"Mas jadi kita ketemu sama klien baru kita, mas sudah yakin nerima tawaran untuk ekspor produk kita, itu banyak banget mas pesanannya apa kita bisa?"
"Disyukuri saja, mungkin kita dikasi rejeki yang lebih, daripada kamu mikir yang aneh aneh, mending kita siap siap kita harus ketemu dengan klien baru hari ini karena kita sudah janjian," Haikal meminta kepada Fatma untuk segera bersiap siap."Ya sudah kalau begitu positif thinking saja ya, semoga ini hanya perasaanku saja, aku masak buat sarapan dulu," Fatma segera pergi meninggalkan Haikal ke dapur dan menyiapkan sarapan."Mas, aku kok deg degan ya kalo kita terima tawaran buat ekspor, kita itu skalanya masih lokal aja, modal kita juga belum cukup kalo harus tanda tangan kontrak buat ekspor dengan pesanan sebanyak itu," Fatma yang dari tadi memikirkan usahanya masih terus berusaha meyakinkan Haikal untuk mebatalkan kerjasama dengan klien baru."Sudah kita yakin saja, positif thinking saja, ini jalan rejeki dari Alloh buat kita gak mungkin buruk, urusan modal itu nanti mas sudah ada yang bantu juga.""Siapa yang bantu, banyak banget itu mas, belum lagi karyawan kita yang masih belum cukup, kita betul memang sudah besar usaha kita tapi kalo buat melangkah sejauh itu kayaknya belum siap." Fatma terus mencemaskan keputusan suaminya yang menerima tawaran untuk menembus pasar international, Fatma memikirkan tentang modal yang dimiliki saat belum cukup karena semua telah dipakainya untuk membeli sebuah bangunan yang dia gunakan untuk tempat produksinya.Namun Fatma hanya bisa pasrah dengan keputusan suaminya, Fatma adalah tipe istri yang setia dan penurut kepada suaminya. Dengan berat dia harus mengikuti Haikal bertemu dengan klien barunya. Mereka melanjutkan sarapan, dengan membahas hal lain, Fatma tidak ingin berdebat dengan suaminya itu mencoba mengubah topik obrolan. Suasana yang tadinya kaku karena perdebatan soal bisnis sekarang telah mencair.Mereka langsung bersiap siap pergi untuk bertemu dengan klien barunya yang didapatnya dari rekan mereka."Halo, ini aku mau berangkat, nanti ketemu dimana?" Haikal menghubungi rekannya yang mengenalkannya pada klien barunya."Mr. Rudolf minta ketemu di restaurant dekat dengan hotel tempatnya menginap, ini aku juga sudah otw, lima menit lagi sampai nanti aku share lok,".Dalam perjalanannya Fatma memulai obrolan mereka dan menanyakan siapa yang ditelpon suaminya tadi."Nelpon sapa tadi mas?""Nelpon Firman, dia yang memerantai dengan Mr. Rudolf," jawab Haikal dengan tersenyum kepada istrinya."Firman yang ayahnya bos besar itu? dia yang bantu mas? Mas apa beneran udah dipikir beneran ambil kerjasama buat ekspor produk pakaian kita, mas kita baru aja berkembang, baru juga kita ini buka pabrik, aku takut modal kita gak nyampek mas, banyak yang harus dipersiapkan dan banyak yang harus ditambah kalo kita nerima pekerjaan skala besar banget seperti ini, mending kita jalankan yang ada terima orderan dari pelangaan yang udah kita kenal dan dalam negri saja," Fatma terus mengeluarkan pendapatnya berusaha mencegah suaminya untuk melangkah terlalu jauh dalam usahanya."Kita yakin saja sayang, kita positif thingking saja, jangan mikir yang aneh aneh, sayang fokus aja sama anak kita yang ada dalam kandungan," Haikal menanggapi ocehan istrinya dengan sangat sabar sambil mengusap perut fatma."Ya sudah kita Bismillah saja semoga ini hanya kekhawatiranku dan kita bisa menjalankan dengan lancar, kita ketemu dimana ini, kenapa gak sekalian saja dikantor mas