Di dalam mobil, Kanaya memejamkan matanya, berusaha fokus menahan rasa tidak enak di perutnya. “Ibu mau saya antar ke rumah sakit?” Rafles yang sedang mengemudi khawatir melihat wajah Kanaya yang pucat pasi. Padahal saat mengantar ke kampus tadi, gadis itu tampak baik-baik saja. Kanaya menggeleng dengan mata terpejam. “Langsung ke rumah saja, Pak Rafles.” Kanaya ingin segera sampai di rumah. Minum sesuatu yang hangat dan berbaring di ranjang yang hangat. “Baik Bu.” Rafles tidak bertanya lagi dan fokus pada jalanan di hadapannya. Ia tidak mengemudi sepelan tadi, namun ia sangat berhati-hati seakan sedang membawa barang pecah belah yang sangat ringkih. Untung saja saat sampai di rumah hujan telah berhenti dan Kanaya langsung masuk ke dalam rumah. “Loh Non kenapa?” tanya Sifa begitu melihat Kanaya. Ia bergegas menghampiri gadis itu dan menemaninya masuk ke dalam kamar. “Perut Kanaya nggak enak Bi. Lemas, rasanya mau melayang,” jawab Kanaya sambil ia duduk di ranjang kemudian memb
Bastian membawanya scarf itu mendekati hidung dan ia mengendusnya. Kanaya! Scarf ini milik Kanaya! Bastian begitu yakin, sebab aroma tubuh Kanaya masih menempel dengan lekat di scarf itu. Bastian menghirup aroma itu dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Refleks ujung bibir Bastian melengkung, menyunggingkan sebuah senyum. Sudah lama ia tidak mencium wangi itu dan ternyata ia begitu merindukannya. Debar-debar di dadanya kembali berdetak lebih cepat, gairah yang beberapa hari ini sempat padam, seakan datang kembali, membuatnya merasa lebih hidup. Dihirupnya sekali lagi aroma itu seakan ia tidak pernah puas. Seakan ia takut kehabisan aroma yang ada di sana jika ia tidak segera menghirupnya dalam-dalam. Bastian begitu hanyut dalam kerinduannya saat suara deheman Rafles menyadarkan Bastian kembali. “Tadi waktu pulang, ibu kelihatan sedang kurang sehat, Pak.” Rafles merasa perlu melaporkan apa yang dilihatnya pada Bastian. “Kurang sehat bagaimana maksudmu?” Bastian langsung berta
Mobil yang dikendarai Indra berhenti di halaman rumah di jalan Sunset Summit. Lampu di dalam rumah itu masih menyala, seakan menunggu kedatangannya. Dengan membawa tas dokternya ia berjalan masuk ke dalam rumah. “Akhirnya Dokter sampai juga. Non Kanaya sudah menunggu dokter dari tadi. Mari Dok!” Sifa langsung menyambut Indra dengan senyum sumringah di wajahnya. Indra sampai ikut tersenyum melihat ketulusan wanita paruh baya itu dalam menjaga Kanaya. Kanaya sedang berbaring di kamarnya saat Indra dan Sifa masuk. Ia pun beranjak duduk. “Malam, Dokter.” “Malam, Kanaya. Bagaimana keadaanmu?” tanya Indra sambil duduk di kursi di samping ranjang yang sudah disediakan oleh Sifa sebelumnya. “Sudah agak mendingan Dok, tapi saya masih sering mual. Lidah saya juga tidak enak. Rasanya makanan terasa pahit,” jawab Kanaya sejujurnya. Ia sangat berharap benar-benar hamil, namun ia tidak memungkiri apa yang dikatakan dokter itu tadi siang. Bisa saja tidak enak badan dan mual muntahnya adala
Setelah dinyatakan positif hamil melalui test pack dan tes darah seminggu yang lalu, hari ini Kanaya akan melakukan pemeriksaan USG di klinik Life’s Blessing. Dan saat ini, Kanaya berada di dalam sebuah mobil dalam perjalanan menuju klinik tersebut. Jari tangan kanan Kanaya bermain dengan fertility bracelet yang ada di pergelangan tangan kirinya. Menyentuh batu-batu bulat berbagai macam warna itu, seakan ia merasa lebih tenang dengan menyentuhnya. Ini adalah kali pertama ia akan menjalani USG kandungannya. Kali pertama ia akan melihat makhluk kecil yang akan berkembang di dalam tubuhnya untuk sembilan bulan ke depan. Kanaya belum pernah mengalaminya dan ini sedikit banyak membuatnya antusias sekaligus gelisah dan was-was. Seperti apa penampakannya dan apa yang akan ia rasakan. Tidak sadar tangannya menyentuh perutnya, mengelusnya perlahan. Sesampainya di klinik, Jesy mengantar Kanaya ke sebuah ruangan pemeriksaan USG. Di depan pintu ruangan itu terpampang tulisan VIP. Dan ben
