“Naya, Bude sedang di rumah sakit. Ibumu baru saja mendapat serangan.” Bude Laila menghubungi Kanaya siang itu.Kanaya yang sedang membaca buku di halaman belakang rumah langsung terduduk tegak.“Ibu gimana Bude? Sudah bertemu Dokter Ridwan?” tanya Kanaya dengan panik. “Ibumu sesak nafas, jadi langsung Bude bawa ke sini. Dan sekarang Dokter Ridwan masih mengecek keadaan ibumu. Do’a kan saja semoga ibumu baik-baik saja Naya.”Kanaya beranjak dari duduknya dan berjalan bolak-balik tidak tenang.“Kejadiannya gimana Bude?”Laila terdengar menghela nafas dengan berat. “Sebenarnya ibumu tidak ingin Bude memberitahukanmu hal ini. Tapi sudah beberapa hari ini ibumu tidak bisa tidur.”“Tidak bisa tidur kenapa? Apa sesak nafasnya ibu tambah parah?” Kanaya semakin bertambah khawatir. Apa sakit ibunya semakin parah?“Sepertinya ibumu sedang rindu sama kamu Naya. Dia sering sekali bertanya tentangmu walaupun siang hari kamu sudah telpon. Kalau malam ibumu sering bertanya, ‘Naya sedang apa? Gimana
Di rumah bertingkat tempat tinggal Bastian yang di namai Sunnyside Estate, Bastian sedang mandi setelah ia kembali dari perjalanan bisnisnya. Telepon genggamnya ia letakkan di atas meja nakas di kamarnya.Elsie yang sedang duduk di ranjang melihat telepon genggam suaminya itu tiba-tiba bergetar dan menyala. Ia pun mendekatinya.“Kanaya? Mau apa dia telpon Bastian?” Elsie terkejut melihat Kanaya menghubungi Bastian di nomor telepon pribadi suaminya itu. Ia pun membuka pesan singkat yang Kanaya kirimkan pada Bastian sambil melirik arah pintu kamar mandi tempat Bastian berada.“Pak Bastian, saya ingin bertanya mengenai jaminan kesehatan untuk ibu saya yang Bapak dan Ibu Elsie janjikan.” Elsie membaca dengan suara pelan isi pesan singkat itu.“Dasar perempuan gatal! Alasan saja bertanya jaminan kesehatan!” Belum selesai Elsie menggerutu, panggilan lain dari Kanaya kembali masuk. Elsie menunggu dengan tidak sabar sampai panggilan itu berhenti dengan sendirinya sebelum ia menghapus pesan
“Apa ibu baik-baik saja?” Melihat wajah Kanaya yang sedikit pucat, Rafles merasa khawatir. “Pak Rafles, boleh saya minta tolong?” tanya Kanaya sambil mencari akal. “Gimana Bu? Apa yang bisa saya bantu?” “Bisa tolong panggilkan Pak Bastian ke sini?” pinta Kanaya dengan gugup. “Maksud ibu?” Rafles tertegun. Bagaimana mungkin ia menyuruh bosnya untuk datang? “Pak Rafles, saya merasa mual. Sebaiknya saya temui Pak Bastian di sini saja,” ujar Kanaya beralasan. “Tapi Bu—” “Uwek…” Kanaya berpura-pura ingin muntah sebelum Rafles sempat mengungkapkan keberatannya. “Pak Rafles, saya benar-benar tidak ingin turun. Saya tidak tahu kenapa, mungkin ini kemauan anak ini…” Kanaya memasang wajah memelas dan memegang perutnya dengan perlahan. Rafles bimbang. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana mungkin ia menyuruh Bastian keluar menemui Kanaya? Apa mungkin Bastian mau melakukannya? Seumur-umur tidak ada yang pernah menyuruh seorang Bastian.Tetapi mungkinkah, jika demi anaknya, bosnya itu mau
Di dalam mobil, Bastian menemukan tas Kanaya. Tetapi, di mana dia? Kanaya tidak mungkin pergi jauh, sebab wangi tubuh Kanaya yang selalu terekam di dalam benaknya masih dapat dirasakannya. Halaman Sunnyside terbilang luas dan dalam penjagaan ketat. Kanaya tidak mungkin pergi sendiri berjalan kaki, apalagi dalam cuaca panas seperti itu. Bastian dan Rafles mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka. “Itu Pak!” Rafles yang pertama menemukan Kanaya. Gadis itu sedang duduk di atas batu besar di dekat air mancur buatan tidak jauh dari mereka. Tidak menghiraukan ucapan Rafles berikutnya, Bastian lamgsung berjalan ke arah Kanaya. Kanaya menoleh saat ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dan ia segera berdiri begitu melihat orang itu adalah Bastian. Kanaya bersiap-siap menerima teguran atau apa pun yang akan Bastian lontarkan pada dirinya karena telah lancang datang ke rumah itu. Akan tetapi Bastian tidak memarahinya. Ia justru bertanya dengan tatapan penuh, “Naya, apa kamu baik-b