kenapa harus diluar?""Kita ketemu di restaurant dekat dengan hotel Mr. Rudolf, sudah kamu tenang saja ya sholawat saja jangan pikiran yang aneh aneh terus."Setelah lima belas menit kemudian mereka telah sampai ditempat yang mereka tuju, turunlah Haikal dan Fatma memasuki restaurant. Fatma terus mengingatkan suaminya sebelum bertemu dengan MR. Rudolf."Mas beneran yakin ini sudah ?" Fatma mengulangi pertanyaan yang sama lagi."Iya mas sudah yakin, ayo sudah jangan mikir yang aneh aneh ya biar kedepannya lancar," Haikal tersenyum menanggapi pertanyaan Fatma, dia berjalan menggandeng tangan istrinya."Hai Kal," dari kejauhan tampak Firman sudah menunggu."Ayo masuk, Mr. Rufolf sudah menunggu dia datang sebelum aku datang tadi," sesudah menyapa Haikal lalu Firman hanya tersenyum ke arah Fatma."Mr. Rudolf, this is Haikal, he is my colleague that I told you," Firman memperkenalkan Haikal kepada Mr. Rudolf."Hi Haikal, I'm proud to be able to meet young entrepreneurs like you, it's a pleasure to work with young entrepreneurs like you, I hope our collaboration will be successful," Mr. Rudolf menyambut Haikal dengan ramah.Setelah perkenalan dan obrolan diantara mereka, mereka menuju kantor Haikal untuk melanjutkan kerjasama mereka. Lagi lagi Fatma mengulangi pertanyaanya yang sama kepada suaminya."Mas, ini untuk kesekian kalian aku bertanya, mas sudah yakin beneran? mas pikirkan lagi ya, kontrak kerja dengan Mr. Rudolf memang peluang baik buat usaha kita, namun juga bisa menjadi masalah buat usaha kita jika kita tidak bisa memanage dengan baik terutama masalah keuangan.""Iya kamu tenang saja, mas sudah memikirkan itu semua ini juga buat masa depan kita, mas kepingin usaha kita berkembang bukan hanya disini tapi bisa menembus pasar International,"Mereka berdua bersama Mr. Rudolf memasuki tempat usaha mereka, sebuah pabrik garment yang tidak terlalu besar dengan bangunan yang masih baru, lengkap dengan peralatan mesin jahit dan peralatan untuk produksi, pabrik mereka memproduksi celana, jaket, baju dan juga mukena dengan kualitas yang bagus sehingga tidak heran produk mereka laris dipasaran.Setelah melihat semua yang ada di dalam tempat usaha Haikal dan Fatma maka Mr. Rudolf memberikan lampu hijau kepada Haikal untuk memasarkan produknya di mall miliknya yang terdapat di beberapa negara, sebuah kontrak kerjapun resmi diterima oleh Haikal. Haikal merasa puas setelah menerima kontrak kerja dengan Mr. Rudolf, namun Fatma sebaliknya dia mencemaskan ini semua, Fatma tau siapa Firman, dia adalah anak bos besar yang licik penuh tipu daya. Semua usaha ayah Firman adalah hasil rampasan dari usaha orang orang yang bekerjasama dengannya, dan Firman sebagai tangan kanan ayahnya untuk menjalankan bisnisnya itu.Setelah menyelesaikan semuanya, Mr. Rudolf berpamitan, dan mengatakan bahwa besok akan datang lagi untuk mengurus semua. Melihat Mr.Rudolf dan Firman pergi meninggalkan pabriknya, Fatma menghampiri Haikal."Mas jujur aku senang melihat kita ada jalan untuk lebih mengembangkan usaha kita apalagi sampai ekspor bukan hanya ke satu negara, tapi langsung empat negara sekaligus, tapi aku takut mas, kedepannya usaha kita akan berakhir naas seperti usaha orang orang yang bekerjasama dengan keluarga Firman, mas tau kan ayahnya siapa, mas pernah dengar kan cerita cerita itu?" Fatma kembali melontarkan keresahannya kepada Haikal."Aku tau, tapi aku berusaha untuk positif thinking saja, kita lihat besok bagaimana sistem kerja yang Mr. Rudolf tawarkan kepada