Beberapa jam setelah perjalanan menuju alamat yang telah diberikan, Fatma sampai pada alamat yang dituju, gedung yang menjulang sangat tinggi dan besar ada dihadapannya. Dengan penampilan syar'i dan polos dia berjalan memasuki gedung itu, dengan menunjukkan surat elektronik dan pesan yang dikirim dari perusahaan itu Fatma menunjukkan kepada security.
"Selamat siang pak saya Fatma, kemarin saya dapat panggilan diterima kerja di perusahaan ini, ini buktinya bapak."Security itu membaca surat elektronik yang ditunjukkan Fatma dari Hand phonennya."Oh iya ibu benar ini dari perusahaan kami, ibu ingin bertemu bapak Nathan ya, tapi bapak Nathannya sedang ada meeting jadi nanti ibu bertemu dengan bagian HRD ya, mari saya antar bu."Fatma yang tidak terbiasa dengan kehidupan kota, dia sangat polos walaupun ditempat asalnya dia dulu adalah seorang istri bos pemilik pabrik besar. Dandannya yang begitu polos membuat mata memandangnya bahkan ada yang berbisik bisik tentangnya yang akan menempati posisi sebagai asisten direktur. Mekipun begitu Fatma adalah perempuan yang sangat cantik, dia anggun walaupun tak ada make up berlebih yang menempel di wajahnya. Fatma bertemu dengan HRD untuk memproses pengaktifan dirinya yang besok sudah mulai bekerja. HRD memintanya untuk merubah penampilannya dengan mengubah gaya penampilannya yang polos."Selamat siang ibu Fatma, ibu besok bisa langsung bekerja?""Bisa pak.""Ok, kalo begitu ibu nanti lengkapi dulu data data yang akan kami berikan sebelum besok bekerja, dan satu lagi ibu untuk bekerja disini kami ada aturan untuk cara berpakaian, bagi muslimah bisa mengenakan hijab yang simple ya bu, jadi nanti minta saja arahan untuk foto cara penampilan disini, pak Nathan orangnya perfecsionist bu, ibu nanti tugasnya mendampingi kemanapun beliau pergi, dan mempersiapkan semua urusan kantor, jadwal meeting, laporan dan apapun yang beliau butuhkan, jadi ibu harus menyesuaikan penampilan ibu ya.""Baik pak." Fatma hanya menjawab singkat, dia bingung dia tidak mempunyai uang lagi untuk membeli baju baju kantor seperti yang diminta.Fatma segera menemui karyawan untuk melengkapai data data yang dibutuhkan. Setelah bertemu dengan karyawanbitu ternyata dia adalah orang yang sangat baik, Fatma beecerita jika dia tidak punya uang untuk membeli baju baju yang diminta bahkan untuk tempat tinggal saja dia tidak tahu harus tinggal dimana. Karena iba karyawan itu pun meminta Fatma untuk tinggal di mess karyawan yang terletak disebelah kantor dan meminta Fatma untuk ikut dengannya ketempat tinggalnya untuk diberikan beberapa baju bekas miliknya.Keesokan harinya Fatma mulai siap untuk bekerja, dia telah diberikan beberapa baju oleh karyawan disana, dan juga diajari cara berpenampilan, wajahnya yang tak pernah tersentuh makeup tebal kini harus terbiasa dengan make up yang sedikit mencolok. Kecantikan wajahnya membuat orang orang dikantor yang kemarin meremehkannya sekarang tampak mengaguminya."Wih pantas aja bos milih dia, cantik banget ternyata setelah di dandanin, sayang dia udah nikah." celetuk salah satu karyawan disana yang terpesona dengan kecantikan Fatma.Fatma menghampiri Ineke karyawan baik yang telah merubahnya."Assallamualaikum pagi mbak Ineke.""Waalaikumsalam, ya ampun mbak Fatma, cantik banget.""Makasih mbak ini semua juga dari mbak, makasih mbak sudah baik sama saya.""Santai mbak, oh ya ini id card mbak, mbak pakai