Nella menatap ponselnya dengan sangat marah, lalu melemparkan setumpuk dokumen di tangannya ke tanah dan menginjaknya berkali-kali. Dia menatap ke arah tempat Karina pergi, menggertakkan giginya dan menggeram, "Karina!"Karina mengetahui bahwa dirinya masuk kembali ke daftar peserta itu setelah mendapat kabar tentang Grup Stalin telah menyumbangkan dua gedung laboratorium kepada Universitas Standela.Di ruang laboratorium."Astaga, Grup Stalin benar-benar kaya. Berapa biaya yang diperlukan untuk membangun dua gedung laboratorium? Ditambah dengan peralatan dan lainnya, 20 miliar? 40 miliar?" komentar Safira yang terkagum-kagum."Oh, aku nggak tahu ..." ujar Karina secara refleks.Safira sebenarnya juga tidak mengharapkan jawaban karena dia hanya bergumam pada diri sendiri. "Kudengar, CEO Grup Stalin, Rafael Stalin, masih sangat muda. Ckckck, alangkah baiknya aku bisa bertemu dengannya," lanjut Safira."Oh, ya ...."Karina terus melamun setelah mengetahui dua berita itu. Dia tidak memper
Karina tahu bahwa Rafael melakukan semua ini demi kebaikannya. Rafael mungkin mendengar apa yang terjadi pada dirinya entah dari mana, lalu menghabiskan banyak uang untuk "membeli" kesempatan menghadiri pertemuan itu.Akan tetapi, apa gunanya menghadiri pertemuan penelitian ilmiah tersebut dengan cara seperti ini?Hanya karena Nella memperoleh kesempatan dengan cara tidak adil, dia pun menirunya. Ini bukan yang diinginkan Karina. Yang salah tetaplah salah. Tidak seharusnya melakukan kesalahan yang sama hanya karena orang lain sudah melakukannya terlebih dahulu.Namun, tidak mudah untuk meyakinkan Rafael. Dia tadi terlihat jelas sedang marah.'Kenapa situasi menjadi seperti ini?'Karina mengusap pelipisnya dengan kesal.Karina hendak pergi ke perusahaan Rafael, tetapi dia mendapati ada pesan dari Safira masuk. Isinya adalah memintanya untuk datang ke gerbang belakang kampus karena ada urusan mendesak."Safira ini, apa yang kamu lakukan di gerbang belakang kampus?"Karina merasa heran un
"Dia masih di dalam?" Nella bertanya pada orang yang menjaga di luar gudang.Raut wajah Nella terlihat sangat masam. Dia awalnya ingin ayahnya turun tangan, meminta para pemimpin kampus memasukkannya kembali ke daftar peserta, tetapi dia malah dimarahi oleh ayahnya. Nella pun merasa kesal dan keduanya bertengkar hebat.Nella yang selalu dimanja bagaimana mungkin bisa menerima dirinya dimarahi. Dia langsung pergi dari rumah untuk mencari "pelaku" dan melampiaskan amarahnya."Kak Nella, dia masih di dalam," ujar Pemuda dengan rambut yang diwarnai kuning kepada Nella sambil tersenyum.Nella mengiakan dengan ekspresi muram, lalu membuka pintu gudang dan berjalan masuk.Karina menundukkan kepalanya dan menutup matanya untuk mengistirahatkan diri. Ketika mendengar pintu terbuka, dia perlahan membuka matanya dan melihat Nella berjalan ke arahnya dengan ekspresi masam.Nella dengan kasar melepas selotip yang menutupi mulut Karina.Karina mengerutkan kening, tetapi masih menahan rasa sakit itu
Setelah mengatakan itu, dia berteriak ke arah pintu, "Wisnu, cepat masuk!"Sebelum suaranya sepenuhnya menghilang, pemuda berambut kuning yang menjaga pintu gudang sudah berlari masuk. Dia terkejut melihat wajah Nella yang sangat masam dan bertanya, "Kak Nella, kamu mencariku untuk apa?"Kekejaman muncul di wajah Nella. Dia menatap Karina dengan tajam dan berkata kepada si rambut kuning itu, "Wisnu, menurutmu, bagaimana wajah wanita ini?""Ah?"Pemuda bernama Wisnu refleks melirik ke wajah Karina. Meskipun salah satu pipinya merah dan sedikit bengkak, itu tidak menghalangi kecantikan wajahnya yang sempurna.Wisnu juga pernah melihat wanita cantik, tetapi ini pertama kalinya dia melihat wanita yang memiliki kecantikan sempurna seperti Karina ini.Dia tanpa sadar menelan ludahnya, lalu menatap Nella sambil menjawab dengan tergagap, "Can ... cantik."Mendengar pengikutnya memuji kecantikan wanita lain di hadapannya, ekspresi Nella makin masam. Dia menatap Wisnu dengan kesal, lalu menunjuk