“Bastian, Elsie, kami sudah menunggu kedatangan kalian.” Indra langsung menyambut mereka. Ia berbicara sedikit lebih formal mengingat perannya saat itu sebagai dokter kandungan yang profesional. Ia lalu menyalami mereka berdua. Kanaya mau tidak mau ikut tersenyum dan menyalami mereka. “Pak Bastian,” ucap Kanaya sambil mengangguk. “Kanaya,” balas Bastian sambil menatap gadis itu. “Oh Kanaya, aku senang sekali mendengar berita kehamilanmu!” Tiba-tiba Elsie datang diantara mereka dan menyalami tangan Kanaya. “Kanaya, aku juga mau minta maaf mengenai kejadian waktu itu. Aku sedang emosi dan aku benar-benar lepas kendali. Aku tidak sengaja memukulmu. Mau kan kamu memaafkanku?” Elsie merajuk sambil merangkul Kanaya, seakan mereka berteman dengan baik. Kanaya menatap Elsie dengan heran. Mengapa Elsie bersikap seperti ini? Sikapnya terlalu berlebihan dan dibuat-buat. “Ayolah Kanaya, kita lupakan yang sudah lalu,” ucap Elsie sambil tersenyum. Lalu tatapan matanya berubah tajam dan
“Elsie, biar aku print lagi untukmu—” “Sayang, apa aku tidak boleh minta foto yang ini?” Elsie merajuk pada Bastian yang sedang berjalan ke arah mereka, sebelum Indra sempat menyelesaikan kalimatnya. “Bas, sebaiknya aku print lagi yang lain untuk Elsie, sebab—” “Indra, apa sih bedanya print yang ini dengan yang lain? Lagipula Kanaya sebenarnya kan tidak perlu foto ini, ya kan Kanaya? Apa kamu mau menunjukkan ini ke orang lain? Tidak kan?” Elsie lagi-lagi memotong ucapan Indra, bahkan secara tidak langsung mengingatkan Kanaya jika Kanaya tidak berhak memiliki foto itu apalagi menunjukkannya pada orang lain. Mereka bertiga terdiam mendengar ucapan Elsie. “Ndra, tolong print lagi untuk Kanaya.” Bastian akhirnya angkat bicara. Ia tidak mungkin membela Kanaya di depan Elsie. Bagaimana pun Elsie adalah istri sahnya, sedangkan Kanaya adalah ibu pengganti mereka. Lagipula, seharusnya bukan masalah besar jika Indra hanya tinggal mencetak ulang saja foto itu. “Bukan begitu Bas, seba
Bastian memperhatikan sosok Kanaya, lalu pandangannya turun melihat foto USG di tangannya. Ia pun berjalan mendekat. Kanaya yang sedang menunggu mobil klinik yang akan mengantarnya pulang, tidak melihat kedatangan Bastian. “Naya,” panggil Bastian saat jaraknya sudah dekat. Kanaya menoleh dan ia terkejut melihat Bastian. Tapi di mana Elsie? Pikir Kanaya sembari memperhatikan bagian belakang Bastian, namun tidak menemukan istri pertama Bastian itu di sana. “Ada apa Pak Bastian?” tanya Kanaya dengan nada formal dan dingin. Ia masih sangat kesal dengan sikap Bastian tempo hari dan kejadian di ruang periksa tadi. “Bagaimana kabarmu?” Bastian menatap tak berkedip pada gadis di hadapannya. Kenapa dia nampak lebih kurus dari sebelumnya? “Saya sedang hamil Pak Bastian, dan saya baik-baik saja,” jawab Kanaya dengan sarkas. “Bapak jangan kuatir, saya akan menjaga anak bapak dan Ibu dengan baik.” Bastian tentu paham dengan kata-kaya sarkas yang diucapkan Kanaya. Ia menduga kekesalan Kanay
“Sabar ya Non, memang begini kalau hamil muda. Mual, muntah terus…” Sifa menyemangati Kanaya sembari ia memijat bahu gadis itu di kamar mandi. Sejak bangun tidur Kanaya sudah bolak balik ke kamar mandi beberapa kali, tidak hanya memuntahkan isi perutnya, namun juga cairan yang terasa pahit di lidahnya.Tidak terasa hampir satu bulan sudah ia menjalani morning sicknessnya. Dan meskipun ia mencoba membiasakan diri, namun setiap kali rasa mual itu datang, tetap saja ia kepayahan.Kanaya duduk di lantai kamar mandi dengan ekspresi kelelahan, mencoba mengatasi rasa mualnya yang datang silih berganti.“Non ganti baju dulu dan bersih-bersih. Bibi siapin jahe hangat ya?”Kanaya mengangguk. Ia memang membutuhkan minuman hangat itu setelah perjuangan menguras isi perutnya.Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Kanaya pergi ke ruang keluarga dan duduk di sana. Ia menyalakan televisi sambil bersandar dan melipat kakinya di atas sofa, memencet remote mencari program televisi dengan tid
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…