ya, sekaramg mbak langsung keruangan mbak, ruangan mbak jadi satu dengan ruangan pak Nathan, mbak nanti kalo masih ada yang bingung mbak tanya ke saya ya, selamat hari pertama bekerja ya mbak."Dengan gugup Fatma mengetuk pintu ruangan atasannya, Nathan ternyata sudah datang dari tadi, segera memintanya Fatma masuk. Tampak Nathan masih belum memakai baju yang rapi, karena semalam dia tidak pulang, lagi lagi Nathan harus tidur di kantor hanya untuk menghindari orang tua maupun mertuanya yang datang kerumah dan mendesaknya untuk segera memiliki momongan."Masuk, kamu Fatma ya, selamat bergabung ya, maaf saya masih belum beres jangan kaget ya kalo misal kamu nanti ada sedikit pemanadangan aneh diruangan ini.""Baik pak.""Itu meja kamu disana, kamu gak papa kan seruangan sama saya?""Tidak apa apa pak, jadi tugas saya apa pak yang harus saya kerjakan mulai hari ini?""Ok, hari ini akan ada meeting lanjutan yang kemarin dengan klien, saya minta kamu nanti bikin notulennya aja dulu, dan mempersiapkan keperluan untuk meeting saya, nanti kami koordinasi dengan Ineke, sudah tau Ineke kan?""Sudah pak, saya mulai kerjakan sekarang bapak.""Ok, maaf kamu bisa keluar sebentar saya mau mandi dulu."Fatma terkejut mendengar kalimat atasannya yang ternyata dari tadi dia belum mandi, namun dalam hatinya bertanya kenapa direktur perusahaan sebesar itu tampak terlihat seperti habis bermalam diruangannya, apa dia gak punya rumah? dalam hati Fatma bertanya. Namun Fatma tak menghiraukannya dia anggap itu gak penting, dia hanya mau fokus dan fokus bekerja untik membantu suami yang sangat dia cintai dan juga untuk putri semata wayangnya.Tak terasa delapan jam kerja telah berlalu, Fatma di hari pertamanya bekerja menunjukkan kinerja yang sangat baik, sehingga Nathan mengapresiasi pekerjaannya."Fatma kerjamu bagus sekali, saya sangat suka dengan pekerjaanmu, pertahankan ya semoga kita bisa langgeng bekerja bersama, saya sudah cocok, oya besok jangan lupa kamu peesiapkan ya untuk kita meeting diluar kota.""Luar kota kota pak?""Iya luar kota, kemungkinan kita nanti bisa bermalam disana atau ya kalo bisa balik balik, kenapa kami keberatan, memangnya kamu tinggal sama siapa disini?""Tidak keberatan pak, tapi saya harus ijin terlebih dahulu kapeda suami saya karena saya akan pergi bersama bapak keluar kota, saya tinggal sendiri di mess kantor pak.""Oh bagus kalo gitu, ya sudah kamu istirahat persiapkan untuk besok.""Terima kasih pak." Fatma bersiap untuk kembali ke mesnya namun nampak Nathan yang tidak ingin pulang, Nathan merebahkan dirinya di sofa kantor sambil melihat hand phonenya, Fatma yang masih menyimpan pertanyaan tentang bosnya yang tinggal didalam ruangannya semenjak dia datamg pertama kali.Fatma kembali ke mess, setelah membersihkan diri dia menyempatkan untuk menelpon Haikal suaminya. Banyak cerita yang dia sampaikan ke pada Haikal termasuk ijin pergi menemani bosnya kemanapun bisnya pergi, suara Haikal dan Adel mengobati lelahnya seharian di hari pertamanya kerja. Namun cerita Haikal tentang penagih hutang yang mendatanginya setiap hari membuatnya berpikir."Bilang kemereka bulan depan kita bisa mulai mencicil ya aku sudah mulai gajian kami yang sabar mas sama adel." Pesan singkat itu disampaikan kepada Haikal yang sedang diteror penagih hutang.Dua bulan berlalu dengan cepat, ini adalah bulan keduap dia mendapat gaji dari pekerjaannya, lagi lagi dia