kita jika itu hanya menguntungkan salah satu pihak mas mungkin akan menolak kok, kamu tenang saja ya, sekarang kita ke dokter buat nengok calon anak kita ya," Jawaban Haikal ini rupanya benar benar membuat Fatma lega karna Haikal tidak hanya semata mata memutuskan berdasarkan ambisinya saja."Syukurlah mas punya pikiran yang sama dengan aku, ini adalah pekerjaan kita satu satunya jika sekiranya merugikan maka wajib buat kita jauhi."Haikal yang sedang bahagia, dia tidak menyadari kalau dia telah masuk perangkap jebakan Firman. Kecemasan Fatma memang benar tentang Firman dan ayahnya yang tiba tiba datang membawa rekan kerja dari Luar negeri yang disodorkan kepada suaminya. Firman rupanya memang sudah menyusun strategi untuk membidik mangsanya, yaitu Haikal."Gimana tadi Haikal tertarik dengan tawaran Mr. Rudolf untuk kerjasama ekspor produknya?" tanya ayah Firman kepada Firman."Haikal senang sekali yah, dia sangat antusias, terlihat sekali ambisinya untuk membesarkan usahanya itu, besok aku dan Mr. Rudolf akan membuat perjanjian dan kontrak kerja dengannya, saya yakin dia pasti menyetujui itu, dan juga dia pasti akan membutuhkan banyak tambahan modal untuk menjalankan usahanya nanti," jawab Firman kepada ayahnya, mereka berdua memang sepasang ayah dan anak dengan ribuan akal licik. Haikal dan Fatma bukanlah musuh mereka, namun karena keserakahan dan kelicikannya usaha Haikal dan Fatma juga menjadi incarannya."Pastilah itu dia akan menerima, usaha Haikal itu usaha yang sangat bagus dan mengutungkan kalo kita bisa mendapatkannya, kamu jalankan strategi ini dengan cantik jangan grusa grusu, kita membutuhkan waktu yang lama untuk urusan yang satu ini, karena Haikal tidak sendiri dia selalu bersama istrinya yang cerdas dalam menjalankan usahanya.""Apa ayah sudah siapkan modalnya untuk menjalankan ini semua? aku gak hanya tertarik dengan usaha Haikal yah, tapi aku juga tertarik dengan istrinya yang cantik, muslimah berkerudung, dan juga kalem tapi cerdas," jawab Firman menanggapi ayahnya."Kamu itu perempuan saja yang kamu pikirkan, apa kabar dengan perempuan perempuan yang pernah kamu bawa kerumah ini kamu kenalkan ke ayah dan mama kamu, kamu harusnya selain memikirkan usaha kita kamu juga sudah harus memikirkan untuk menikah, kita sedang mengincar usahanya Haikal bukan istri Haikal," ucap ayah Firman."Hahahahaha tenang saja yah, siapa tau sekali dayung dua pulau kita singgahi, dapat usahanya dan dapat istrinya, Fatma beda yah dengan perempuan perempuan itu, dia bagaikan berlian, ah betapa beruntungnya kalo bisa mendapatkannya.""Ah sudahlah jangan ngaco, itu urusan belakangan sekarang yang penting fokus buat strategi kita, buat mereka membutuhkan banyak modal sehingga mereka menerima tawaranmu untuk bekerjasama menitipkan modal, tapi ingat Fatma jangan sampai tahu itu, karena dia tidak akan mengijinkan suaminya menerima pinjaman modal dari kita."Pesan ayah Firman yang sangat ingin sekali merebut ladang penghasilan milik Haikal dan Fatma dengan menjadikan Mr. Rudolf sebagai alat yang mereka gunakan untuk menjalankan misinya."Siap yah semua sudah aku atur, untuk awalnya mereka boleh untung besar tapi untuk selanjutnya keuntungan mereka akan berpindah kepada kita," jawaban Firman mengimbangi pikiran licik ayahnya."Besok rencana pukul berapa kamu dan Mr.Rudolf, ingat jangan sampai gagal buat serapi mungkin.""Besok pagi pukul 10:00 kita akan bertemu, aku akan mengingatkan Haikal lagi dan juga Mr. Rudolf agar mereka juga tidak