“Saya tidak dengar apa-apa, Bos!” seru Ezra sambil membuat tanda garis melitang di depan mulut dengan tangannya.Padahal jelas Ezra mendengar percakapan Bosnya itu dengan Kanaya. Gestur Ezra hanya menyatakan jika ia akan tutup mulut dan tidak akan memberitahukan apa yang didengarnya pada orang lain.Bastian sadar itu bukan kesalahan Ezra. Asistennya itu memang sudah berada di sana sebelum ia menghubungi Kanaya. Hanya saja sebagai seorang Bos, ia harus menjaga harga dirinya. “Berikan berkas itu!” seru Bastian masih dengan tatapan melotot sembari menunjuk berkas di tangan Ezra. Ezra tidak membantah. Ia segera meletakkan dokumen yang ia bawa ke atas meja kerja Bastian. Sebentar saja Bastian sudah kembali sibuk bekerja. Sambil mengecek dan menandatangani berkas-berkas itu, ia menanyakan banyak hal yang berhubungan dengan pekerjaan kanyor pada Ezra.“Untuk tender besok lusa, semua sudah siap Zra?” tanya Bastian sambil matanya membaca dokumen di hadapannya. “Sudah Bos. Tetapi ada hal y
Di halaman gedung City Hall, mobil-mobil mewah bernilai miliaran berhenti di depan lobi. Disinilah para pengusaha di Eastasia mencoba peruntungan untuk mendapatkan tender mega proyek urban planning untuk menciptakan integrated transport and land.Proyek ini berskala besar dan nilainya fantastik, karena akan melingkupi penyediaan transportasi publik dan penyediaan area hijau di seluruh bagian Eastasia. Itu sebabnya, banyak perushaan besar yang mendaftar untuk mengikuti tender tersebut.Dwipangga Corporation pun tidak ketinggalan. Mereka mendapat undangan untuk menghadirinya.Bastian, Ezra dan beberapa orang tim tender perusahaan datang ke tempat acara.Mobil Maybach hitam yang dikendarai Rafles berhenti tepat di depan lobi gedung itu. Dan saat Bastian melangkahkan kakinya keluar, beberapa orang panitia tender langsung menyambutnya.“Selamat datang, Pak Bastian. Apa kabar? Senang sekali Bapak bisa hadir di sini. Silahkan Pak Bastian m, sebelah sini,” ketua panitia tender itu sendiri
“Akhirnya kamu berani menampakkan batang hidungmu. Tampaknya sudah bosan bersembunyi,” sindir Bastian sambil membalas senyum sarkas Reno. Kedua pria yang sekilas tampak memiliki kemiripan itu saling berhadapan. Keduanya memancarkan aura yang kuat, meskipun postur tubuh Bastian lebih tinggi dan ia tampak lebih mengintimidasi. Reno terkekeh mendengar sindiran Bastian itu. “Aku tidak akan mengatakan bersembunyi. Katakanlah, aku sedang mengamati. Dan aku harus mengakui, kehidupanmu sungguh berwarna, Bas.” ucap Reno sambil mengerling, menyimpan suatu misteri dari tatapan matanya. Bastian mendengus dan menatap pria dihadapannya dengan tak acuh. Bukan hal baru bagi Bastian jika Reno berusaha mengulik kehidupan pribadinya. Namun sejauh mana dia mengetahui kehidupan pribadinya? “Ternyata kehidupanku begitu menarik perhatianmu,” ucap Bastian sambil terkekeh?? Ia lalu maju selangkah sehingga kedua pria itu saling beradu tatap dalam jarak yang dekat. “Saranku, berhenti ingin tahu kehidupa
Kanaya baru saja selesai mandi dan berdandan saat Bastian datang. Dia datang lebih cepat dari yang dijanjikan. Kanaya belum siap. Bastian yang terbiasa langsung masuk ke dalam kamar, kali ini pun melakukan hal yang sama.“Pak Bas, kok sudah sampai?” Kanaya begitu terkejut melihat Bastian melangkah masuk. Ia berhenti memoles wajahnya dan menatap pria tampan yang datang dengan mengenakan kemeja berwarna putih dan celana dark navy itu melalui pantulan cermin.Bastian menghampiri dan memeluk Kanaya dari belakang. Di kecupnya pipi Kanaya dari samping cukup lama, melepaskan rasa rindunya.“Pak Bas…” panggil Kanaya karena Bastian tidak juga melepaskannya.Bastian terkekeh saat ia melepaskan kecupan di pipi mulus itu.“Tidak usah buru-buru. Kita berangkat kapan saja kamu siap,” ucap Bastian sambil ia menatap Kanaya damelalui pantulan cermin di hadapan mereka. Memperhatikan kedekatan fisik mereka saat itu.Ia kemudian menuidorkan sebuah paper bag herwarna merah dengan sematan pita berwarna go
