Savina sudah tiba di sebuah rumah megah dengan bangunan bergaya eropa. Sesekali ia menghela napas sambil mengedarkan pandangannya.Seorang laki-laki keluar dari dalam dan menyapa Savina yang tengah duduk sendirian di sana.“Selamat pagi, apa kamu yang namanya Savina?” tanya laki-laki itu dengan tatapan lekat.“Ya, saya Savina. Kalau boleh tahu, Bapak siapa?” tanya Savina dengan nada ramah.“Saya Fazli, tugas kamu di sini mengasuh anak saya. Namanya Shera, dia masih duduk di taman kanak-kanak dan sudah beberapa hari ini, dia enggan masuk ke sekolah.” Fazli memperkenalkan diri kepada Savina sambil menceritakan tentang putrinya.“Pak Fazli, apa saya boleh bertemu dengan Shera?” tanya Savina dengan penuh rasa penasaran.“Tentu, sekarang dia ada di kamar. Mari saya antar,” ucap Fazli kepada Savina.Mereka berdua segera menuju ke kamar Shera yang terletak di lantai dua. Savina berdoa di dalam hati, semoga saja Shera mau menerima dirinya sebagai pengasuhnya.Sesampainya di kamar, Savina dan
Shera sudah berada di bawah pohon mangga bersama Savina. Anak itu tersenyum senang karena sebentar lagi Savina pasti akan diusir oleh ayahnya. Ia merasa marah karena ayahnya selalu saja mendatangkan pengasuh untuk menemani dirinya, padahal Shera hanya ingin kehadiran seorang wanita yang dipanggilnya sebagai ibu di dalam hidupnya.“Sus, bagaimana? Apa Sus Vina sudah siap?” tanya Shera dengan tatapan lekat.Savina hanya tersenyum lembut, wanita itu mengangguk dan menghampiri gadis kecil yang tengah mengamati dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.“Tentu saja, Sus sudah pasti tidak akan menyerah,” kekeh Savina sambil bersiap-siap memanjat pohon mangga dan memetik buahnya untuk Shera.Savina segera mulai memanjat pohon mangga yang tinggi menjulang. Ia bahkan tidak merasa takut atau gentar ketika gerombolan semut merah merayapi tangannya dan menggigit beberapa bagian tubuhnya. Kalau saja tidak memikirkan tantangannya kepada Shera, mungkin Savina sudah menyerah.Setelah berusaha denga
“Tunggu, sebenarnya Mbok Nah tidak memikirkan apapun. Mbok Nah hanya sedih memikirkan Shera,” Mbok Nah berbicara dengan bibir bergetar. Wanita itu tertunduk dalam dengan isak tangis yang pecah di hadapan Savina.“Shera? Ada apa dengan Shera?” Savina tampak terkejut dan bertanya kepada Mbok Nah, Wanita itu merasa penasaran dengan rahasia yang disembunyikan di rumah ini.“Shera telah kehilangan ibunya.” Mbok Nah berbicara dengan netra berkaca-kaca.“Kehilangan ibunya? M-maksud Mbok Nah, apa?” Savina bertanyan sambil mengernyitkan keningnya. Ia tidak habis pikir dengan ucapan Mbok Nah yang tengah berdiri di hadapannya.“Satu setengah tahun lalu, Bu Erlita pergi untuk melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Namun, sampai detik ini, Bu Erlita tidak pernah kembali.” Tangis Mbok Nah kembali pecah. Wanita itu bahkan tidak mampu melanjutkan ucapannya. Hanya suara isakan yang terdengar dari mulut Mbok Nah.Savina hanya menghela napas panjang, ia sepertinya paham dengan kondisi Mbok Nah. Wanit
“Vin, ini yang membuat Bu Erlita meninggalkan Pak Fazli dan Shera,” ucap Mbok Nah dengan netra berkaca-kaca.DEG!Savina tampak terdiam sambil mengamati sesuatu di tangan Mbok Nah. Ia mengambil sebuah surat kabar yang diberikan kepadanya.“Apa ini, Mbok?” tanya Savina dengan tatapan keheranan. Ia bahkan tidak paham dengan sikap Mbok Nah.“Di situ ada berita yang memuat menghilangnya Bu Erlita. Mungkin kamu akan paham, kenapa Pak Fazli selalu saja tampak sedih ketika membahas mendiang istrinya.” Mbok Nah meminta Savina untuk mengamati baik-baik berita yang ada di sana.Savina membaca berita yang dimaksud oleh Mbok Nah, wanita tampak terdiam dengan tangan bergetar. Seketika lidahnya kelu ketika melihat sebuah nama yang tertera di sana.“Pesawat Flying Air dinyatakan hilang kontak setelah dua puluh menit mengudara. Kemungkinan seluruh penumpang dan crew tewas, setelah pesawat diperkirakan jatuh di laut jawa.” Savina terdiam dengan netra berkaca-kaca ketika membaca kalimat demi kalimat