harus menyetorkan hampir seluruh gajinya hanya untuk membayar hutang hutang yang diambil suaminya untuk memebesarkan ushanya yang kini telah diambil alih oleh lintah darat bernama Firman. Gaji sebesar itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di ibukota karena telah habis untuk membayar hutang."Mas, tinggal berapa hutang kita setelah dikurang dari pembayaran kemarin?""Masih besar sayang, hutang yang aku ambil dalam jangka waktu lunas lima tahun itu besar sayang nilainya, kita sudah menunggak berapa bulan dan itu ada denda tapu syukur sejak kamu kerja sudah mulai terbayarkan.""Iya sich tapi sepertinya gajiku belum cukup juga agar hutang itu cepat lunas.""Sabar sayang, maafkan kesalahanku ya yang membuat kamu menderita seperti ini.""Iya mas gak papa, kamu juga sabaf disana minta tolong babtu jaga adel ya, aku gak bisa pulang karena pekerjaanku, dan juga karena uangku gak cukup buat pulang sudah habis kemarin untuk bayar hutang hutang, sisa hanya buat kebutuhanku disini saja, mas cukup kan uang yang kemarin aku kirim?""Cukup kok, ini mas juga ada job lumayan, nanti aku transfwe ke kamu ya.""Gak usah buat kamu kebutuhan disana aja, buat susu adel kamu hati hati kalo kerja jangan sembrono lagi, ditabung saja kalo ada lebih, udah dulu ya aku mau berangkat mas."Fatma selesai menelpon suaminya segera berangkat pergi kekantor, Fatma sengaja pergi sebelum jam kerja dimulai, karena ada beberapa pekerjaan yang harus dia siapkan.Namun lagi lagi dia mendapatkan Nathan sedang berada diruanganny di waktu yang masih sangat pagi. Terdengar dari balik pintu Nathan sedang berdebat dengan seseorang di telpon. Fatma tidak berani masuk kedalam ruangan karena melihat Nathan dalam keadaan kacau. Nathan yang tak sengaja melihat Fatma dari dalam langsung menghentikan telponnya dan mempersilahkan masuk.Terlihat wajah tampan Nathan sangat kusut, dia meminta ijin kepada Fatma untuk pergi sebenta. Fatma mencoba tak menghiraukan masalah pribadi Nathan.Hari itu mereka berdua pergi bersama untuk meeting dengan klien. Ditengah pekerjaannya yang padat mereka menyempatkan untuk makan siang, Nathan mengajak Fatma makan siang bersam seperti biasa, namun kali ini Fatma yang sudah mulai akrab dengan Nathan mencoba menanyakan mengapa sejak dia bekerja disana Nathan terlihat sering tidur didalam ruangannya."Bapak saya boleh beryanya sesuatu, bapak ada masalah apa saya sering melihat bapak bermalam di ruangan bapak.""Saya sedang tertekan Fatma, saya tidak betah dirumah, karena mertua saya selalu mengira saya mandul, belum juga orang tua saya yang juga mengira istri saya yang mandul, kita berdua selalu ditekan untuk segera mempunyai momongan, bahkan mertua saya sekarang sudah kelewatan ikut campur di dalam rumah tangga saya, dia mengancam agar kami bercerai jika tidak bisa memiliki keturunan.""Maaf tapi kenapa bapak belum memiliki keturunan, bapam menikah berapa tahun?""Saya menikah sudah tiga tahun, dulu kamu pernah mengalami kecelakaan disaat istri saya hamil muda, dan karena kecelakaan itu istri saya keguguran rahimnya rusak dan harus diangkat, dia meminta saya merahasiakan itu karena dia takut dianggap perempuan yang tidak sempurna, orang tua kami yang belum sempat mengetahui kehamilan istri saya itu tidak tahu cerita yang sebenarnya, sekarang rahasia itu seakan menjadi bom waktu yang siap menghancurkan rumah tangga kami."Fatma terdiam sesaat setelah