Share

Bab 5 Sugesti Kesetiaan

Penulis: Misya Lively
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-01 06:00:30

Setelah menikah, Kanaya tinggal di rumah di jalan Sunset Summit bersama seorang perempuan paruh baya bernama Sifa. Sifa bertugas sebagai pengasuh yang menemani dan mengatur segala keperluannya.

Beberapa hari sudah Kanaya tinggal di rumah itu, namun Bastian belum pernah datang menemuinya. Hanya Dokter Indra dan timnya yang datang mengecek keadaan Kanaya.

Akan tetapi, hari ini berbeda.

Tadi pagi Dokter Indra mengabarkan jika Bastian akan datang mengunjunginya malam ini.

Ia mengatakan jika sel telurnya berada dalam masa ovulasi. Yaitu waktu di mana sel telur siap untuk dibuahi. Di saat itulah, pembuahan memiliki peluang terbesar untuk berhasil.

Itu sebabnya Kanaya duduk dengan gelisah di dalam kamar karena malam ini adalah pertama kali dalam hidupnya seorang pria akan menyentuhnya.

Kanaya belum pernah berpacaran, apalagi disentuh oleh laki-laki.

Ia tidak punya waktu untuk hal seperti itu karena sisa waktu di luar jam kuliah dipergunakannya untuk bekerja.

Kanaya bukan berasal dari keluarga mampu. Sejak ayahnya meninggal dunia, kehidupan Kanaya dan ibunya hanya pas-pasan saja. Ia yang membantu ibunya mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.

Apalagi setelah ibunya divonis mengidap gagal jantung, ia harus bekerja di dua tempat sekaligus agar bisa mendapatkan uang lebih untuk pengobatan ibunya.

Belajar di bangku kuliah pun ia dapatkan melalui beasiswa penuh dari Wisdom Foundation, sebuah lembaga swadaya yang bergerak di bidang pendidikan. Lembaga itu menyediakan beasiswa bagi pelajar berprestasi dari keluarga tidak mampu.

Namun sejak beberapa bulan yang lalu, ia mengajukan cuti kuliah agar bisa fokus merawat ibunya.

Suara mesin mobil yang berhenti di halaman depan membuyarkan lamunannya.

Meski sudah menduga siapa yang datang, rasa penasaran membuat langkah kakinya berjalan mendekati jendela setinggi lantai sampai langit-langit yang ada di kamarnya.

Melalui kain korden tipis berwarna putih, Kanaya bisa melihat mobil sport berwarna hitam terparkir di halaman depan.

Jantung Kanaya berdetak kencang saat kedua matanya menangkap sosok Bastian yang turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.

Kanaya menunggu dengan gugup. Ia duduk lalu berdiri. Duduk, lalu berdiri, dan duduk lagi.

Derap langkah kaki Bastian terdengar dari luar kamarnya. Semakin lama semakin terdengar mendekat, hingga akhirnya langkah itu berhenti di balik pintu.

Kanaya menatap daun pintu kamarnya tanpa berkedip. Ia tahu Bastian berdiri di balik pintu itu.

Tidak lama pintu terbuka, dan masuklah Bastian.

"Pak Bas-tian, se-selamat malam Pak.Kanaya langsung berdiri dengan gugup. Tangannya meremas-remas gaun tidur berwarna putih yang ia kenakan.

Gaun tidur dari bahan satin itu tidak tembus pandang, dan modelnya pun sederhana. Bagian dadanya tidak berpotongan terlalu rendah, jauh dari kesan menggoda dan pas dikenakan oleh Kanaya dengan pembawaannya yang polos.

"Hm," balas Bastian tanpa menoleh. Ia menaruh tas kerjanya di salah satu bangku yang ada di dekat jendela, kemudian melepaskan jas yang ia kenakan.

Kanaya begitu gugup, tidak tahu harus melakukan apa. Ia berdiri diam dengan gelisah. Ujung telapak kakinya tanpa sadar ditekan ke lantai bergantian.

Bastian melirik Kanaya sambil ia melepas kancing lengan kemeja yang ia kenakan.