“Syarat? Syarat apa?” tanya Shera dengan tatapan lekat. Sepertinya anak itu mulai tertarik dengan permainan yang akan ditawarkan oleh Savina.Savina tersenyum kecil dan mulai mengatur siasat. Ia tidak boleh kalah oleh Shera. Mungkin selama ini, para pengasuh yang lain akan menyerah dengan kenakalan yang Shera ciptakan. Namun, hal itu tidak berlaku untuknya.“Tunggu sebentar!” ucap Savina sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya.Shera terkejut ketika melihat sebuah koin yang terletak di genggaman tangan Savina. Anak itu bahkan mengernyitkan keningnya dan menatap wajah Savina dalam-dalam.“Sus, koin itu untuk apa?” tanya Shera dengan tatapan lekat.“Sus akan melakukan permainan, sekarang kamu pilih gambar ini, kamu pilih angklung atau gambar garuda?” Savina menyodorkan koin yang berada di telapak tangannya kepada Shera. Wanita itu meminta Shera untuk memilih.“Kalau aku memilih gambar garuda, bagaimana?” Shera menujuk sisi koin yang akan dipilihnya.“Kalau kamu memilih gambar g
“Sus Vina, aku tidak akan membiarkanmu menggantikan posisi bunda. Sampai kapanpun, bunda akan tetap menjadi ibuku!” lirih Shera dengan tatapan yang begitu tajam.Shera menatap lekat ke arah Savina yang tengah berlalu dari hadapan mereka. Ada rasa marah yang tersimpan di dalam dadanya.“Yah, apa Ayah, akan mengganti bunda?” Shera bertanya kepada Fazli yang masih duduk di sampinya.“Shera, maksud kamu apa? Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Fazli hanya tersenyum kecil mendapat pertanyaan seperti itu dari putrinya. Laki-laki itu bahkan hanya terkekeh mendengar pertanyaan yang cukup menggelikan baginya.“Apa Ayah, sudah tidak mencintai bunda?” Shera kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Fazli mengernyitkan keningnya.“Shera, kamu bicara apa?” Fazli mencubit pipi putrinya yang tampak menggemaskan. Luka hatinya saja belum sembuh karena kehilangan Erlita, mana mungkin dirinya akan sanggup mencari pengganti wanita itu? Rasa cintanya kepada Erlita begitu besar dan sampai kapanpun, posis
Part 34“Shera, siapa wanita yang tadi mengantarmu? Apa dia pengganti bundamu?” tanya Lana dengan tatapan polosnya.DEG!Shera terdiam dengan tatapan terkejut. Senyumnya seketika menghilang dan sirna dari wajahnya. Kata-kata Lana membuat jantung Shera berdetak lebih cepat.“Kenapa kamu diam? Apa kamu sudah siap memiliki bunda baru?” Lana kembali menegaskan pertanyaannya kepada Shera.“Tidak, dia bukan bundaku. Sus Vina, itu pengasuhku. Selama bunda belum pulang, Sus Vina yang akan membantu dan menemaniku.” Shera berbicara dengan nada setengah berteriak. Ia merasa tidak rela, kalau Savina akan menggantikan posisi bundanya.Lana hanya terdiam dengan wajah ketakutan. Anak itu tampak terkejut dengan sikap Shera. Ibu guru yang mendengar suara Shera, segera mendekati anak itu dan berusaha menenangkannya.“Shera, ada apa? Kenapa kamu berteriak?” Bu Rita bertanya dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu seakan tahu kalau Shera memang memerlukan perhatian.“Lana mengejek, katanya Sus Vina,
Fazli memijit kepalanya yang berdenyut, laki-laki itu menghela napas panjang setelah kepergian Nadia. Akhir-akhir ini, Nadia kerap memaksa dirinya untuk segera melanjutkan ke jenjang pernikahan. Namun, dirinya masih sangat mencintai Erlita. Ia bahkan tidak pernah berniat untuk menikah lagi setelah kepergian istrinya.“Erlita, meski kamu sudah pergi meninggalkan aku dan Shera, rasa cinta ini tidak pernah berubah. Aku masih berharap, kalau ini hanyalah sebuah mimpi buruk saja. Kamu akan kembali, meski kemungkinan itu terasa sangat kecil.” Fazli berbicara dengan tatapan menerawang. Pria itu benar-benar tertekan dengan tuntutan Nadia dan keluarganya.Ia mengingat dengan baik setelah enam bulan kepergian Erlita. Keluarga mereka sepakat untuk menjodohkan Nadia dengan dirinya. Meski Fazli menolak, mereka tetap memaksa. Orang tua Fazli mengatakan, kalau Nadia adalah calon ibu pengganti yang sesuai untuk cucunya. Dengan seiring waktu, Fazli pasti akan melupakan kepergian istrinya.Apalagi, kel