mendengar cerita Nathan ternyata itu selama ini masalah atasannya yang sangat baik itu. Ternyata masalah yang dimiliki atasannya sama besar dengan masalah yang dimilikinnya hanya beda cerita. Fatma melanjutkan obrolannya. "Kenapa bapak tidak jujur saja kepada orang tua bapak dan juga istri bapak.""Jujur bagaimana, kalau saya jujur jika istri saya tidak akan bisa punya anak orang tua saya akan meminta saya menceraikannya, dan mertua saya akan sangat marah kepada saya, kita gak mau pisah Fatma, kita saling mencintai, aku dan Alicia sudah lama saling mengenal sejak di bangku smp kita bersahabat, dan akhirnya cinta tumbuh diantara kita sampai kita memutuskan untuk menikah." Disaat Nathan sedang bercerita telepon Fatma berdering, terlihat dilayar hand phonenya itu telpon dari Haikal. Dia meminta ijin kepada Nathan untuk mengangkat telpon dari suaminya. Haikal mengabari jika pihak bank meminta agar segera membayar hutang hutangnya yang menunggak belum terbaya
"Apa solusinya Fatma?" Namun Fatma hanya diam tak menjawab pertanyaan Nathan tentang solusi yang tawarkan. Antara malu, takut, dan ragu akan menjawab itu semua karena solusi untuk masalah Nathan menyangkut harga dirinya dan juga kehormatannya. "Fatma, hey kok malah diam, apa solusinya habis bilang eh diam." "Eh iya pak ada apa?" "Ehm malah nglamun, apa solusinnya?""Gak jadi pak, nanti bapak juga pasti tidak akan setuju.""Kenapa harus gak setuju kalo memang itu bisa dilakukan, ayo apa katakan apa solusinya untuk masalah yang sedang akku hadapi ini, gimana caranya aku bisa punya anak yang itu adalah keturunanku, yang jelas jelas istriku gak akan bisa nglakuin itu, ngadopsi anak juga gak mungkin karena orang tua kita akan gak setuju, nikah lagi? saya gak mau lah berarti itu sama aja dengan mertuaku, ayo katakan apa solusinya Fatma!" Fatma hanya tersenyum, setelah yakin dia lalu mengatakan solusi untuk masalah yang sedang di hadapi Nathan. "Saya tawarkan solusi kepada bapak, yaitu
Dalam keadaan yang bingung dan terhimpit lilitan hutang yang menyesakkan hidupnya, Fatma nekat menawarkan kembali rahimnya kepada Nathan dengan cara yang sangat diluar dugaan. "Saya akan tetap membantu bapak dan istri bapak untuk memiliki keturunan." "Maksudmu bagaimana, dengan cara apa Fatma, sudah gak mungkin lagi Fatma istri saya ael telurnya telah mati jadi tidak bisa dilakukan bayi tabung.""Bukan dengan bayi tabung pak, silahkan bapak memakai seluruh tubuh saya termasuk rahim saya untuk mendapatkan keturunan." Nathan tidak mengerti maksud ucapan asisten pribadinya itu. Dia mencoba mencerna dengan baik kata katanya. "Menggunakan seluruh tubuhmu, maksudnya apa, nikahin kamu? tambah gak mungkin Fatma." "Bukan dengan menikah pak, tapi kita lakukan itu sampai saya hamil, tapi saya minta imbalan pak, saya mohon bantulah saya agar terbebas dari lilitan hutang ini, sata dan suami setiap hari ditagih oleh debt colector bank, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan."Ma