lupa," jawab Firman. Lalu dia mengambil ponselnya dan menelpon Haikal."Halo Kal cuma mau ngingetin besok pukul 10:00 kita ketemu dikantor kamu ya, kamu siapkan dokumen dokumen yang dibutuhkan besok semoga lancar ya Kal.""Ok siap segera sampai rumah aku siapkan semua, terima kasih atas bantuanmu ya," Haikal dengan polos menanggapi perkataan Firman yang lembut namun didalamnya terselip belati yang siap mengoyak kehidupannya bersama Fatma."Satu bulan berlalu setelah kontrak kerja itu ditanda tangani mereka memulai mengerjakan pesanan tuan Rudolf. Sebuah pabrik yang belum lama berkembang namun berani membuat sebuah keputusan untuk menerima pesanan dengan skala besar untuk ekspor. "Karyawan kita sepertinya tidak cukup untuk memenuhi permintaan mereka, mereka sudah dua minggu ini bekerja over time, bagaimana kalau kita nambah karyawan?""Mas yakin? mas kita aja belum tau bagaimana pendapatan kita dari kerjasama ini, nanti biaya kita malah jadi tambah besar.""Mau gimana lagi kalau kita gak nyelesein itu nanti kita kena penalty kan.""Sudahlah mas, aku pusing pesanan dari pelanggan kita yang disini jadi terabaikan gara gara pekerjaan baru ini, modal kita juga udah terkuras habis, belum lagi bayar semua karyawan yang over time, dan sekarang mas minta kita rekrut karyawan lagi, itu berarti kita harus nambah mesin dan sebagainnya, uang kita sudah mepet mas gak cukup." Haikal yang mulai merasakan sudah tudak mampu melanjutkan
Beberapa jam setelah perjalanan menuju alamat yang telah diberikan, Fatma sampai pada alamat yang dituju, gedung yang menjulang sangat tinggi dan besar ada dihadapannya. Dengan penampilan syar'i dan polos dia berjalan memasuki gedung itu, dengan menunjukkan surat elektronik dan pesan yang dikirim dari perusahaan itu Fatma menunjukkan kepada security. "Selamat siang pak saya Fatma, kemarin saya dapat panggilan diterima kerja di perusahaan ini, ini buktinya bapak."Security itu membaca surat elektronik yang ditunjukkan Fatma dari Hand phonennya. "Oh iya ibu benar ini dari perusahaan kami, ibu ingin bertemu bapak Nathan ya, tapi bapak Nathannya sedang ada meeting jadi nanti ibu bertemu dengan bagian HRD ya, mari saya antar bu." Fatma yang tidak terbiasa dengan kehidupan kota, dia sangat polos walaupun ditempat asalnya dia dulu adalah seorang istri bos pemilik pabrik besar. Dandannya yang begitu polos membuat mata memandangnya bahkan ada yang berbisik bisik tentangnya yang akan menempa
Fatma terdiam sesaat setelah mendengar cerita Nathan ternyata itu selama ini masalah atasannya yang sangat baik itu. Ternyata masalah yang dimiliki atasannya sama besar dengan masalah yang dimilikinnya hanya beda cerita. Fatma melanjutkan obrolannya. "Kenapa bapak tidak jujur saja kepada orang tua bapak dan juga istri bapak.""Jujur bagaimana, kalau saya jujur jika istri saya tidak akan bisa punya anak orang tua saya akan meminta saya menceraikannya, dan mertua saya akan sangat marah kepada saya, kita gak mau pisah Fatma, kita saling mencintai, aku dan Alicia sudah lama saling mengenal sejak di bangku smp kita bersahabat, dan akhirnya cinta tumbuh diantara kita sampai kita memutuskan untuk menikah." Disaat Nathan sedang bercerita telepon Fatma berdering, terlihat dilayar hand phonenya itu telpon dari Haikal. Dia meminta ijin kepada Nathan untuk mengangkat telpon dari suaminya. Haikal mengabari jika pihak bank meminta agar segera membayar hutang hutangnya yang menunggak belum terbaya