"Kamu belum pernah melakukan ini?"

Kanaya mengangguk, ia melirik sekilas sebelum kembali menunduk.

"Kamu tahu kan kalau ini salah satu kewajibanmu?" Bastian bertanya lagi, kali ini ia menatap dengan penuh selidik seakan memastikan jawaban Kanaya.

"I-Iya Pak," jawab Kanaya pelan. Sadar akan kewajibaanya tanpa ada paksaan.

Sudah keputusannya untuk menyerahkan dirinya kepada Bastian, karena inilah satu-satunya cara ia bisa mengandung anak pria itu.

Bastian tersenyum, seakan ia puas dengan jawaban Kanaya.

"Aku mandi dulu,ujarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Menunggu adalah bagian paling menyiksa bagi Kanaya. Semakin lama ia menunggu pria itu, semakin gugup pula dia.

Kanaya mengambil segelas air untuk meredakan kegugupannya dan ia langsung meneguknya.

Tepat saat itu, pintu kamar mandi terbuka dan Bastian keluar hanya dengan mengenakan handuk yang dililit di pinggangnya.

Uhuk uhuk! Kanaya terbatuk-batuk karena terkejut melihat Bastian. Baru kali ini Kanaya melihat tubuh six pack pria tersebut.

Saat pertama bertemu, ia tidak terlalu memperhatikannya. Apalagi dengan pakaian yang menutupi tubuhnya, Kanaya tidak bisa membayangkan bentuk asli tubuh pria itu.

Tidak disangka, Bastian memiliki bentuk tubuh yang sangat menarik di matanya sehingga membuatnya kehilangan fokus.

"Ma-maaf," ucapnya, cepat-cepat meredakan keterkejutannya.

Bastian terlihat sangat maskulin dan jantan dengan bulir-bulir air yang menetes dari rambutnya jatuh ke dada bidang dan keras pria itu.

Di usia dua puluh delapan tahun, Bastian sangat matang sebagai seorang laki-laki.

Postur tubuhnya tinggi dan tegak dengan otot yang kering namun berisi. Dia adalah tipe laki-laki dengan tubuh ideal. Sangat, sangat ideal.

Bastian berhenti di samping Kanaya, meraih gelas air dan meminumnya.

Kanaya menjadi semakin gugup dengan kedekatan fisik mereka, sehingga ia memilih kembali ke tempatnya berdiri tadi.

Bastian menghabiskan gelas airnya, kemudian ia duduk di tepi ranjang. Sambil menatap Kanaya, ia menepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya.

Kanaya berjalan mendekati Bastian dan duduk dengan ragu di tempat yang ditunjuk.

Ia duduk menghadap ke lain arah sehingga punggungnya membelakangi Bastian. Kedua tangannya masih saja meremas ujung gaun tidurnya.

Bastian bergeser mendekat. Sekelebat, ia mencium aroma lembut dan segar yang datang dari tubuh Kanaya.

Aroma itu tidak tajam dan justru sangat samar. Namun, aroma itu ada, menggelitik indra penciuman Bastian. Dan syaraf-syaraf ditubuh Bastian merespon setiap kali ia menghirupnya. Bahkan nafas Bastian menderu lebih berat karenanya.

Perlahan Bastian merebahkan Kanaya di atas ranjang. Ia memposisikan dirinya setengah melayang di atas tubuh gadis itu.

Ketika Bastian mulai menurunkan wajah dan menghirup kulit leher Kanaya, nafas Kanaya tertahan.

Gesekan hidung Bastian dan hembusan nafas hangat yang menyentuh kulitnya memberikan sensasi menggelitik yang berbeda.

Tubuh Kanaya menegang. Antara takut, was-was, namun juga menikmatinya.

Belum pernah Kanaya merasakan sensasi sentuhan seintim itu.

Ia menggigit bibir dan memejamkan matanya, tidak berani membayangkan wajah Bastian.