Nathan mempunyai rencana ingin mengajak Alicia jalan jalan menghilangkan penat dan masalah yang menumpuk. Ingin hidup bebas tanpa tekanan hanya berdua dengan istri tercintanya. Langsung mengutarakan niatnya setelah dia sampai dirumah dan disambut istri tercintanya. "Sayang kita traveling yuk besok, dah lama kita gak menghabiskan waktu berdua." "Boleh sayang mau pergi kemana mmm kita Bali aja yuk!" "Ok.""Mama kamu gak kesini kan sayang?""Kurang tau sayang mama gak bilang apa apa, memang kenapa? gak suka ya ada mama?" "Bukan gitu, hanya ingin tenang dan menikmati hidu hanya berdua denganmu dirumah ini." "Sayang kesal ya sama mama, sabar ya kesetiaan kita sekarang diuji oleh sikap kedua mama kita yang sedang menuntut agar segera mempunyai cucu, andaikan dulu kita tidak pergi pasti kecelakaan itu gak akan mungkin terjadi dan anak kita masih hidup sayang dan aku gak akan seperti ini." Tak menjawab perkataan istrinya Nathan hanya tersenyum sambil memeluk istrinya. Setiap mengingat k
"Saya salah ma maafkan saya, saya akan pastikan mama akan mempunyai cucu seperti yang mama inginkan dalam waktu kurang dari tiga bulan Alicia akan hamil." Nathan menjawab perkataan mamanya dengan lantang, bahkan demgan penuh keberanian dia memastikan bahwa Alicia akan hamil. Raut wajah Alicia berubah, langsung dia menoleh ke arah Nathan dengan raut wajah yang menyimpan pertanyaan setelah mendengar jawaban Nathan. "Ok, buktikan kalau memang kamu mampu, saya tidak mau kamu mungut anak jalanan dan kamu akui menjadi anak kalian, saya mau cucu hasil keturunanmu sendiri." Mama Alicia pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kamar tidurnya tanpa berkata apapun lagi. Alicia segera menyeret Nathan dan membawanya masuk ke kamar. "Jangan ngawur kamu kalau bicara sayang, bagaimana bisa kamu berjanji kepada mama seperti itu, bukan malah jujur tapi malah menambah masalah ini semakin rumit." "Kamu yakin kalau kita jujur ini semua akan selesai, gak Alicia, kebencian, kemarahan mamamu akan sema
"Aku sudah lelah dengan semua sindiran, semua cercaan dan tuduhan jika aku mandul, aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria mandul, aku bisa mempunyai keturunan, darah daging ku, walaupun itu tak terlahir dari istriku, aku merasa terpojok Fatma." Nathan bercerita meluapkan semua yang dia rasakan, tampak bos ini sedang berada pada batas kesabarannya. Suasana menjadi hening sesaat setelah Nathan meluapkan semua perasaannya. Fatma berpikir ulang untuk benar benar melakukan tawarannya kepada Nathan waktu itu. Bagaiman dia akan nekat melakukannya, bagaimana dia bisa membiarkan laki laki selain suaminya itu akan menghamilinya. Kacau carut marut di dalam pikiran Fatma, dia tak membayangkannya. Fatma larut dengan lamunannya, nanmun lamunan Fatma dibuyarkan oleh dering telpon dari Haikal suaminya. "Halo iya mas ada apa?" jawab singkat Fatma. "Sayang kamu lagi, kamu sudah dikantor? sayang bagaimana kamu sudah ada uangnya mereka meminta melunasi paling akhir dua bulan lagi, kalo tidak rumah
Tiga jam berlalu, meeting dengan klien dari Jepang telah selesai. Hasil yang sangat baik dengan berhasilnya kerja sama yang diberikan kepada perusahaan Nathan dengan project besar di Jepang nanti. Nathan semakin bangga dan kagum dengan sosok Fatma, perempuan muslimah yang anggu cerdas dan pintar dalam bernegosiasi sehingga bisa memenangkan tender yang besar saat ini. Fatma mampu mengabaikan semua masalah besarnya, dia bisa fokus dengan pekerjaanya walaupun dia sedang terhimpit dalam sebuah masalah besar. "Fatma selamat ya kamu kali ini sudah bisa membuktikan kehebatanmu lagi dalam negosisasi memenangkan tender gak salah aku milih kamu jadi asistanku." Nathan memberikan apresiasi kepada Fatma yang telah berhasil dalam penawaran kerja kepada Klien barunya. "Alhamdulillah bapak, ini semua juga berkat usaha kita bersama dan tentunya perusahaan bapak yang sudah mempunyai nilai tawar yang baik di hadapan klien." "Ya sudah, sekarang kita makan siang ya, kali ini kamu bebas sebebas bebasny