"Apa solusinya Fatma?" Namun Fatma hanya diam tak menjawab pertanyaan Nathan tentang solusi yang tawarkan. Antara malu, takut, dan ragu akan menjawab itu semua karena solusi untuk masalah Nathan menyangkut harga dirinya dan juga kehormatannya. "Fatma, hey kok malah diam, apa solusinya habis bilang eh diam." "Eh iya pak ada apa?" "Ehm malah nglamun, apa solusinnya?""Gak jadi pak, nanti bapak juga pasti tidak akan setuju.""Kenapa harus gak setuju kalo memang itu bisa dilakukan, ayo apa katakan apa solusinya untuk masalah yang sedang akku hadapi ini, gimana caranya aku bisa punya anak yang itu adalah keturunanku, yang jelas jelas istriku gak akan bisa nglakuin itu, ngadopsi anak juga gak mungkin karena orang tua kita akan gak setuju, nikah lagi? saya gak mau lah berarti itu sama aja dengan mertuaku, ayo katakan apa solusinya Fatma!" Fatma hanya tersenyum, setelah yakin dia lalu mengatakan solusi untuk masalah yang sedang di hadapi Nathan. "Saya tawarkan solusi kepada bapak, yaitu
Dalam keadaan yang bingung dan terhimpit lilitan hutang yang menyesakkan hidupnya, Fatma nekat menawarkan kembali rahimnya kepada Nathan dengan cara yang sangat diluar dugaan. "Saya akan tetap membantu bapak dan istri bapak untuk memiliki keturunan." "Maksudmu bagaimana, dengan cara apa Fatma, sudah gak mungkin lagi Fatma istri saya ael telurnya telah mati jadi tidak bisa dilakukan bayi tabung.""Bukan dengan bayi tabung pak, silahkan bapak memakai seluruh tubuh saya termasuk rahim saya untuk mendapatkan keturunan." Nathan tidak mengerti maksud ucapan asisten pribadinya itu. Dia mencoba mencerna dengan baik kata katanya. "Menggunakan seluruh tubuhmu, maksudnya apa, nikahin kamu? tambah gak mungkin Fatma." "Bukan dengan menikah pak, tapi kita lakukan itu sampai saya hamil, tapi saya minta imbalan pak, saya mohon bantulah saya agar terbebas dari lilitan hutang ini, sata dan suami setiap hari ditagih oleh debt colector bank, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan."Ma
Nathan mempunyai rencana ingin mengajak Alicia jalan jalan menghilangkan penat dan masalah yang menumpuk. Ingin hidup bebas tanpa tekanan hanya berdua dengan istri tercintanya. Langsung mengutarakan niatnya setelah dia sampai dirumah dan disambut istri tercintanya. "Sayang kita traveling yuk besok, dah lama kita gak menghabiskan waktu berdua." "Boleh sayang mau pergi kemana mmm kita Bali aja yuk!" "Ok.""Mama kamu gak kesini kan sayang?""Kurang tau sayang mama gak bilang apa apa, memang kenapa? gak suka ya ada mama?" "Bukan gitu, hanya ingin tenang dan menikmati hidu hanya berdua denganmu dirumah ini." "Sayang kesal ya sama mama, sabar ya kesetiaan kita sekarang diuji oleh sikap kedua mama kita yang sedang menuntut agar segera mempunyai cucu, andaikan dulu kita tidak pergi pasti kecelakaan itu gak akan mungkin terjadi dan anak kita masih hidup sayang dan aku gak akan seperti ini." Tak menjawab perkataan istrinya Nathan hanya tersenyum sambil memeluk istrinya. Setiap mengingat k
"Saya salah ma maafkan saya, saya akan pastikan mama akan mempunyai cucu seperti yang mama inginkan dalam waktu kurang dari tiga bulan Alicia akan hamil." Nathan menjawab perkataan mamanya dengan lantang, bahkan demgan penuh keberanian dia memastikan bahwa Alicia akan hamil. Raut wajah Alicia berubah, langsung dia menoleh ke arah Nathan dengan raut wajah yang menyimpan pertanyaan setelah mendengar jawaban Nathan. "Ok, buktikan kalau memang kamu mampu, saya tidak mau kamu mungut anak jalanan dan kamu akui menjadi anak kalian, saya mau cucu hasil keturunanmu sendiri." Mama Alicia pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kamar tidurnya tanpa berkata apapun lagi. Alicia segera menyeret Nathan dan membawanya masuk ke kamar. "Jangan ngawur kamu kalau bicara sayang, bagaimana bisa kamu berjanji kepada mama seperti itu, bukan malah jujur tapi malah menambah masalah ini semakin rumit." "Kamu yakin kalau kita jujur ini semua akan selesai, gak Alicia, kebencian, kemarahan mamamu akan sema
