Firman tampak memapah istrinya memasuki rumah Bu Leni. Laki-laki itu begitu sabar mendampingi Savina selama menjalani pemulihan di rumah sakit. Ia bahkan berusaha menghibur Savina meski istrinya sangat sulit untuk tersenyum dan terkesan ingin menghindar darinya.“Mas, terima kasih sudah mengurusku dengan baik. Aku merasa menjadi beban untukmu dan keluargamu. Seharusnya aku yang merawatmu, tapi yang terjadi justru sebaliknya.” Savina berbicara dengan tatapan nanar. Wanita itu merasa bersalah karena sudah merepotkan Firman dan keluarganya.“Vin, kamu bicara apa? Aku ini suamimu dan sudah sepantasnya aku mengurus dan merawatmu. Aku melakukan semua ini dengan ikhlas. Sekarang lebih baik pulihkan kondisimu dan jangan berpikir yang macam-macam!” Firman meminta istrinya untuk beristirahat. Ia tidak ingin Savina banyak beraktivitas mengingat kondisinya belum benar-benar pulih.Setelah menyelimuti tubuh Savina, Firman keluar dari kamar dan meninggalkan wanita itu sendirian. Sebagai seorang sua
“Assalamualaikum!” ucap Nayra ketika memasuki kamar Savina. Wanita itu menatap Savina yang masih terbaring di ranjangnya.Savina tampak terkejut. Ia hampir tidak percaya kalau ada seorang wanita cantik yang tengah memasuki kamarnya. Seketika jantungnya berdetak kencang ketika ia menyadari sosok yang tengah mendekat ke arahnya. Ya, dia tahu kalau wanita itu adalah Nayra, mantan kekasih suaminya.“W-waalaikumussalam,” jawab Savina dengan nada bergetar. Lidahnya terasa kelu ketika melihat kedatangan Nayra.“Savina, apa kabar? Aku dengar dari Firman, kamu katanya sedang sakit.” Nayra tampak tersenyum penuh arti. Ia bahkan tengah menatap lekat wajah Savina yang tampak gugup.“K-kabarku baik,” Savina menjawab singkat dengan dada yang berdebar kencang. Ia semakin yakin kalau Nayra akan merebut posisinya. Firman bahkan sengaja mengabari wanita itu tentang kondisi dirinya. Apa Firman memang menginginkan pernikahan mereka segera berakhir dan menggantikan posisinya dengan Nayra? Kalau benar, sun
“Mas, apa benar kamu akan menikahi Nayra?” lirih Savina dengan tatapan kosong. Bibirnya tampak bergetar dengan air mata yang mengalir deras di wajahnya.Firman trekejut dengan wajah pias. Laki-laki itu masih terdiam dengan jantung yang berdetak semakin kencang. Ada perasaan sesak yang seketika menyergap di dalam dadanya.“Vin, maksud kamu apa? Kenapa kamu berbicara seperti itu?” tanya Firman dengan tatapan lekat. Ia seakan tengah mengendalikan diri untuk terlihat normal di hadapan istrinya.“Mas, aku tahu kalau kamu akan menikahi Nayra karena aku tidak mampu memberikan keturunan. Aku bahkan tidak mampu mewujudkan keinginan ibumu. Aku bahkan menjadi menantu yang gagal.” Savina terisak di hadapan Firman dan meratapi nasibnya.“Vin, ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Apapun yang terjadi, perasaanku kepadamu masih tetap sama. Aku mencintiamu dan selamanya akan seperti itu.” Firman berusaha meyakinkan Savina kalau rasa cintanya masih sama. Ia bahkan berani menjamin kalau cintanya tidak
“Bagaimana? Apa kamu menerima Nayra sebagai madumu?” bisik Bu Leni dengan senyum penuh kemenangan.Savina berusaha membendung air mata yang hampir tumpah. Napasnya terasa berat karena himpitan yang begitu besar di dalam dadanya. Ingin sekali dirinya berteriak dan menangis di pangkuan orang tuanya. Bagaiman mungkin seorang wanita seperti Bu Leni tega berbuat kejam kepadanya? Ini adalah sebuah pukulan telak baginya.“Kenapa kamu masih diam? Apa kamu tidak setuju dengan rencana pernikahan suamimu? Dengan atau tanpa restu darimu, Firman akan tetap menikah dengan Nayra!” ucap Bu Leni dengan nada penuh penekanan.“Bu, aku ingin meminta cerai kepada Mas Firman. Aku tidak mau dimadu!” Savina berbicara dengan tatapan tajam. Wanita itu berusaha meredam rasa sakit yang tengah menyayat-nyayat hatinya. Ia bahkan tidak sudi untuk menjadi keset di keluarga suaminya. Selama ini, dirinya sudah cukup lama diam dan mengalah dan hari ini, Savina memutuskan untuk melawan keputusan kejam ibu mertuanya.“O,