Fatma terlihat begitu menikmati makan siang kali ini. Nyaman dengan suasana cafe dan menu menu yang dihidangkan . Namun pikirannya tidak tenang, dia teringat Adel putri kesayangannya. Apakah dia sudah makan saat ini, makan apa dia, apa dia bisa menikmati makanan dengan menu yang bergizi disaat usianya yang sedang membutuhkan asupan makanan sehat, Ingin rasanya dia pulang menjenguknya, bahkan membawanya tinggal bersamanya. Sejujurnya Fatma tidak tega meninggalkannya sendiri dengan Haikal suaminya, meskipun dia adalah ayah yang baik, tapi saat ini kebutuhan utamanya hanya bayar hutang, hutang dan hutang. Terlintas rasa takut dipikiran Fatma, takut Haikal lebih mementingkan bayar hutang daripada untuk Adel. Tak terasa air mata Fatma jatuh disaat dia sedang menikmati makan siangnya, dan itu terlihat oleh Nathan yang tak sengaja memperhatikan asistannya yang sedang larut dalam lamunannya. "Fatma kamu kenapa? kenapa kamu nangis? Fatma maafkan saya jika perkataan saya tadi ada yang menyingg
Nathan yang sudah dibawah pengaruh obat obatan yang diberikan Alicia nampak mulai tidak terkendali. Tingkahnya mulai liar bahkan dia juga berhalusinasi jika yang ada dihadapannya saat ini adalah Alicia. Begitu pula dengan Fatma yang sama dengan Nathan, dia sudah mulai tak mampu lagi mengendalikan dirinya karena pengaruh obat itu. Melihat keadaan Fatma saat ini yang memakai lingerie yang begitu tipis berwarna hitam memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang indah. Nathan mendekatinya dengan nafasnya yang mulai tak teratur karena dirinya telah dikuasai nafsu yang begitu tinggi. Fatma hanya diam pasrah melihat atasannya yang berubah bagaikan menjadi harimau yang siap menerkamnya. "Kamu cantik sekali istriku, aku sudah tidak sabar lagi setelah berhari hari tidak bisa menyentuhmu. Harum sekali kamu sayang." Bisik Nathan kepada Fatma sambil mencium tubuhnya yang sudah berada didalam dekapannya. Fatma hanya diam menikmati semua yang dilakukan Nathan kepadanya. Dia bahkan mulai berani melak
Makan siang telah selesai, Alicia hanya menunggu waktu obat itu aian bereaksi. Meskipun hatinya masih terasa berat tapi Alicia harus mampu menerima kenyataan jika suaminya harus bersama wanita lain melakukan hubungan yang selama ini hanya dilakukan hanya dengannya. Alicia sudah merencanakan bahwa dia akan meninggalkan mereka berdua sendiri di villa. "Sayang aku harus pergi ada keperluan yang harus aku kerjakan dan selesaikan hari ini juga." Pamit Alicia kepada suaminya. "Mau kemana, tiba tiba sekali kamu pergi?" "Aku harus membereskan masalag dengan mamaku dan lelaki kenalannya itu. Aku minta kamu segera melakukan apa yang harus kamu lakukan bersama Fatma!""Aku temani kalau begitu, kita hadapi berdua ini semua." "Tidak usah sayang, kamu fokus saja dengan apa yang harus kamu lakukan. Aku mohon lakukan dan buat Fatma hamil hanya itu yang bisa menyelesaikan masalah kita. Sekarang aku pergi dulu ya, lakukan sekarang juga!" Alicia lalu mengecup kening suaminya dan langsung pergi menin