Kanaya tidak ingin  meninggalkan rasa dalam proses 'pembuahan' itu. Tidak ingin menikmatinya. Biarlah perbuatan mereka malam itu sekedar menjadi pertemuan dua buah benih genetik yang dilakukan di dalam tubuhnya.

Kanaya tidak berani menarik nafas dalam, bahkan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apa pun saat indera perasanya tersentuh.

Dikala Kanaya tengah berjuang untuk tidak menikmati, tiba-tiba saja Bastian berhenti mencumbunya. Pria itu dengan cepat bergerak menjauh.

Kanaya terkejut dengan perubahan sikap Bastian dan ia membuka matanya.

"Aku tidak bisa," gumam Bastian sambil menggelengkan kepalanya, duduk di tepi ranjang membelakangi Kanaya.

Kanaya ikut beranjak dan duduk di samping Bastian. Ia bingung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Apa dia punya masalah dengan kegagahannya? Tetapi setahu Kanaya, permasalahan mereka terletak pada sel telur istrinya, bukan pada kemampuan pria itu.

Ataumungkin dia tidak bisa melakukannya karena memikirkan istrinya? Batin Kanaya teringat pada rumor kesetiaan Bastian pada sang Istri yang beredar luas.

"Pak Bas--" panggilnya pelan. Kanaya ingin mengatakan atau melakukan sesuatu, namun ia bingung dan tidak yakin.

Kanaya belum pernah melakukan keintiman lawan jenis dan ia tidak tahu harus melakukan apa. Tetapi, ia tidak boleh membuang kesempatan itu dengan percuma. Ia harus memberi Bastian keturunan.

Jantung ibunya tidak bisa menunggu lebih lama. Dokter jantung mengatakan ibunya hanya punya waktu beberapa bulan, paling lama satu tahun.

Ingatan akan raut wajah ibunya membulatkan tekad Kanaya.

"Bapak harus, Pak!" Tanpa sadar terlontar dari bibirnya.

Bastian tertegun menatap Kanaya. Sepintas berkelebat sesuatu pancaran di mata pria itu.

Kanaya menunggu dengan harap-harap cemas. Berharap Bastian akan tetap melakukannya.

Kedua mata pria itu semakin intens menatapnya, namun disaat Kanaya kembali berhatap, tiba-tiba pria tersebut bangkit dari duduknya.

"Pak-Pak Bastian! Jangan Pak! Jangan pergi!" Kanaya menahan tangan Bastian, mencegah pria itu untuk pergi.

Komen (287)
goodnovel comment avatar
Wiwik Nurhayati
buat penasaran
goodnovel comment avatar
Aku Kamu
assalamualaikum
goodnovel comment avatar
Sumiyati
sybaca sudah yg ke 173
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 6 Malam Tanpa Belas Kasih

    Bastian memutar badannya dan menatap Kanaya dengan heran. Pandang matanya turun ke bawah, ke tangan Kanaya yang memegang pergelangan tangannya. Ia terkejut karena Kanaya berani menyentuhnya. Padahal, sebelumnya gadis itu begitu tegang dan gugup. Menatapnya saja dia tidak berani. Saat itu Kanaya mengira Bastian menyerah, dan hendak pergi meninggalkannya. Itu sebabnya ia mencegah Bastian untuk pergi. Kanaya yang begitu gugup dan takut, membuang jauh-jauh rasa malu, gugup dan ketakutan dalam dirinya. Semua itu demi sang Ibu. Keinginan yang kuat untuk menyelamatkan ibunya membuat keberaniannya timbul. Bagaimanapun pembuahan malam ini harus terjadi. Kanaya mengambil inisiatif. Perlahan, ia berdiri menghampiri Bastian. "Selesaikan tugas Bapak. Lakukan apa yang perlu Bapak lakukan," ucap Kanaya dengan suara bergetar. Tekadnya terlihat jelas. ia memasrahkan dirinya pada Bastian. Perlahan, Kanaya melepas kedua tali gaun di pundaknya sehingga gaun satin putih yang ia kenakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 7 Dua Sisi Mata Pisau

