu sekarang…"
***
Nanda kini sibuk mengemasi sebagian barang-barangnya ke dalam kotak. Seperti permintaan gadis bernama Ariel, Nanda akan menempati ruangan bersama Ariel untuk sementara. Semua staf yang lain terheran-heran melihat Nanda yang sepertinya akan pindah atau malah dipecat karena ia dari ruangan Hideyoshi.
"Nanda!" Kevin berseru memanggil Nanda, "Kenapa kau malah mengemasi barang-barang… kau mau pindah kemana?"
"…Ke ruangan Ariel." sahut Nanda sambil hendak mengangkat kotak yang berisi barang-barangnya.
"Apa?" Kevin terperangah, "ke ruangan "Ariel" katamu?"
Nanda malas menanggapi kelebayan Kevin, ia mengangkat kotaknya dan langsung meninggalkan tempat itu.
"Hei, Kiki! Apa aku tadi tidak salah dengar? Karyawan baru itu menyebut nama Nona Ariel dengan Ariel?"
"Kau tidak salah dengar, kok…" sahut Kiki yang masih sibuk dengan ponselnya, dia sedang asik berchat ria melalui ponselnya.
"TIDAAAAAAAAAKK."
.
TBC
"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua. "Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli. "Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion." "Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa. "Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan. "Ah, tidak,"
Nanda dan Ariel langsung menuju ke butik milik Ryo. Ariel yang sedang menyetir mobil tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalnya pada desainer menyebalkan itu, ia tidak membuka mulut selama diperjalanan. Nanda bisa mengira mungkin akan ada pertengkaran yang sengit antara Ariel dan Ryo. Walaupun ia sendiri tidak akrab dengan Ariel tapi Nanda juga jengkel dengan desainer sombong dan sok hebat itu. Nanda berpikir, jika ia menjadi Ariel mungkin ia akan menghajar habis-habisan gadis sombong itu karena membuat orang pusing saja. Akhirnya, mereka sampai di depan bangunan rumah barbie itu. Ariel langsung bergegas, berlari menuju butik begitu turun dari mobil, langsung-langsung ia masuk tanpa permisi lagi sementara Nanda mengikutinya dari belakang. Tampak Ryo sedang sarapan dengan sandwich dan segelas anggur merah dengan santainya. "Asyik sekali kau, santai-santai saja di sini dan meninggalkan kewajibanmu!" labrak Ariel tiba-tiba dan sukses membuat Ryo yang sedang menegu
Nanda melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam lewat. Ia lalu melirik Ariel yang masih sibuk berkutat dengan mesin jahit. Gadis itu benar-benar tak patah semangat rupanya tapi Nanda tetap menunggunya, duduk melantai di dekat pintu dan menyandarkan punggung di dinding. "Huff…. akhirnya, jahitannya selesai…" gumam Ariel sambil memeriksa hasil jahitannya, "besok saja dilanjut…" ia lalu beranjak dari mesin jahit menuju lemari dan menaruh hasil jahitannya. Setelah itu, ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil berbalik ke arah pintu. "Lho, kau masih di sini, Nanda?" Ariel tampak heran menatap Nanda, dia tidak menyadari keberadaannya ternyata. "Ya…" sahut Nanda lalu berdiri. Gadis itu lalu terkikik. "Rupanya kau perhatian juga…" "Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian karena aku juga bagian dari proyek ini!" terang Nanda agar gadis itu tidak salah paham. Sejenak Ariel terdiam menatap Nanda sebelum berjalan mendekatinya, sudut bibi
AkhirnyalaunchingRoyal Soultiba saatnya. Beruntung semua pekerjaan Ariel, Nanda dan para penjahit telah rampung. Para desainer terkenal mulai berdatangan dan disambut ramah oleh Ariel. Sedangkan Nanda mengambil tugas di belakang layar bersama Yohana. "Hei, Ariel!" seru desainer yang sangat terkenal berpenampilan eksentrik dengan kacamata persegi yang tebal dan rompi tanpa lengan, ia bernama Justin Oliver. "Aku sangat bersemangat datang di acaramu ini, waktu aku tahu kaulah yang memegang proyek ini, aku yakin pasti kau akan menampilkan karya desainer yang sangat fantastik!" Ariel hanya tertawa meringis menanggapi seruan Justin. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin apakah karyanya sendiri akan benar-benar fantastik. "Silahkan masuk!" ucap Ariel sambil mempersilahkan masuk desainer berpenampilan eksentrik itu. Ya, kadang-kadang beberapa desainer memang suka berpenampilan aneh bin ajaib. Semua tamu sudah berkumpul. Hideyoshi dan ibunya, ba