Setelah beberapa jam keluar meninggalkan rumah tanpa pamit kepada suaminya Alicia datang dengan membawa sebuah rencan untuk membuat mereka bisa berhubungan malam ini. Mamanya yang terus meneror dan mengancamnya agar bisa segera hamil membuat hidupnya tidak tenang. Setelah memarkir mobilnya di garasi Alicia turun dan memasuki vila. "Darimana kamu? tumben tidak pamit pergi keluar rumah?"Sapa Nathan dari balik pintu ketika Alicia masuk kedalam vila. "Keluar sebentar sayang, ada sesuatu yang harus aku beli, aku datang bulan jadi aku buru buru banget beli pembalut." "Datang bulan lagi? bukannya kamu awal bulan sudah datang bulan kenapa giti sekarang datang bulan lagi? Udahlah Alicia jangan mengada ada, kenapa sich kamu begitu?" Hanya tersenyum dan tatapan menggoda Alicia pergi meninggalkan Nathan. Tak lupa juga dia juga memberi kecupan di pipi suaminya dan mengelus rambutnya. Nathan hanya menghela nafas melihat sikap istrinya yang begitu aneh sejak dia menikah dengan Fatma. Alicia ber
Nathan mulai aksinya dengan merayu Fatma, semua ini dia sengaja agar istrinya mendengar dan berpikiran bahwa dia sudah melakukannya dengan Fatma. Dia tak ingin membuat Alicia marah dan juga kecewa karena dia belum bisa melakukannya bersama Fatma. Alicia tersenyum ketika mendengar percakapan mesra antara suaminya dan juga Fatma, namun dia paham betul dengan suaminya yang tidak akan semudah itu berhubungan dengan wanita lain. Alicia pah dengan nada mereka berdua yang terdengar canggung dan terpaksa, Alicia meyakini bahwa mereka belum melakukannya namun dia membiarkan semua itu. Setelah dia mengendap ngendap mengamati suasana kamar Fatma dari luar pintu Alicia bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam dia memasak menu kesukaan suaminya. Ditengah dia memasak terdengar pintu kamar Fatma terbuka dan langkah kaki Fatma yang berjalan mendekati dapur. Alicia menoleh kearah langkah kaki itu, dan dia melihat Fatma sedang menuju dapur menddkatinya. "Fatma, bagaimana sudah melakukannya
Alicia menutup rapat tirai kamarnya, dia tak mampu melihat suaminya sedekat itu dengan asisten pribadinya yang kini telah dinikahinya. Butiran air matanya jatuh setelah dia tak mampu lagi menahan rasa sakit yang dia rasakan. Hati Alicia hancur meskipun dia sadar ini semua terjadi atas keinginannya. Mengetahui keadaan istrinya sedang terpuruk, Nathan meminta ijin kepada Fatma untuk menghampiri Alicia. Dia segera melangkah pergi menghampiri Alicia. Suara kaki Nathan yang berjalan terdengar oleh Alicia dengan segera dia mengunci rapat rapat pintu kamarnya. Tok tok tok!"Alicia, Alicia buka pintunya sayang!" "Aku tidak akan membuka pintu, dan tak akan membiarkanmu masuk sebelum kamu melakukannya dengan Fatma." "Please sayang, tolong kamu ngerti apa yang kamu minta itu tidak mudah Alicia. Aku tidak bisa melakukan itu Alicia, tolong kamu ngerti sayang!" Namun Alicia tetap pada pendiriannya, dia memgabaikan semua ucapan Nathan. Dia masih menutup pintu kamar itu dan tak membiarkan suamin
Hari sudah mulai beranjak malam, Nathan meminta agar penghulu yang telah siap dari tadi untuk segera memulai prosesi ijab qobul. Alicia menuntun Fatma untuk duduk disebelah Nathan. Bagaikan terhujam pedang yang sangat tajam, hati Alicia sangat sakit namun dia berusaha untuk tetap kuat. Fatma menatap Alicia dengan tatapan mengiba dan memohon untuk membatalkan semua, namun Alicia meyakinkan Fatma dia tersenyum kepada Fatma dengan mengangguk anggukan kepalanya. "Bisa kita mulai?" Tanya Nathan kepada penghulu. "Bisa, semua persyaratan sudah siap?""Sudah, saksi juga sudah ada pak apa masih ada yang kurang?" "Tidak, sekarang sudah bisa kita mulai untuk ijab qobul." Tanpa menunggu lama, penghulu itupun segera memulai prosesi ijab qobul Fatma dan Nathan. Disaat penghulu mulai menjabat tangan Nathan dan membacakan kalimat ijab qobul, Alicia beranjak pergi dari tempat duduknya. Alicia berlari memasuki sebuah kamar dan menutupnya rapat agar dia tak mendengar yang dikatakan oleh penghulu dan