“Aku sudah menepati janji, Kanaya. Ini waktunya kamu menepati janji.” Bastian berjalan mendekat, menghapus jarak di antara mereka. Kanaya menelan ludahnya menatap wajah Bastian yang begitu dekat. “Apa yang Bapak inginkan?” tanya Kanaya dengan pelan. Kanaya meremas ujung blus yang ia kenakan karena gugup. Hukuman apa yang akan dia berikan? “Aku ingin…” Bastian menatap wajah Kanaya dengan lekat. Jari tangannya mengangkat wajah Kanaya perlahan hingga mereka saling bertatap mata. Kanaya menatap Bastian. Wajah Bastian yang begitu dekat mengingatkan kembali semua kedekatan dan keintiman yang pernah mereka lakukan. Bagaimana suara Bastian yang serak dan berat itu berbisik di telinganya, kecupan-kecupan hangat yang didaratkan pria itu ditubuhnya, serta pagutan penuh gairah yang dilakukan pria itu di bibirnya. Kanaya menelan ludah. Ia merindukan masa-masa itu… saat Bastian menjadi miliknya karena ‘tugas’ yang harus mereka lakukan. Bastian menatap kedua bibir merah di hadapannya. Bibir
Mulut Elsie terasa tercekat. “Elsie, apa kamu tidak bisa percaya padaku sampai kamu harus memblokir nomor Kanaya?” Bastian kembali bertanya. Bastian tidak pernah menyembunyikan apa pun yang ada di telepon genggamnya dari Elsie. Dan selama ini, Elsie bisa leluasa membukanya. Namun, ia tidak menyukai jika Elsie melakukan perubahan pada telepon genggamnya itu tanpa sepengetahuannya. Meskipun Bastian telah setuju menjaga jarak dari Kanaya, namun ia tidak bisa memutuskan begitu saja komunikasi diantara mereka. Hal ini karena Kanaya sedang mengandung anaknya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Kanaya, dan Kanaya tidak bisa menghubunginya? “Bukan begitu Bas. Aku hanya tidak suka dia mengganggumu terus menerus. Bagaimana kita tahu apa yang ada dalam pikirannya? Mungkin saja ia sengaja meneleponmu hanya untuk menarik perhatianmu.” “Elsie, kamu tahu apa yang Kanaya ingin bicarakan? Dia hanya menanyakan mengenai biaya perawatan ibunya, sesuatu yang kita janjikan padanya. Sesuatu yang
Keesokan harinya, sesuai perintah Bastian, Ezra pergi ke rumah sakit tempat Ayunda di rawat. Ia pergi pagi itu untuk menemui direktur rumah sakit, guna membereskan kesalahpahaman yang terjadi dan menyampaikan apa yang Bastian perintahkan. Semua berkas-berkas yang diperlukan untuk perawatan Ayunda ia lampirkan beserta surat pernyataan dari Bastian untuk membiayai semua perawatan Ayunda di rumah sakit itu. “Direktur Alex, saya serahkan semua berkas ini. Tolong dibantu agar segera bisa ditindaklanjuti. Pak Bastian akan meng-cover semua biaya yang dikeluarkan sampai Ibu Ayunda benar-benar sembuh.” Ezra menyerahkan semua berkas yang ia dapatkan dari Kanaya mengenai kondsi Ayunda. “Tentu, tentu. Kalau boleh tahu apa hubungan Bapak Bastian dengan Ibu Ayunda? Apakah masih kerabat, maksud saya keluarga dekat dengan Bapak Bastian?” Alex ingin mengetahui seberapa penting pasien itu bagi CEO Bastian Aryo Dwipangga agar kedepannya ia tidak salah dalam melangkah. “Ibu Ayunda adalah keluarga de
Di balik dindingpembatas rumah sakit itu, Elsie dan Rosa berdiri mendengarkan dan memperhatikan Kanaya dan Ezra yang sedang berbicara. Sedianya, Elsie dan Rosa datang ke rumah sakit itu untuk melabrak Kanaya. Setelah mengetahui kedatangan Kanaya ke Sunnyside untuk menemui Bastian, Elsie merasa sangat geram dan gusar. Untuk itulah Elsie datang ke rumah sakit, untuk memberi Kanaya pelajaran agar tidak lagi berani mendatangi suaminya. Namun, bukan hanya menemukan Kanaya, ia juga melihat Ezra. Dan yang membuatnya bertambah kesal, kedatangan Ezra tidak hanya untuk berbicara dengan Kanaya, namun juga melaksanakan perintah Bastian untuk mengatur segala kebutuhan rumah sakit ibu perempuan itu! Elsie mengepalkan tangannya dengan erat mendengar ucapan Ezra. Berani-beraninya asisten suaminya itu menyarankan Kanaya untuk berbicara langsung pada suaminya! Lancang sekali dia! Elsie murka. Akan tetapi ia tidak bisa gegabah. Elsie sadar, ia tidak bisa langsung memarahi Ezra begitu saja. K
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.”Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui.Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya.Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka.Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik.Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan.Berita persalinan Kanaya pun sam
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…