"Aku sudah lelah dengan semua sindiran, semua cercaan dan tuduhan jika aku mandul, aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria mandul, aku bisa mempunyai keturunan, darah daging ku, walaupun itu tak terlahir dari istriku, aku merasa terpojok Fatma." Nathan bercerita meluapkan semua yang dia rasakan, tampak bos ini sedang berada pada batas kesabarannya. Suasana menjadi hening sesaat setelah Nathan meluapkan semua perasaannya. Fatma berpikir ulang untuk benar benar melakukan tawarannya kepada Nathan waktu itu. Bagaiman dia akan nekat melakukannya, bagaimana dia bisa membiarkan laki laki selain suaminya itu akan menghamilinya. Kacau carut marut di dalam pikiran Fatma, dia tak membayangkannya. Fatma larut dengan lamunannya, nanmun lamunan Fatma dibuyarkan oleh dering telpon dari Haikal suaminya. "Halo iya mas ada apa?" jawab singkat Fatma. "Sayang kamu lagi, kamu sudah dikantor? sayang bagaimana kamu sudah ada uangnya mereka meminta melunasi paling akhir dua bulan lagi, kalo tidak rumah
Nathan yang sudah dibawah pengaruh obat obatan yang diberikan Alicia nampak mulai tidak terkendali. Tingkahnya mulai liar bahkan dia juga berhalusinasi jika yang ada dihadapannya saat ini adalah Alicia. Begitu pula dengan Fatma yang sama dengan Nathan, dia sudah mulai tak mampu lagi mengendalikan dirinya karena pengaruh obat itu. Melihat keadaan Fatma saat ini yang memakai lingerie yang begitu tipis berwarna hitam memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang indah. Nathan mendekatinya dengan nafasnya yang mulai tak teratur karena dirinya telah dikuasai nafsu yang begitu tinggi. Fatma hanya diam pasrah melihat atasannya yang berubah bagaikan menjadi harimau yang siap menerkamnya. "Kamu cantik sekali istriku, aku sudah tidak sabar lagi setelah berhari hari tidak bisa menyentuhmu. Harum sekali kamu sayang." Bisik Nathan kepada Fatma sambil mencium tubuhnya yang sudah berada didalam dekapannya. Fatma hanya diam menikmati semua yang dilakukan Nathan kepadanya. Dia bahkan mulai berani melak
Makan siang telah selesai, Alicia hanya menunggu waktu obat itu aian bereaksi. Meskipun hatinya masih terasa berat tapi Alicia harus mampu menerima kenyataan jika suaminya harus bersama wanita lain melakukan hubungan yang selama ini hanya dilakukan hanya dengannya. Alicia sudah merencanakan bahwa dia akan meninggalkan mereka berdua sendiri di villa. "Sayang aku harus pergi ada keperluan yang harus aku kerjakan dan selesaikan hari ini juga." Pamit Alicia kepada suaminya. "Mau kemana, tiba tiba sekali kamu pergi?" "Aku harus membereskan masalag dengan mamaku dan lelaki kenalannya itu. Aku minta kamu segera melakukan apa yang harus kamu lakukan bersama Fatma!""Aku temani kalau begitu, kita hadapi berdua ini semua." "Tidak usah sayang, kamu fokus saja dengan apa yang harus kamu lakukan. Aku mohon lakukan dan buat Fatma hamil hanya itu yang bisa menyelesaikan masalah kita. Sekarang aku pergi dulu ya, lakukan sekarang juga!" Alicia lalu mengecup kening suaminya dan langsung pergi menin