Seorang gadis cantik yang duduk di depan cermin seorang diri, menyisir pelan ujung-ujung rambut panjangnya yang berwarna coklat karamel dan tergerai indah ke samping, menutupi sebelah dadanya. Mata coklatnya yang seakan-akan menatap ke arah cermin kini membayangkan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegap, berambut silver dan memiliki mata musim gugur yang menatap tajam. Irene Wilson, seorang model cantik nan seksi,icondari produk Kotowari Fashion, kini hatinya sedang bermekaran rupanya. Ia tidak bisa melupakan sosok pria tampan yang telah membantunya ketika terjatuh di atascatwalk. Walaupun model-model yang lain menganggap pria itu begitu menakutkan karena kening pria itu tak henti-hentinya mengerut, semuanya menduga bahwa pria itu mungkin memiliki sifat yang kasar. Namun bagi Irene, kerutan di kening pria itu malah membuat sang pria terlihat semakin tampan dan… macho. Matanya terlihat
Nanda memasuki klub malam. Musik morena daridisc jockeymengalun begitu kencang diikuti goyangan heboh para pengunjung yang berjoget ria serta lampu warna-warni yang berkelap-kelip. Berminggu-minggu kerja ternyata membuat Nanda rindu pada dunianya. Nanda mengambil duduk di depan counter bar seorang bartender pria bertubuh tinggi besar, berambut coklat tua bergelombang dan berkulit eksotis. "Hai, Chad…" sapa Nanda ke sang bartender yang sedang beraksi dengan lemparan-lemparan botol berisi beberapa jenis minuman alkoholnya itu. "Hai, Nanda… apa kabar?" balas si bartender bernama Chad, sahabat Nanda sejak Nanda kuliah di luar negeri, tepatnya di Cambridge, Amerika Serikat. Waktu itu, Chad juga sedang menempuh pendidikan khusus untuk menjadi seorang bartender profesional karena kakeknya memiliki banyak koleksi wine yang sudah disimpannya bertahun-tahun lamanya. Sewaktu di Cambridge, apartemen mereka bersebelahan dan karena asal negara mereka sama, mere
"Nanda… kau tidak apa-apa, Nak?" Nanda mendengar suara wanita… suara lembut dan itu adalah suara ibunya. Ini pertama kalinya lagi aku mendengar suara ibunya lagi… "Nanda…" Nanda mengerjap-ngerjapkan matanya. Ternyata tadi ia memimpikan ibunya tapi ini pertama kalinya ia memimpikan ibunya setelah ibunya tiada. Nanda terbangun dan mendapati dirinya kini berada di dalam suatu kamar yang bukan sama sekali kamarnya. Nanda tidak tahu kamar siapa itu, ia langsung bangkit duduk dan… "Aaaaaaahh…" tiba-tiba Nanda merasakan rasa sakit yang terasa menjalar di bagian betis dan mata kakinya saat sedikit menggerakkan kakinya. "Nanda, kau sudah sadar?" Nanda menoleh ke samping. Ariel duduk di kursi samping ranjang tempat Nanda berbaring sekarang, tangannya memegang bungkusan berisi bongkahan es batu. Nanda lalu mengingat kejadian waktu menunggang kuda, ia ingat kalau ia tadi terjatuh rupanya dan… Sialan kuda itu! &nbs
Dua bulan lebih Nanda telah bekerja di Kotowari Fashion. Pelan-pelan ia mulai terbiasa dengan lingkungan kerjanya dan ia jadi berkeinginan untuk bekerja serius, bahkan ia tak segan-segan lagi bertanya pada Kiki. "Kiki, bisa jelaskan ini bagaimana?" tanyanya pada Kiki sambil memperlihatkan beberapa lembaran dokumen. Kiki pun menjelaskan sedetail-detailnya dan Nanda memperhatikan dengan seksama penjelasan Kiki. Nanda mengangguk mengerti akan penjelasan Kiki. Sementara Kiki masih menjelaskan, Nanda menengadah sebentar untuk berpikir lalu kembali menatap ke arah lembaran dokumen namun ia refleks menengadah kembali ke arah yang tadi. Dari jauh terlihat Ariel sedang berjalan bersama Wulan sambil tertawa bersama. Perhatian Nanda kini beralih ke Ariel, ia terus memandang wajah gadis itu, wajah gadis yang kini sedang tertawa lepas. Nanda bahkan enggan melepaskan pandangannya sehingga Kiki kini sedang berbicara sendiri. "Nanda… Nanda?" panggil Kiki yang sadar bahwa Nan
