Karina seketika kehilangan kata-kata saat mendengar ucapan Rafael itu.'Kenapa mulai menyerangku lagi?'Karina terlihat tidak puas dan berkata, "Aku sangat serius di kelas. Meskipun nggak mungkin nggak pernah melamun sama sekali, nggak ada yang bisa mengalahkan daya konsentrasiku."Mendengar itu malah membuat Rafael makin kesal. Rafael mencubit hidung Karina sebagai pembalasannya dan bertanya dengan kesal, "Jadi maksudmu, kamu sering melamun saat bersamaku? Karina, kamu ini!"Karina merasa dirinya sudah salah bicara.Karina tersenyum canggung dan berkata, "Bukan begitu! Aku hanya sesekali ... melamun, kamu jangan berpikir terlalu jauh ....""Hmph."Ekspresi Rafael masih sangat masam. Melihat ini, Karina pun bersikap manja dan menyanjung, "Aku janji, sebisa mungkin ke depannya nggak akan sering melamun lagi, oke?""Masih ada ke depannya?" Rafael memelototi Karina dengan marah."Nggak, nggak, ... aku nggak akan melamun lagi di depanmu. Aku janji!" Karina dengan cepat mengubah kata-katany
Pada akhirnya, Karina setengah dipaksa oleh Rafael dan masuk ke kamar mandi. Baginya, ini mandi paling memalukan sejak dia lahir.Karina yakin orang yang mendapat ide melakukan hubungan intim saat mandi pasti orang yang sangat tidak senonoh!Setelah mandi, Karina merasa sekujur tubuhnya tidak nyaman.Karena detak jantungnya berdebar kencang sepanjang waktu dan dia seperti dikukus oleh uap panas, seluruh tubuhnya semerah udang yang telah matang. Wajahnya sangat merah bagaikan tomat dan dia tidak berani menatap wajah Rafael.Karina duduk di tepi ranjang, menunjukkan ekspresi menyedihkan.Sementara Rafael membantu menyeka rambut Karina dengan hati-hati. Ketika sudah cukup kering, dia melemparkan handuk itu ke nakas, lalu duduk di sebelah Karina dan memeluk seluruh tubuhnya. Aroma sabun di tubuh dua orang itu sama. Suasana terasa sangat ambigu."Bukan pertama kali aku melihatmu, apa kamu perlu merasa malu seperti ini?" Rafael mencium daun telinga Karina yang lembut dan terus bergerak ke ba
Karina masih merasa kesal karena tidak bisa menghadiri pertemuan penelitian ilmiah itu dan Nella sekarang mengungkit-ungkitnya. Dia memiliki temperamen yang buruk dan sudah tidak bisa menahan diri lagi. "Nella, apa pamer seperti ini menarik bagimu?" tanya dengan marah."Heh, kamu akhirnya menunjukkan sifat aslimu ya?" cibir Nella. Dengan dagu terangkat, Nella menatap dengan sinis dan berkata, "Karina, semua orang selalu menuruti kemauanku, hanya kamu yang berani menyinggungku. Kuberi tahu saja, orang yang berani melawanku pasti akan berakhir sengsara!"Darah di sekujur tubuh Karina seakan-akan mendidih. Gelombang amarah menumpuk di dadanya.Sorot matanya sedingin dan setajam tombak es. Ekspresi yang mengintimidasi itu membuat Nella kaget dan refleks mundur selangkah.Namun, Nella merasa bahwa dirinya tidak perlu takut pada Karina sama sekali. Dia kembali maju selangkah dan berkata dengan kesal, "Karina, beraninya kamu menatapku seperti itu! Jangan coba-coba membuatku marah, atau aku ak
Nella menatap ponselnya dengan sangat marah, lalu melemparkan setumpuk dokumen di tangannya ke tanah dan menginjaknya berkali-kali. Dia menatap ke arah tempat Karina pergi, menggertakkan giginya dan menggeram, "Karina!"Karina mengetahui bahwa dirinya masuk kembali ke daftar peserta itu setelah mendapat kabar tentang Grup Stalin telah menyumbangkan dua gedung laboratorium kepada Universitas Standela.Di ruang laboratorium."Astaga, Grup Stalin benar-benar kaya. Berapa biaya yang diperlukan untuk membangun dua gedung laboratorium? Ditambah dengan peralatan dan lainnya, 20 miliar? 40 miliar?" komentar Safira yang terkagum-kagum."Oh, aku nggak tahu ..." ujar Karina secara refleks.Safira sebenarnya juga tidak mengharapkan jawaban karena dia hanya bergumam pada diri sendiri. "Kudengar, CEO Grup Stalin, Rafael Stalin, masih sangat muda. Ckckck, alangkah baiknya aku bisa bertemu dengannya," lanjut Safira."Oh, ya ...."Karina terus melamun setelah mengetahui dua berita itu. Dia tidak memper