    Elsie duduk di sebuah private room di club malam bersama sahabatnya Rosa. Sepuntung rokok terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah, mengeluarkan kepulan asap yang samar. Tiga gelas martini sudah habis diteguknya, membuat kepala Elsie terasa berat. Suara musik yang hingar-bingar terdengar dari luar private room itu, membuat tubuh Elsie dan Rosa bergoyang mengikuti iramanya. Elsie ingin melupakan hari itu. Hari di mana Bastian sedang bercinta dengan wanita lain. Wanita yang bisa memberinya keturunan. "Perempuan sialan! Kalau bukan karena anak, aku tidak akan biarkan dia menyentuhnya!" seloroh Elsie dalam keadaan mabuk sambil membanting gelas ke atas meja dengan keras. Ia benci perempuan itu. Saat melihat Kanaya dalam balutan kebaya pengantin beberapa hari yang lalu, hatinya iri. Iri sekaligus takut karena perempuan itu terlihat begitu sempurna. Dia tidak hanya cantik dari penampilannya saja, tetapi perempuan itu memiliki semua gen bagus yang tidak dimilikinya!

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 8 Dalam Genggaman

    Sifa mengetuk pintu kamar Kanaya pagi menjelang siang hari itu karena tidak seperti biasanya Kanaya belum keluar dari kamarnya. Padahal, Bastian sudah pergi sejak pagi. Sebagai seorang yang ditugaskan menjaga Kanaya di rumah itu, Sifa mengetahui apa yang terjadi diantara mereka. Sifa diharuskan menandatangani perjanjian kerahasiaan saat ia menerima pekerjaan itu. Sehingga ia pun paham apa saja yang harus ia lakukan dan apa saja yang tidak boleh ia bicarakan. Sifa juga tahu jika semalam adalah malam pertama bagi Kanaya. Dan Sifa berpikir jika Kanaya membutuhkan waktu yang lebih untuk beristirahat. Namun, sampai matahari terbit, Kanaya belum juga keluar dari kamar, dan itu membuat Sifa khawatir. "Non?" Sifa kembali mengetuk pintu kamar, namun masih tidak ada jawaban. Ia pun akhirnya membuka pintu kamar itu dan masuk. Kamar itu sunyi. Keadaannya tidak jauh berbeda dari saat semalam ia meninggalkannya. Kecuali ranjang yang berantakan, dan gaun tidur berwarna putih yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 9 Setetes Rasa

    "Kamu pasti belum sarapan. Ayo, aku sudah buatkan kamu sesuatu," ucap Bastian sambil tersenyum, mengalihkan pembicaraan yang bisa membuat hati istrinya menjadi tidak tenang. Bastian menggenggam kedua tangan Elsie dengan penuh kelembutan, sebelum ia menggandengnya ke meja makan. Ia lalu menyajikan Pancake Tacos yang dimasaknya untuk mereka berdua. “Cobalah Elsie, aku harap kamu suka," ucap Bastian sambil duduk di sebelah Elsie. Elsie mencobanya. Bastian memang jarang memasak untuknya, namun jika ia memasak, rasanya enak sekali. Dan satu hal lagi yang membuat Elsie merasa senang dan patut berbangga, suaminya itu hanya memasak untuknya. Bastian tidak pernah memasak untuk wanita lain selain dirinya, terkecuali Miranda tentunya. “Enak Bas, terima kasih," ucap Elsie sebelum mulai menyantap lagi pancake itu. Elsie sangat lapar. Apalagi setelah pergumulan panasnya dengan Rico semalam. "Kalau kamu suka, aku akan masak lagi untukmu," timpal Bastian sambil tersenyum. Tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 10 Tidak Dianggap