Ishan berjalan dengan dagu terangkat menuju Instalasi Gawat Darurat bagian trauma. Tidur selama empat jam dan mandi pagi membuat wajah pria berusia mendekati setengah abad itu terlihat sangatfresh. Beberapa perawat dan dokter magang yang sempat berpapasan dengannya membungkukkan badan dengan segang ke arahnya, tentu saja karena Ishan termasuk dokter senior di sana.Kepala Ishan celingak-celinguk begitu berada di dalam ruangan. Di meja batu hanya ada tiga perawat dan dua orang dokter yang telah lama magang. Kesal sekali Ishan karena pagi itu ia tidak melihat seorang dokter ahli pun yang menjaga di ruangan tersebut, setidaknya harus ada satu dokter ahli yangstandbydi sana.Ishan lalu berjalan-jalan mengitari ruangan itu untuk melihat-lihat pasien yang sementara dirawat oleh dokter yang baru magang di hari pertamanya. Pagi ini tidak begitu banyak pasien, mungkin itu alasan dokter ahli yang seharusnya jaga pagi itu memilih
Sudah hampir sejam Gerry duduk menyandar di kepala ranjang, di suatu kamar hotel, tanpa memakai pakaian dan hanya selimut yang menutupi bawahannya. Ia tidak sendirian, di sampingnya ada seorang wanita berambut blonde, panjang nan bergelombang, tanpa balutan busana, masih tertidur tengkurap dengan sangat nyenyak, punggung mulusnya terekspos karena selimut hanya menutupi bawahnya hingga sepinggang, wanita yang telah menghabiskan malam bersamanya.Gerry terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat murung ke depan. Beberapa kali terdengar pria itu mendesah kecewa. Bukan karena wanita yang kini berada di sampingnya tidak memberikannya kepuasan, sebaliknya mereka berdua telah melakukan pertempuran yang begitu hebat dan liar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah didapat dari kepuasaan sex, keduanya adalah hal yang berbeda. Intinya, pria itu tidak berbahagia, satu-satunya yang dapat membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan adalah bersama dengan gadis yang ia cintai yaitu, Ariel.
Gerry kini duduk di suatu restoran mewah prancis, bersama dengan para pengunjung lain yang tengah menikmati hidangan makan malamnya. Bukan karena di restoran tersebut tidak menyediakan ruangan VIP namun pria itu memang sengaja makan malam bersama pengunjung lain karena ada sesuatu yang ia rencanakan.Gerry tak henti-hentinya melengkungkan senyumnya, jelas sekali bahwa pria itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Beberapa kali ia menatap jam tangannya dengan tak sabaran dan menengok ke arah pintu masuk, menantikan kehadiran gadis yang akan ia lamar.Lamar?Yeah, pria itu berniat melamar Ariel malam ini juga walaupun masih belum resmi karena bagaimana pun dia harus menghadapi keluarga Ariel terlebih dulu sebelum menikahinya. Tapi, setidaknya jika Ariel menerimanya, Gerry akan`memiliki keberanian dan semangat yang besar untuk menghadapi keluarga Kujo, terutama kakak ipar Ariel yang kini menjadi kepala keluarga Kujo.Betapa percaya dirinya pria itu
Ini sudah jam pulang kantor namun Ariel masih berada di dalam ruangannya. Gadis itu merenung akan sikap Nanda tadi pagi. Pria itu membuang pandangannya dan berbalik arah ketika melihat Ariel, tidak mungkin pria itu melakukan demikian tanpa alasan. Ariel berusaha mengingat-ingat apakah ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung Nanda tapi seingatnya ia sangat jarang berinteraksi dengan pria itu dan seingatnya lagi, beberapa hari yang lalu pun saat ia menyapa Nanda, pria itu masih bersikap normal.Lalu… sebenarnya apa masalahnya? Pikir Ariel.Ariel merasa sedih jika nantinya Nanda tidak lagi peduli padanya, atau yang paling parah malah memusuhinya seperti yang dilakukan Ryan. Ariel sudah menganggap Nanda adalah teman yang baik setelah menjalankan proyek bersama.Dengan lesu Ariel menarik tasnya dan beranjak keluar dari ruangannya. Gedung KotowariFashionsudah sepi rupanya, Ariel terus berjalan menujuliftna
Malam semakin larut namun Nanda masih saja gelisah di ranjangnya. Berkali-kali sudah ia merubah posisinya, sebentar berbalik ke kanan kemudian kembali ke kiri, begitu seterusnya untuk menemukan posisi senyaman mungkin. Nanda lalu bangkit dan duduk, ia sadar bahwa yang membuatnya sulit tidur bukanlah masalah posisinya atau ranjangnya tapi pikirannyalah yang kacau. Bukan hanya karena gosip mengenal Ariel yang telah memiliki kekasih namun sewaktu pulang kerja Nanda sempat melihat Ariel menaiki mobil mewahFerrari599xxx berwarna merah, tipe mobil pelit karena hanya menampung dua orang dan idealnya pemilik mobil itu tentunya seorang pria. Berarti, kemungkinan besar gosip tersebut memang benar.Nanda melirik ke arah laci, tangannya mencoba menjangkaunya untuk mengambil selembar foto di dalam, foto Ariel bersama dirinya. Nanda terus menatap foto tersebut, tiap kali pria itu menatap foto itu hatinya berubah menjadi melankonis."Ariel…" dengan suara l