“Kita mau ke mana?” Kanaya begitu penasaran. Bastian belum memberitahu tujuan mereka sejak tadi. Padahal mereka sudah 15 menit berada di dlaam mobil.“Makan Beef Pho. Bukan kah itu yang kamu inginkan?” tanya Bastian sambil mengerling, menolak untuk memberitahu tujuan mereka.Kanaya memutar bola matanya, merasa Bastian tidak akan memberitahukan tujuan mereka berapa kali pun ia bertanya. Kanaya pun tidak lagi bertanya lagi dan menunggu hingga merrka sampai di tujuan.Dan setelah setengah jam lebih menunggu, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.Kanaya belum pernah mengunjungi tempat itu. Dan ia sama sekali tidak menduga Bastian mengaknya pergi ke sana. Tempat itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya.Tidak tanggung-tanggung, Bastian mengajak Kanaya ke sebuah tempat yang cukup jauh dari pusat kota, melewati jalan bebas hambatan menuju ke luar kota. Restoran yang mereka tuju berada di sebuah cottage di pinggir pantai.Kanaya tidak habis pikir mengapa Bastian membawanya sejauh itu han
Makan malam berjalan dengan sangat menyenangkan. Praktis tidak ada yang mengganggu terkecuali pelayan cottage yang membawakan pesanan mereka. Mereka berdua mengobrol banyak hal sambil menyantap hidangan yang disediakan. Mereka bertukar cerita tentang masa kecil mereka. Bagaimana Kanaya yang sudah menjadi seorang yatim sejak ia masih berusia 9 tahun, sehingga kehidupannya selalu pas-pasan. Ia belum pernah bepergian ke banyak tempat hiburan, taman rekreasi ataupun pergi piknik seperti kebanyakan anak lainnya. Sehingga Kanaya hanya bisa mendengarkan cerita dari teman-temannya saja. Meskipun demikian, Kanaya mengakui jika ia bahagia hidup bersama ibunya. Kehidupannya berbanding terbalik dengan Bastian yang hidup serba berkecukupan sejak pria itu dilahirkan hingga sekarang. “Dulu jaman sekolah, cuma aku yang belum pernah pergi ke wonderland. Semua orang bilang kalau tempat paling seru, paling mengasyikkan itu adanya ya di wonderland. Mereka bilang ada banyak permainan, makanan, minum
Kanaya memasuki ruangan vila.Namun keindahan kamar serta pemandangan menakjubkan yang terpampang dari jendela kamar itu sama sekali tidak menarik perhatiannya.Jantungnya terlalu berdegub dengan kencang, dan benaknya begitu penuh dengan berbagai kemungkinan, keinginan serta tasa yang sulit ia bendung.“Oke, terima kasih…”“Selamat beristirahat…”Samar didengarnya percakapan Bastian dengan pelayan cottage yang mengantar mereka ke kamar itu, dari depan pintu yang berada beberapa meter dibelakangnya.Lalu terdengar suara pintu di tutup.Jantung Kanaya berdetak semakin cepat mendengar langkah kaki Bastian yang berjalan semakin mendekat.Inilah saatnya, batin Kanaya. Ia pun berbalik badan tepat saat Bastian berhenti di hadapannya.Mereka bertukar pandangan, kembali menatap satu sama lain.“Aku sangat menginginkanmu…” Bastian tidak bisa menahan diri lagi, direngkuhnya tubuh Kanaya dan dipagutnya bibir gadis itu dengan penuh gairah.“Paaakk aaah aah…” Kanaya mendesah diantara pagutan bibir
Mereka menghabiskan waktu seharian di cottage itu. Tidak hanya berdiam di dalam Vila, namun juga berjalan menyusuri pantai, dan menghabiskan waktu sore hari berenang di kolam di bibir pantai.Dan anehnya mereka tidak bertemu pengunjung atau tamu lain selama mereka menghabiskan waktu di sana.Kanaya tidak menanyakan hal itu, namun ia iseng mencari tahu review cottage itu melalui internet.Dan seperti dugaannya, penginapan di pinggir pantai itu mendapat review yang sangat bagus dengan tingkat hunian yang tinggi.Ada dua kemungkinan mengapa kali ini tempat itu begitu sepi. Yang pertama, Bastian menyewa semua tempat di cottage itu untuk mereka berdua.Dan yang kedua, Bastian memiliki tempat itu dan dia tidak menyewakannya pada pengunjung lain saat itu.Kedua hal itu tidak mengherankan bagi Kanaya. Ia percaya, Bastian bisa melakukannya.Kenyataan ini menjelaskan satu hal lagi padanya. Bahwa Bastian telah merencanakan mengajaknya menginap tadi malam!Jika memikirkan hal itu Kanaya hanya bis
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…