Bagaikan tak punya hak lagi atas dirinya sendiri, begitulah yang saat ini terjadi pada Fatma. Seperti boneka semua atas dirinya kini berada pada kendala Nathan dan juga Alicia. Seperti yang telah direncanakan Fatma mengikuti perintah Alicia yang memintanya pergi bersamanya ke seorang dokter kandungan yang telah dikenal Alicia. Sesampainya disana Alicia langsung menuju receptionist untuk mengkonfirmasi antrian yang telah diambil sehari sebelum dia datang. Beberapa menit setelah menunggu, tiba giliran mereka untuk memasuki ruang praktek dengan segera Alicia masuk kedalam bersama Fatma. "Sore dokter." "Sore, ada yang bisa dibantu?" "Gini dokter ada yang mau saya bicarakan, sebelumnya perkenalkan dulu dokter ini teman saya Fatma." "Oh ya Alicia, lalu bagaimana ada yang bisa dibantu?" "Dokter seperti yang sudah dokter sampaikan ke saya kalau saya gak akan mungkin bisa hamil, maka dari itu dokter saya membawa Fatma kemari untuk mengikuti program kehamilan. Dialah nantinya yang akan men
"Yakin kamu sudah siap?" "Ya aku sudah siap menerima semua keputusanmu apapun itu. Tak ada waktu lagi untuk berdebat, dan bukan waktunya untuk berusaha memenangkan ego." Jawab Alicia dengan penuh keyakinan meskipun masih berat dalam hatinya melepaskan suaminya yang akan bersama wanita lain. "Baiklah, sekarang kita siap siap menemui Fatma. Aku mohon jangan membuat keributan dengan dia, karena ini semua bukan kehendaknya jika aku dan dia sampai melakukannya." Titah Nathan kepada Alicia. Alicia menyetujui apa yang diminta oleh suaminya. Hari telah menjelang malam, mereka bersiap menuju rumah Fatma yang tak jauh dari apartemen Nathan. Tak membutuhkan waktu lama setelah beberapa menit perjalanan sampailah mereka dirumah Fatma."Sayang bener kamu sudah siap bertemu Fatma?""Sudah sayang, aku harus minta maaf ke Fatma. Mulai sekarang aku akan membuang rasa cemburuku kepada Fatma yang akan membuat aku berbuat buruk kepadanya. Ayo sayang kita turun dan menemui Fatma!"Turun dari mobil, tang
Setengah jam berlalu namun Alicia tak kunjung datang setelah dia berpamitan ke toilet. Mama Alicia merasa ada yang aneh, dia segera menyusul ke toilet. "Adit tante tinggal dulu ya, Alicia dari tadi belum balik balik takut ada apa apa." "Oh iya tante." Dengan langkah cepat mama Alicia berjalan menuju kamar mandi. Sesampainnya disana tak satupun ruangan toilet yang sedang tertutup dan ada orang didalamnya. "Aliciiaaaaa, berani kamu sama mama." Gumam mama Alicia dengan mengerang penuh amarah. Kepalan telapak tangannya langsung dipukulkan ke meja toilet. Mengambil ponsel dari tas dan menelpon Alicia. Berkali kali menghubungi Alicia, namun selalu saja telponnya direject. Mama Alicia memutuskan untuk kembali kemejanya dan menemui Adit. Tak ingin rencana yang telah dia susun hancur berantakan, mama Alicia telah menyiapkan berbagai alasan yang akan disampaikan kepad Adit. "Adit maaf ya agak lama." "Gak papa tante, loh mana Alicia tante kok sendiri?""Iya itu maaf ya Adit, ternyata Alici