    "Non, habiskan ya buahnya," Sifa menaruh sepiring buah-buahan segar yang telah dikupas dan di potong ke atas meja di teras belakang. Kanaya yang sakit sejak beberapa hari yang lalu sedang duduk di tepi kolam ikan koi di halaman belakang rumah. Ia menyelupkan tangannya ke dalam kolam dan menyentuh punggung ikan-ikan yang cantik itu. Bermain dengan ikan-ikan itu membuatnya tersenyum dan menghilangkan kebosanan yang ia rasakan. Selama tiga hari ia tidak keluar dari kamar karena Dokter Indra menyuruhnya untuk beristirahat hingga benar-benar pulih. Setelah malam 'pembuahan' itu, bagian kewanitaannya terasa perih karena terluka. Ia bahkan sulit untuk berjalan. Akibatnya ia hanya beristirahat saja di atas ranjang. Baru pagi ini ia berani keluar kamar. Tubuhnya sudah terasa lebih baik, meski terkadang masih ada sedikit rasa nyeri. Kanaya sengaja ingin berjalan di taman, menghirup udara segar dan terkena sinar matahari pagi untuk mengusir rasa jenuhnya. "Oke Bi, terima kasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 11 Imbas Perbuatan

    Kanaya termangu menatap Bastian, berpikir apakah Bastian berbicara kepadanya? Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari jika ada orang lain yang diajak bicara oleh pria dingin itu. Pintu penumpang depan terbuka dan seorang pria yang kerap berada di dekat Bastian menghampirinya. Kanaya tidak tahu siapa pria itu, namun ia ingat pria itu ada saat pernikahan mereka, dan dia juga ada di dalam rumah sakit bersama Bastian. Kanaya menduga dia adalah orang kepercayaan Bastian, mungkin asisten, sekertaris atau mungkin juga bodyguard? "Bu Kanaya, silahkan masuk, Bapak sudah menunggu," Ezra dengan sopan membukakan pintu untuk Kanaya, membuat Kanaya semakin merasa canggung disebut 'Ibu'. "Mm... Tidak apa, Saya sudah pesan taksi, saya--" "Masuk!" Bastian memotong ucapan Kanaya dengan tidak sabar. Mendengar suara keras dan tegas itu, Kanaya pun langsung masuk ke dalam mobil tanpa berpikir panjang. Jantungnya berdebar kencang setiap kali ia bertemu Bastian. Sebuah dinding i

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 12 Seberapa Sering?

    Selesai bekerja, Bastian pergi ke sebuah cafe untuk bertemu dengan teman-temannya. Dalam perjalanan, Indra menghubunginya. “Sorry Bas, sepertinya aku nggak bisa datang. Salah satu pasienku tiba-tiba mengalami kontraksi dan aku harus stand by di RS,” ujar Indra kala Bastian mengangkat panggilan teleponnya. “Kamu yakin?” “Ya. Pasienku sudah pembukaan tujuh, terlalu beresiko kalau kutinggal,” jawab Indra mengkonfirmasi. "Oke, kita meet up next time," ucap Bastian sebelum mengakhiri percakapan mereka. Di cafe, Bastian masuk ke ruangan khusus yang biasa mereka gunakan. Dua orang teman Bastian lainnya telah sampai terlebih dahulu. Mereka adalah Ardyan dan Fariz. "Hey, Bro! Akhirnya sampai juga," Fariz langsung menghampirinya dan mereka bersalaman 'fist bump' yang biasa mereka lakukan. Ardyan pun mengikuti. "Indra mana?" tanya Ardyan sambil melihat ke belakang Bastian. Biasanya Indra dan Bastian kerap datang bersama. "Dia nggak bisa datang, mendadak ada pasiennya yang l

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 13 Hamilkah?

    Jarum suntik baru saja dicabut dari urat nadi di lengan Kanaya. Kanaya menarik nafas panjang, menunggu dengan harap-harap cemas hasil test kehamilan yang sedang dilakukan Dokter Indra di rumahnya pagi itu. Dua minggu sudah Kanaya menunggu saat itu. Apakah ia berhasil hamil? Jika benar, Kanaya akan merasa sangat lega. "Kenapa? Tegang?" Indra menaruh sample darah yang ia ambil ke dalam tempat penyimpanan sambil diam-diam memperhatikan ekspresi wajah gadis di depannya. "Bagaimana kalau saya tidak hamil? Rasanya saya tidak merasa mual muntah, Dokter." Kanaya menghela nafas menceritakan kegelisahannya. Setahu Kanaya, perempuan yang hamil muda akan merasakan mual muntah, tidak enak badan, dan sering merasa lelah serta mengantuk. Sayangnya ia tidak merasakan semua hal itu. "Tenang saja. Tidak semua wanita hamil mengalami gejala yang sama. Ada yang mengalami mual dan muntah, ada yang tidak. Kita tunggu saja hasilnya hari ini, semoga membawa kabar baik." Indra mencoba membesarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05