Setelah beberapa jam keluar meninggalkan rumah tanpa pamit kepada suaminya Alicia datang dengan membawa sebuah rencan untuk membuat mereka bisa berhubungan malam ini. Mamanya yang terus meneror dan mengancamnya agar bisa segera hamil membuat hidupnya tidak tenang. Setelah memarkir mobilnya di garasi Alicia turun dan memasuki vila. "Darimana kamu? tumben tidak pamit pergi keluar rumah?"Sapa Nathan dari balik pintu ketika Alicia masuk kedalam vila. "Keluar sebentar sayang, ada sesuatu yang harus aku beli, aku datang bulan jadi aku buru buru banget beli pembalut." "Datang bulan lagi? bukannya kamu awal bulan sudah datang bulan kenapa giti sekarang datang bulan lagi? Udahlah Alicia jangan mengada ada, kenapa sich kamu begitu?" Hanya tersenyum dan tatapan menggoda Alicia pergi meninggalkan Nathan. Tak lupa juga dia juga memberi kecupan di pipi suaminya dan mengelus rambutnya. Nathan hanya menghela nafas melihat sikap istrinya yang begitu aneh sejak dia menikah dengan Fatma. Alicia ber
Nathan mulai aksinya dengan merayu Fatma, semua ini dia sengaja agar istrinya mendengar dan berpikiran bahwa dia sudah melakukannya dengan Fatma. Dia tak ingin membuat Alicia marah dan juga kecewa karena dia belum bisa melakukannya bersama Fatma. Alicia tersenyum ketika mendengar percakapan mesra antara suaminya dan juga Fatma, namun dia paham betul dengan suaminya yang tidak akan semudah itu berhubungan dengan wanita lain. Alicia pah dengan nada mereka berdua yang terdengar canggung dan terpaksa, Alicia meyakini bahwa mereka belum melakukannya namun dia membiarkan semua itu. Setelah dia mengendap ngendap mengamati suasana kamar Fatma dari luar pintu Alicia bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam dia memasak menu kesukaan suaminya. Ditengah dia memasak terdengar pintu kamar Fatma terbuka dan langkah kaki Fatma yang berjalan mendekati dapur. Alicia menoleh kearah langkah kaki itu, dan dia melihat Fatma sedang menuju dapur menddkatinya. "Fatma, bagaimana sudah melakukannya
Alicia menutup rapat tirai kamarnya, dia tak mampu melihat suaminya sedekat itu dengan asisten pribadinya yang kini telah dinikahinya. Butiran air matanya jatuh setelah dia tak mampu lagi menahan rasa sakit yang dia rasakan. Hati Alicia hancur meskipun dia sadar ini semua terjadi atas keinginannya. Mengetahui keadaan istrinya sedang terpuruk, Nathan meminta ijin kepada Fatma untuk menghampiri Alicia. Dia segera melangkah pergi menghampiri Alicia. Suara kaki Nathan yang berjalan terdengar oleh Alicia dengan segera dia mengunci rapat rapat pintu kamarnya. Tok tok tok!"Alicia, Alicia buka pintunya sayang!" "Aku tidak akan membuka pintu, dan tak akan membiarkanmu masuk sebelum kamu melakukannya dengan Fatma." "Please sayang, tolong kamu ngerti apa yang kamu minta itu tidak mudah Alicia. Aku tidak bisa melakukan itu Alicia, tolong kamu ngerti sayang!" Namun Alicia tetap pada pendiriannya, dia memgabaikan semua ucapan Nathan. Dia masih menutup pintu kamar itu dan tak membiarkan suamin