Nella mendesak Wisnu, "Cepat lakukan! Kenapa masih diam saja?" Matanya memerah, dia tidak sabar untuk melihat ekspresi menyedihkan Karina.Jantung Wisnu berdegap kencang. Sejujurnya, ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini. Akan tetapi, dia belum pernah segugup ini sebelumnya. Saat menatap Karina, terutama sepasang mata kuning kecoklatannya yang berkilau itu, dia sungguh merasa merinding.Tepat ketika Wisnu berjalan mendekat dan hendak membuka kancing baju Karina, Karina menatap ke arah Nella dan berkata, "Nella, kamu pasti akan menyesal.""Kita akan lihat siapa yang menyesal lebih dulu!" Nella mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam sambil mencibir, "Karina, kalau video ini tersebar di forum, apa menurutmu kamu masih bisa beruntung seperti sebelumnya? Kamu akan dihujat oleh semua orang sebagai wanita jalang! Aku ingin melihat apa pria yang menafkahimu itu masih akan tetap mendukungmu!""Kamu benar-benar sudah gila."Karina menatap Nella dengan dingin."Hmph, terserah
"Kamu juga sama!" balas Karina.Karina menatapnya dengan dingin dan lanjut berkata, "Dibandingkan dengan mahakaryamu, aku masih nggak layak dibandingkan denganmu."Jika bukan karena dipaksa keadaan, Karina tidak ingin membesar-besarkan masalah sampai pada titik ini.Setelah kejadian dengan Yani itu, Karina berpikir bahwa hal yang paling keterlaluan adalah menyebarkan rumor secara daring dan memfitnah untuk merusak reputasi seseorang. Namun, dia tidak menyangka bahwa niat Nella jauh lebih jahat daripada niat Yani.Karina sangat berharap Rafael bisa turun dari langit dan menyelamatkan dirinya dari bahaya seperti manusia super, tetapi kenyataan berbeda dengan film. Jika dia tidak menemukan jalan keluar lain, dia kemungkinan besar sudah dinodai dan diancam oleh Nella.Oleh karena itu, menyelamatkan diri sendiri adalah satu-satunya cara agar bisa selamat.Dia melawan rasa sakit yang tajam dari pergelangan tangannya yang patah untuk melepaskan tangannya dari ikatan tali. Sekalipun tangannya
Setelah mendengar hal tersebut, cengkeraman tangan Nella yang memegang ponsel makin erat.Dia yang awalnya ingin mempermalukan Karina dengan video itu, tidak menyangka video itu malah menjadi bukti fatal kejahatannya. Inilah yang dinamakan senjata makan tuan!Pandangan Karina beralih ke tangan Nella, dia ingin merebut ponsel itu, tetapi Nella memegangnya erat-erat.Karina mengernyit, mendekatkan ujung pecahan kaca ke leher Nella sambil memperingatkan dengan dingin, "Jangan paksa aku menggunakan kekerasan."Nella ketakutan dan hanya bisa melepaskan ponselnya."Kak Nella, jangan takut, aku sudah panggil teman-teman yang lain. Wanita ini nggak akan bisa melarikan diri!" Wisnu berbicara pada saat yang tidak tepat.Raut wajah Nella langsung berubah ketika mendengar apa yang dikatakan Wisnu itu.Karina mengangkat alisnya sambil menatap mereka. 'Sekalipun ingin segera memberiku sertifikat kematian, tapi nggak perlu buru-buru seperti ini, bukan?'Meskipun kedatangan lebih banyak orang bukanlah
Setelah Karina keluar dari gudang dan menghirup udara segera, dia mempunyai dua pilihan untuk menyelesaikan masalah ini. Yang pertama, melaporkan insiden ini ke pihak polisi dan membiarkan mereka yang menanganinya, tetapi ada kemungkinan ayahnya Nella yang merupakan seorang wakil bupati akan ikut campur.Yang kedua, Karina mendiskusikan insiden ini dengan Rafael, tetapi dia sendiri tidak tahu seberapa jauh Rafael bisa membantunya.Meskipun sering mendengar orang-orang mengatakan betapa hebatnya dan betapa kuatnya Rafael, Karina tidak pernah merasakannya secara langsung. Yang paling membuatnya terkejut hanya ketika Rafael menjatuhkan Simon. Akan tetapi, Simon hanyalah anak dari seorang pengusaha, sementara ayahnya Nella adalah seorang pejabat tinggi.Pepatah "pengusaha tidak bertengkar dengan pejabat" ini sudah ada sejak zaman dahulu.Kedua pilihan itu sama-sama memiliki pro dan kontra. Saat Karina masih bingung harus mengambil keputusan yang mana, suara sirene mobil polisi terdengar ma