Rupanya, gosip bahwa Ariel telah memiliki kekasih bukan hanya Nanda saja yang dengar tapi kabar tersebut sudah terdengar oleh karyawan lainnya termasuk Ryan. Sebagai pria yang juga "diam-diam" menyukai Ariel, sama halnya Nanda, Ryan juga merasa terusik. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, rapat tim label miliknya yang seharusnya dijadwalnya hari ini pun dibatalkan. Terdengar tidak profesional karena ini masalah pribadi namun gosip tersebut benar-benar membuat pria bertattoo itu risau tak karuan.Berada di dalam ruangannya terlalu lama sambil memikirkan Ariel membuat kepala Ryan terasa pusing. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari ruangannya, mencari angin sebentar, atau mungkin ia harus membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya kembali.Sekretaris dan orang kepercayaan Hideyoshi, Sandy dan Novita, tampak tergesa-gesa sambil membawa map putih."Ryan!" panggil Novita berseru ke arah Renji. Gadis bertubuh mungil dan be
Musim panas yang sangat cerah membuat semuanya bersemangat beraktifitas, termasuk Nanda. Pemilik rambutsilver itu bahkan telah membuat skedul semalam mengenal pekerjaan apa saja yang harus ia selesaikan untuk hari ini. Ia ingin semua pekerjaannya dapat selesai dengan tertata rapi dan penuh perencanaan. Kini gairah kerjanya semakin berkobar-kobar, apalagi di kantor ia bisa bertemu dengan sang pujaan hati. Dengan penuh percaya diri Nanda memasuki gedung KotowariFashion. Mata coklatnya bersinar cerah, menampakkan semangat dan gairah kerjanya yang sangat besar, langkahnya yang lebar-lebar dan terkesan tergesa-gesa menandakan pria itu tidak sabar ingin mengerjakan beberapa pekerjaannya yang masih tertunda kemarin. "Kemarin… aku lihat Nona Ariel bersama pacarnya di parkiran…" Nanda langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang wanita yang asyik bergosip bersama dua wanita lainnya, indra pendengarannya begitu peka jika
Ini sudah jam pulang kantor namun gadis pemilik mata bulat indah masih berada di dalam ruangannya. Bukan karena alasan ia masih memiliki pekerjaan hingga masih berada di ruangannya namun karena ia tidak ingin jika ia keluar sekarang ia akan bertemu dengan pria yang sering membuatkan kesal dan naik darah. Tidak ada yang ia kerjakan, ia hanya duduk berdiam diri sambil menunggu hingga kantor mulai sepi. Tok tok tok… Seseorang di luar mengetok pintu ruangan Ariel. "Siapa?!" Ariel bertanya menyeru sambil menatap ke arah pintu. "Kau masih di dalam, Riel? Ini aku… Alvin!" "Oh… masuklah!" Ceklek… Seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru langit membuka pintu ruangan Ariel, begitu ia melihat sosok pemilik ruangan yang kini duduk di sofa, pria itu tersenyum. "Tadi aku cuma ingin memastikan, di sini masih ada orang atau tidak karena ruanganmu masih terang…" ujarnya lalu melangkah masuk ke dalam, "kudengar… kau dan Ryan berte
Waktunya makan siang, Ken yang sedang merencanakan strategi "perdamaian" antara Ryan dan Ariel mengajak Ryan makan siang di kantin kantor. Kantin yang menyediakan berbagai masakan, mulai masakanWestern, Chinese food, Japanese food, Korean food,Arabian food, dan Indonesian food. "Kenapa kita masih duduk saja? Aku sudah lapar!" Ryan sudah tidak sabaran, sepuluh menit ia dan Ken hanya berduduk manis di kantin dan belum memesan makanan. "Sabar Ryan…" Ini sudah kedua kalinya Ken mengundur waktu, berusaha menahan ketidaksabaran Ryan, "sebentar lagi mereka datang…" "Mereka? Memangnya siapa yang kita tunggu?" "Nah, itu mereka!" Ken menunjuk ke arah dua gadis yang kini memasuki kantin, Elena dan… Ariel? Ryan langsung cengo, lalu menggeram ke arah Ken. Apa-apaan kau, Ken?! Batinnya. Sudah tahu Ryan dan Ariel sedang ada perang,eh malah diajak makan bersama, apa mereka ingin mencetus terjadinya perang lagi? Begitu memasuki kantin