Hari sudah mulai beranjak malam, Nathan meminta agar penghulu yang telah siap dari tadi untuk segera memulai prosesi ijab qobul. Alicia menuntun Fatma untuk duduk disebelah Nathan. Bagaikan terhujam pedang yang sangat tajam, hati Alicia sangat sakit namun dia berusaha untuk tetap kuat. Fatma menatap Alicia dengan tatapan mengiba dan memohon untuk membatalkan semua, namun Alicia meyakinkan Fatma dia tersenyum kepada Fatma dengan mengangguk anggukan kepalanya. "Bisa kita mulai?" Tanya Nathan kepada penghulu. "Bisa, semua persyaratan sudah siap?""Sudah, saksi juga sudah ada pak apa masih ada yang kurang?" "Tidak, sekarang sudah bisa kita mulai untuk ijab qobul." Tanpa menunggu lama, penghulu itupun segera memulai prosesi ijab qobul Fatma dan Nathan. Disaat penghulu mulai menjabat tangan Nathan dan membacakan kalimat ijab qobul, Alicia beranjak pergi dari tempat duduknya. Alicia berlari memasuki sebuah kamar dan menutupnya rapat agar dia tak mendengar yang dikatakan oleh penghulu dan
Bagaikan tak punya hak lagi atas dirinya sendiri, begitulah yang saat ini terjadi pada Fatma. Seperti boneka semua atas dirinya kini berada pada kendala Nathan dan juga Alicia. Seperti yang telah direncanakan Fatma mengikuti perintah Alicia yang memintanya pergi bersamanya ke seorang dokter kandungan yang telah dikenal Alicia. Sesampainya disana Alicia langsung menuju receptionist untuk mengkonfirmasi antrian yang telah diambil sehari sebelum dia datang. Beberapa menit setelah menunggu, tiba giliran mereka untuk memasuki ruang praktek dengan segera Alicia masuk kedalam bersama Fatma. "Sore dokter." "Sore, ada yang bisa dibantu?" "Gini dokter ada yang mau saya bicarakan, sebelumnya perkenalkan dulu dokter ini teman saya Fatma." "Oh ya Alicia, lalu bagaimana ada yang bisa dibantu?" "Dokter seperti yang sudah dokter sampaikan ke saya kalau saya gak akan mungkin bisa hamil, maka dari itu dokter saya membawa Fatma kemari untuk mengikuti program kehamilan. Dialah nantinya yang akan men
"Yakin kamu sudah siap?" "Ya aku sudah siap menerima semua keputusanmu apapun itu. Tak ada waktu lagi untuk berdebat, dan bukan waktunya untuk berusaha memenangkan ego." Jawab Alicia dengan penuh keyakinan meskipun masih berat dalam hatinya melepaskan suaminya yang akan bersama wanita lain. "Baiklah, sekarang kita siap siap menemui Fatma. Aku mohon jangan membuat keributan dengan dia, karena ini semua bukan kehendaknya jika aku dan dia sampai melakukannya." Titah Nathan kepada Alicia. Alicia menyetujui apa yang diminta oleh suaminya. Hari telah menjelang malam, mereka bersiap menuju rumah Fatma yang tak jauh dari apartemen Nathan. Tak membutuhkan waktu lama setelah beberapa menit perjalanan sampailah mereka dirumah Fatma."Sayang bener kamu sudah siap bertemu Fatma?""Sudah sayang, aku harus minta maaf ke Fatma. Mulai sekarang aku akan membuang rasa cemburuku kepada Fatma yang akan membuat aku berbuat buruk kepadanya. Ayo sayang kita turun dan menemui Fatma!"Turun dari mobil, tang
Setengah jam berlalu namun Alicia tak kunjung datang setelah dia berpamitan ke toilet. Mama Alicia merasa ada yang aneh, dia segera menyusul ke toilet. "Adit tante tinggal dulu ya, Alicia dari tadi belum balik balik takut ada apa apa." "Oh iya tante." Dengan langkah cepat mama Alicia berjalan menuju kamar mandi. Sesampainnya disana tak satupun ruangan toilet yang sedang tertutup dan ada orang didalamnya. "Aliciiaaaaa, berani kamu sama mama." Gumam mama Alicia dengan mengerang penuh amarah. Kepalan telapak tangannya langsung dipukulkan ke meja toilet. Mengambil ponsel dari tas dan menelpon Alicia. Berkali kali menghubungi Alicia, namun selalu saja telponnya direject. Mama Alicia memutuskan untuk kembali kemejanya dan menemui Adit. Tak ingin rencana yang telah dia susun hancur berantakan, mama Alicia telah menyiapkan berbagai alasan yang akan disampaikan kepad Adit. "Adit maaf ya agak lama." "Gak papa tante, loh mana Alicia tante kok sendiri?""Iya itu maaf ya Adit, ternyata Alici