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Savina yang masih berdiri di ruang keluarga. Ada nada ketakutan yang terkandung di sana.“V-vin, kamu mau ke mana?” tanya seseorang dengan tatapan yang begitu tajam.Savina segera menengok ke asal suara, wajahnya tampak terkejut ketika melihat seseorang yang tengah berdiri tidak jauh darinya.“Vin, kamu mau ke mana? Kenapa kamu membawa koper sepagi ini?” tanya Firman dengan wajah panik. Laki-laki itu benar-benar tidak menyangka dengan tindakan istrinya.“Mas, aku hanya ingin berpamitan denganmu. Aku doakan semoga saja rencana pernikahanmu dengan Nayra akan berjalan lancar. Aku memang tidak dapat memberikan apa yang menjadi keinginan terbesar ibumu dan aku memilih untuk mundur.” Savina berbicara dengan wajah tertunduk. Bibirnya bergetar hebat ketika melihat sosok laki-laki yang sangat dicintai di dalam hidupnya.“Vin, apa kamu benar-benar ingin pergi dari sini? Apa kamu lupa kalau surgamu ada di mana? Setelah menikah, surgamu ada padaku dan aku harap
“Sekali kamu melangkah keluar dari rumah ini, aku ceraikan kamu Savina!” seru Firman dengan tatapan berkilat-kilat. Laki-laki itu bahkan tidak sudi menjawab salam dari istri yang sangat dicintainya.DEG!Savina terdiam dengan dada bergetar. Ia tidak menyangka kalau pria yang sangat dicintainya tega menjatuhkan talak kepadanya. Di saat ia menginginkan sebuah kesetiaan dari Firman, ternyata laki-laki itu memilih untuk mendua.Savina hanya menatap sekilas wajah suami dan ibu mertuanya. Ada luka menganga di dalam hatinya ketika melihat mereka bahkan tega meminta hal yang dapat menyakiti perasaannya.Wanita itu menggeleng dan tetap melanjutkan langkahnya. Ia tidak akan menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh derai air mata. Savina lebih memilih memupus rasa cintanya kepada Firman daripada melihat laki-laki itu bersanding dengan wanita lain.“Savina, mulai hari ini kamu bukan lagi istriku!” seru Firman dengan napas terengah-engah. Ada rasa sakit yang tengah menghujam jantungnya. Ia terpaksa
“Assalamualaikum,” ucap Savina sambil menyeret koper di tangannya. Wanita itu tampak tersenyum ketika melihat wajah tua yang tengah menatapnya dengan raut muka terkejut.“Waalaikumussalam, Vina. Mana Firman? Apa kamu datang bersama dengannya?” tanya Pak Rohim dengan penuh semangat. Laki-laki itu bahkan keluar dan mencari keberadaan menantunya. Namun, hanya kekecewaan yang tergambar di sana.“Maaf, aku pulang sendiri tanpa Mas Firman,” jawab Savina dengan wajah tertunduk. Ia meremas jari-jemarinya yang saling bertautan satu sama lain.“S-sendiri?” tanya Pak Rohim dengan tatapan terkejut. Ingin sekali laki-laki itu bertanya banyak hal kepada putrinya, namun ada rasa tidak tega melihat gelagat yang ditunjukkan oleh Savina.“Duduklah, ibumu sedang ada di belakang memetik daun singkong!” ucap Pak Rohim sambil membimbing putrinya yang masih tampak tertunduk dalam. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam mengambilkan segelas air putih untuk Savina.“Minumlah, kamu pasti haus!” Pak Rohim mengan
Savina menangis sepuasnya di hadapan Bu Sarmah dan Pak Rohim, ia mengadukan semua kesedihannya kepada Sang Pencipta tentang masalah yang tengah menghimpitnya. Wanita itu bahkan sudah ikhlas kalau harus melepaskan Firman sebagai suaminya.“Nduk, sekarang kamu harus lebih mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Apa yang terjadi di dalam hidupmu, semua adalah karena izinNya. Jadi, jangan pernah tinggalkan Gusti Allah di setiap langkah dan keseharianmu!” Pak Rohim meminta putrinya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Laki-laki itu tahu kalau Savina memiliki permasalahan yang sangat berat di usia yang terbilang muda.“Pak, Vina sadar kalau Vina tidak dapat memberikan anak untuk Mas Firman. Vina juga tidak akan memaksa Mas Firman untuk tetap bertahan bersama Vina. Mas Firman berhak membahagiakan ibunya.” Savina berbicara dengan netra berkaca-kaca.“Nduk, lebih baik kamu menenangkan diri dulu di sini. Setelah pikiranmu tenang, kamu bisa memilih langkah apa yang akan kamu pilih untuk menap