Karina tahu bahwa Rafael melakukan semua ini demi kebaikannya. Rafael mungkin mendengar apa yang terjadi pada dirinya entah dari mana, lalu menghabiskan banyak uang untuk "membeli" kesempatan menghadiri pertemuan itu.Akan tetapi, apa gunanya menghadiri pertemuan penelitian ilmiah tersebut dengan cara seperti ini?Hanya karena Nella memperoleh kesempatan dengan cara tidak adil, dia pun menirunya. Ini bukan yang diinginkan Karina. Yang salah tetaplah salah. Tidak seharusnya melakukan kesalahan yang sama hanya karena orang lain sudah melakukannya terlebih dahulu.Namun, tidak mudah untuk meyakinkan Rafael. Dia tadi terlihat jelas sedang marah.'Kenapa situasi menjadi seperti ini?'Karina mengusap pelipisnya dengan kesal.Karina hendak pergi ke perusahaan Rafael, tetapi dia mendapati ada pesan dari Safira masuk. Isinya adalah memintanya untuk datang ke gerbang belakang kampus karena ada urusan mendesak."Safira ini, apa yang kamu lakukan di gerbang belakang kampus?"Karina merasa heran un
"Dia masih di dalam?" Nella bertanya pada orang yang menjaga di luar gudang.Raut wajah Nella terlihat sangat masam. Dia awalnya ingin ayahnya turun tangan, meminta para pemimpin kampus memasukkannya kembali ke daftar peserta, tetapi dia malah dimarahi oleh ayahnya. Nella pun merasa kesal dan keduanya bertengkar hebat.Nella yang selalu dimanja bagaimana mungkin bisa menerima dirinya dimarahi. Dia langsung pergi dari rumah untuk mencari "pelaku" dan melampiaskan amarahnya."Kak Nella, dia masih di dalam," ujar Pemuda dengan rambut yang diwarnai kuning kepada Nella sambil tersenyum.Nella mengiakan dengan ekspresi muram, lalu membuka pintu gudang dan berjalan masuk.Karina menundukkan kepalanya dan menutup matanya untuk mengistirahatkan diri. Ketika mendengar pintu terbuka, dia perlahan membuka matanya dan melihat Nella berjalan ke arahnya dengan ekspresi masam.Nella dengan kasar melepas selotip yang menutupi mulut Karina.Karina mengerutkan kening, tetapi masih menahan rasa sakit itu
Setelah mengatakan itu, dia berteriak ke arah pintu, "Wisnu, cepat masuk!"Sebelum suaranya sepenuhnya menghilang, pemuda berambut kuning yang menjaga pintu gudang sudah berlari masuk. Dia terkejut melihat wajah Nella yang sangat masam dan bertanya, "Kak Nella, kamu mencariku untuk apa?"Kekejaman muncul di wajah Nella. Dia menatap Karina dengan tajam dan berkata kepada si rambut kuning itu, "Wisnu, menurutmu, bagaimana wajah wanita ini?""Ah?"Pemuda bernama Wisnu refleks melirik ke wajah Karina. Meskipun salah satu pipinya merah dan sedikit bengkak, itu tidak menghalangi kecantikan wajahnya yang sempurna.Wisnu juga pernah melihat wanita cantik, tetapi ini pertama kalinya dia melihat wanita yang memiliki kecantikan sempurna seperti Karina ini.Dia tanpa sadar menelan ludahnya, lalu menatap Nella sambil menjawab dengan tergagap, "Can ... cantik."Mendengar pengikutnya memuji kecantikan wanita lain di hadapannya, ekspresi Nella makin masam. Dia menatap Wisnu dengan kesal, lalu menunjuk
Nella mendesak Wisnu, "Cepat lakukan! Kenapa masih diam saja?" Matanya memerah, dia tidak sabar untuk melihat ekspresi menyedihkan Karina.Jantung Wisnu berdegap kencang. Sejujurnya, ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini. Akan tetapi, dia belum pernah segugup ini sebelumnya. Saat menatap Karina, terutama sepasang mata kuning kecoklatannya yang berkilau itu, dia sungguh merasa merinding.Tepat ketika Wisnu berjalan mendekat dan hendak membuka kancing baju Karina, Karina menatap ke arah Nella dan berkata, "Nella, kamu pasti akan menyesal.""Kita akan lihat siapa yang menyesal lebih dulu!" Nella mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam sambil mencibir, "Karina, kalau video ini tersebar di forum, apa menurutmu kamu masih bisa beruntung seperti sebelumnya? Kamu akan dihujat oleh semua orang sebagai wanita jalang! Aku ingin melihat apa pria yang menafkahimu itu masih akan tetap mendukungmu!""Kamu benar-benar sudah gila."Karina menatap Nella dengan dingin."Hmph, terserah