Bab terbaru

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 425 Rasa Cinta

    “Saya mengerti mengapa Bapak ingin melegalkan pernikahan Bapak dan Ibu Kanaya. Hal ini tidak terlepas dari terbebasnya Bapak dari rasa tanggung jawab dan janji kepada Ibu Elsie…” Aliya menyimpulkan. Diluar dugaan, Bastian menggeleng. “Anda salah paham. Itu bukan alasan mengapa saya berniat melegalkan pernikahan saya dengan Kanaya. Tetapi hal itu adalah alasan mengapa saya menceraikan Elsie.” Aliya terdiam mencerna ucapan Bastian. “Saya pernah mengatakan bahwa perceraian saya dan Elsie tidak ada hubungannya dengan Kanaya ataupun perihal keturunan. Sekarang kalian mengetahui bahwa kebohongan Elsie dan tipu muslihatnya adalah alasan sebenarnya perceraian kami.” Sampai di sini Aliya mengangguk mengerti. “Akan tetapi kalau Anda menanyakan mengapa saya ingin melegalkan pernikahan saya bersama Kanaya,” ucap Bastian sambil menoleh dan tersenyum pada Kanaya. Ia lalu mengangkat tangan Kanaya dan mengecup punggung tangan istrinya itu. “Alasan sebenarnya sangat mudah dan masuk akal

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 424 Janji Yang Tidak Berlaku

    “Benar. Penculikan itu hanyalah sebuah sandiwara agar Bastian dan keluarga Dwipangga berhutang budi. Dan saya harus bersedia menanggung hukumannya.” “Berhutang budi pada siapa?” “Pada orang yang merencanakan penculikan itu.” “Maksud anda Ravioli?” “Ravioli adalah sekutu mereka. Ada orang lain yang mendalangi dan merencanakan penculikan itu.” “Bisa anda sebutkan siapa orangnya?” “Felix Gunawan dan putrinya, Elsiana.” “Anda yakin? Anda bisa mempertanggungjawabkan ucapan anda?” “Saya bertemu langsung dengan mereka berdua. Dan merekalah yang menyuruh Ravioli untuk mencari orang untuk mengerjakan pekerjaan itu.” “Elsiena baru berusia 18 tahun saat itu. Anda yakin dia ikut merencanakan dan bukan hanya ikut-ikutan saja?” Terdengar sosok itu terkekeh. “Dia yang merencanakan setiap detil penculikan bahkan sampai kepada bagaimana dia akan menyelamatkan Bastian.” Bastian menatap tak berkedip pada rekaman wawancara itu. Memang itulah yang diakui Andre padanya saat ia menemukan pria itu

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 423 Wawancara Eksklusif

    Wawancara Ekslusif yang dilakukan oleh reporter Aliya dari LiveTV sedang berlangsung dan ditonton oleh jutaan orang yang ada di Emerald City dan bahkan Eastasia. Press conference adalah satu hal, tetapi wawancara ekskkusif adalah hal lain yang juga dinanti. Karena dalam wawancara itu, mereka akan menemukan banyak hal lain yang tidak diceritakan dalam press conference yang bersifat lebih pribadi. “Bagaimana perasaan Bapak dengan dikabulkannya gugatan cerai?” Wawancara itu dilakukan tidak lama setelah keluarnya putusan pengadilan mengenai gugatan cerai Bastian dikabulkan oleh Pengadilan Agama, hanya berselang dua hari saja dari waktu press conference itu dilaksanakan. “Seperti sudah saya katakan sebelumnya, Saya dan Elsie memiliki tujuan yang berbeda dalam hidup. Kami berdua tidak mungkin lagi untuk terus berada dalam ikatan rumah tangga yang sama. Dan kalian melihat sendiri apa yang terjadi dalam sidang di Pengadilan Agama. Tentu dengan adanya putusan pengadilan ini, saya hanya bi

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 422 Bersama Keluarga Dwipangga

    “Apa yang kamu lakukan di situ? Kenapa diam saja?” tanya Miranda sambil berjalan ke arahnya. “Aku… Ibu Miranda… aku—” Ucapan gugup Kanaya itu terhenti oleh pelukan hangat di tubuhnya. “Kanaya, aku senang sekali saat mendengar berita pernikahan kalian!” seru Miranda dengan sangat antusias setelah ia melepaskan pelukannya. Dipeganginya kedua lengan Kanaya. “Maafkan kami, Kanaya. Bukan kami tidak ingin menemuimu, tetapi anak tidak tahu diri ini—” Miranda menoleh pada Bastian—yang tersenyum dengan canggung, “—melarang kami untuk menemuimu dan Kenzo!” Miranda kemudian kembali menatap Kanaya. Senyum diwajahnya terlihat jelas. “Ini mungkin terdengar aneh. Tetapi saat kali pertama kita bertemu, aku sempat berpikir—seandainya aku bertemu denganmu sejak dulu, sudah pasti aku bisa menjodohkanmu dengan Bastian.” Kedua pipi Kanaya menghangat oleh pengakuan Miranda itu yang terdengar sebagai pujian ditelinganya. “Dan ternyata jodoh itu tidak ke mana. Bukan begitu Kanaya?” tanya Miranda dengan

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 421 Rumah Keluarga Dwipangga

    “Kamu sangat cantik, Sayang.” Kanaya sedang mematut dirinya di depan cermin saat ia mendengar suara Bastian memujinya. Ia pun menoleh dan mendapati suaminya itu tengah berdiri di depan pintu sambil menatap ke arahnya. Senyum terkembang di bibir Kanaya. “Benarkah?” Dengan tersenyum Bastian berjalan mendekat. Ia memeluk Kanaya dari belakang, dan meletakkan dagunya di pundak Kanaya. “Kapan aku pernah berbohong padamu?” tanyanya sambil menatap Kanaya melalui pantulan kaca cermin di hadapan mereka. “Bagiku kamu wanita paling cantik yang pernah kukenal.” Rona merah tidak bisa ditutupi dari wajah Kanaya, terlebih saat ia tersenyum tersipu malu. “Dress ini cantik sekali dipakai olehmu,” puji Bastian lagi sembari memperhatikan Kanaya yang mengenakan baju terusan lengan panjang berwarna soft lavender itu. Warna dress itu membuat penampilan Kanaya sangat manis dan membuat kulitnya terlihat lebih glowing dan segar. “Menurutmu, tidak apa kalau aku memakai ini?” Sejak tadi ia merasa tidak

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 420 Siapa Yang Menyebarkannya?

    Sementara itu, di rumah tahanan pria, Ravioli sedang bertemu Jono, anak buahnya. Brak! “Bagaimana mungkin rekaman itu bisa bocor?” tanya Ravioli dengan menggebrak meja sampai Jono terkejut. “Saya tidak tahu siapa yang membocorkannya, Bos,” jawab Jono yang duduk dihadapan Ravioli sambil menundukkan wajahnya. Ravioli bertambah kesal. Ia menarik kerah baju Jono dengan kedua tanganya dengan kasar. “Apa kamu bekerja terlalu santai?! Mencari tahu siapa yang melakukan itu saja kamu tidak becus!” hardik Ravioli dengan tatapan bengis di depan wajah Jono. Jono menggeleng. “Tidak Bos, maaf,” ucapnya dengan menunduk. Ravioli mendengus kasar. “Cari tahu siapa orang yang berani mencuri rekaman itu dan mengedarkannya! Aku mau dia dihabisi, tanpa ampun!” perintahnya dengan geram di depan wajah tangan kanannya itu. “Baik Bos…” jawab Jono sambil menunduk. Ravioli menghempaskan Jono dengan kasar sebelum ia menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya dan kembali duduk bersandar di kursi. “Cari

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 419 Stres

    “Aaaarrrgghhh! KELUAR! SEMUA KELUAR!” teriak Elsie sambil membanting semua barang yang ada di dekatnya ke arah petugas medis yang ada di ruangan itu. “Jangan dekat-dekat!” Bahkan Agni yang ada di sana tampak sangat ketakutan melihat Elsie mengamuk seperti itu. Otomatis semua yang ada di sana terpaksa mundur , dan hanya bisa memperhatikan keadaan Elsie dari depan pintu kamar. Elsie dibawa ke rumah sakit itu setelah ia tidak sadarkan diri dalam sidang yang telah berkangsung. Barulah ia tersadar dari pingsannya, ia langsung teringat apa yang terjadi hari itu. Dan Elsie merasakan amarah yang besar bergejolak dalam dirinya. Ia marah pada Rico, saksi kunci di pihaknya yang ternyata justru bersaksi melawannya! Lancang sekali Rico berbuat itu setelah apa yang telah ia lakukan untuknya! Ia juga marah pada press conference yang digelar Bastian hari itu yang telah membicarakan mengenai perbuatan yang telah ia lakukan dan alasan Bastian menuntutnya secara hukum! Bastian pasti sengaja mel

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 418 Tanggapan Bastian

    Merasa Bastian sedang menatapnya, Kanaya mendongak, menatao balik Bastian. “Mengenai video itu…” ucap Kanaya menerangkan maksud ucapannya sambil menatap penuh arti. Bastian mengangkat alisnya dan bertanya dengan serius. “Kamu melihatnya? Mencari berita itu?” Kanaya menggeleng sembari mengangkat kepalanya dari dada Bastian. “Aku juga mendapat kiriman video itu. Tapi saat aku mau membukanya, video itu sudah terblokir,” jawab Kanaya dengan jujur. Raut wajah Bastian melembut. “Kenapa kamu ingin melihatnya?” tanya Bastian dengan terkekeh pelan dan menjentik ujung hidung Kanaya. Wajah Kanaya memerah seketika. “Aku—aku bukan ingin melihatnya. Maksudku— aku cuma ingin tahu apakah benar itu video yang mereka bicarakan, karena mereka mengatakan video itu disebar melalui pesan singkat!” Kanaya mencoba menerangkan pada Bastian bahwa ia tidak bermaksud menonton video asusila tersebut dan hanya ingin mengeceknya saja. Bastian terkekeh melihat Kanaya berusaha menerangkan dirinya. “Kamu ti

  • Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO   Bab 417 Rasa Ingin Tahu

    Kanaya masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Ia lalu menscroll telepon genggam miliknya, mencari sesuatu. Setelah Ezra dan Jay menghentikan ia dan Bastian siang tadi, Bastian dan kedua anak buahnya itu pergi ke ruangan lain untuk membicarakan sesuatu. Kanaya sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ia menunggu Bastian sambil duduk di ruangan khusus di samping ruangan konferensi, menyusui Kenzo yang mulai kehausan. Dan saat Bastian kembali, ia tampak biasa saja. ***Flashback*** Walau Bastian nampak biasa saja, tetapi Kanaya penasaran dengan sikap Ezra dan Jay yang terlihat syok, sehingga ia pun bertanya, “Yang, ada apa? Apa semua baik-baik saja?” Bastian duduk di samping Kanaya. “Tidak ada hal yang penting,” jawab Bastian sambil menyodorkan jari telunjuknya ke tangan Kenzo yang tengah asik menyusu. Senyum terkembang di bibir Bastian saat tangan mungil Kenzo menggenggam jari telunjuknya itu. Kanaya merasa heran dengan jawaban Bastian. Tidak ada yang penting? Lalu

DMCA.com Protection Status