"Ikut aku," ujar Abila."Eh? Kak Abila, kamu tahu Zayn di mana?" tanya Karina terheran-heran.Abila memberinya senyuman lebar dan berkata, "Selama terekam di komputer, aku dapat menemukannya. Aku sudah melakukan penyelidikan jauh-jauh hari.""Luar ... biasa ...." Karina memujinya dengan tulus. Namun, di dalam hatinya dia juga berpikir, 'Kalau Kak Abila terus melakukan hal seperti itu, apa dia benaran nggak akan diundang ke kantor polisi?'"Aku ingat orang kaya yang datang ke kelab kelas atas seperti ini akan memiliki ruang pribadi tetap. Berdasarkan daftar yang kudapatkan, mereka seharusnya berada di Area A kamar 305."Setelah tahu harus ke mana, mereka pun terus berjalan. Karina menoleh ke samping, melihat ekspresi penuh harap Abila. Dia kemudian tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Kak Abila, ketemu Zayn nanti, kamu ingin bicara apa dengannya?""Eh?"Abila tertegun dan menatap Karina dengan bingung.Karina tersenyum dan berkata, "Kamu susah payah begini mencarinya, bukan hanya ingi
Di ruang pribadi.Pemandangan di dalam begitu merusak mata.Para wanita cantik di dalam bagaikan siluman ular, menempelkan diri pada tubuh pria. Kulit mereka menempel tanpa penghalang apa pun. Suasana di dalam ruangan terasa ambigu.Mereka sedang asyik bersenang-senang dan tiba-tiba terdengar suara ribut dari luar ruangan."Kenapa di luar berisik sekali?"Seorang pemuda mengangkat kepalanya dari bahu wanita cantik, melihat ke arah pintu dan bertanya dengan santai.Pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu. "Tuan.""Masuk," sahut salah satu dari mereka.Seorang pelayan masuk dengan membuka pintu sedikit, lalu berkata dengan hormat, "Tuan, ada dua wanita di luar ruangan bilang ingin bertemu dengan Tuan Muda Zayn. Salah satunya bernama Abila.""Haha, Tuan Muda Zayn, kamu sungguh populer sampai ada gadis yang mengejarmu sampai kemari." Sekelompok teman Zayn bersorak.Zayn sedang duduk sendirian di sofa besar. Di kedua sisinya ada wanita cantik yang menyalakan rokok untuknya.Zayn mengis
Untuk sesaat, Abila tidak dapat mengucapkan satu kalimat lengkap.Tatapan yang kosong tertuju pada wanita cantik di pelukan Zayn. Mereka begitu seksi dan memesona, tidak bisa dibandingkan dengan dirinya tomboi."Hei, Tuan Muda Zayn, apa standarmu nggak terlalu tinggi sampai menolak kecantikan seperti itu?" seru seorang pemuda tiba-tiba ketika menyadari Karina yang berdiri di belakang Abila.Tatapan pria yang penuh hasrat itu mengejutkan Karina. Karina dengan gugup meraih sudut pakaian Abila. Dia sungguh merasa tidak nyaman berada di situasi seperti ini. Matanya terus mengembara tidak menentu, dia tahu dia tidak boleh bertatapan dengan orang-orang di ruangan ini.Yang lain juga mulai memperhatikan Karina dan menunjukkan ekspresi takjub.Salah satu dari mereka bahkan berjalan mendekat ke arah Karina dan Abila. Matanya tertuju pada Karina dengan terang-terangan dan dia berkata, "Ckckck, sungguh bagus. Wajahnya bagus. Postur tubuhnya ... akan lebih bagus kalau aku bisa menilainya secara la
Mata semua orang terfokus pada Karina. Ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Melihat Abila tertegun, Karina pun menarik-narik pakaiannya dan bertanya dengan suara rendah, "Kak Abila, kamu yakin ingin menyatakan perasaanmu padanya sekarang?"Mungkin karena kesan pertama yang buruk, Karina tidak pernah menyukai Zayn. Alhasil, sulit baginya untuk memahami cinta Abila jatuh cinta pada Zayn pada pandangan pertama.Mendengar suara Karina, Abila baru tersadar kembali. Dia menatap kosong ke arah Zayn yang dari tadi mengabaikan keberadaannya. Dia merasa getir di hatinya, tetapi masih mengumpulkan keberanian untuk membuka mulutnya dan berkata, "Zayn, aku mencarimu kemari untuk ...."Sebelum Abila menyelesaikan kata-katanya, Zayn mengingatkannya sambil tersenyum, "Nona Abila, aku harap kamu bisa mengerti, ada banyak hal yang nggak bisa kembali seperti semula begitu hal itu terjadi."Abila terkejut, dia merasa Zayn sudah mengetahui niatnya, tetapi tidak mau menerimanya.Meskipun demikian, apa
Abila mengangguk penuh semangat dan berseru, "Aku menyu ... bukan, aku mencintaimu!""Hahaha, dia bilang mencintai Tuan Muda Zayn ...." Yomar tertawa terbahak-bahak seolah-olah telah mendengar sebuah lelucon. Akan tetapi, dia langsung terdiam begitu ditatap oleh Zayn.Zayn melirik wajah kecil Karina yang marah sejenak sebelum melihat ke Abila. Dia berkata kepada Abila seperti sedang memberi sedekah, "Kalau kamu ingin menjadi pacarku, boleh saja."Kali ini, tidak hanya Abila, tetapi semua orang juga terkejut."Serius? Tuan Muda Zayn, kamu ....""Apa aku perlu izin darimu memilih siapa sebagai pacarku?" Begitu Zayn memberikan tatapan tajam, temannya yang berbicara itu segera terdiam.Abila terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Dia terus menatap Zayn dengan tatapan kosong untuk beberapa saat, lalu bertanya dengan kaku, "Zayn, kamu serius?""Kalau kamu anggap serius, ya serius." Zayn tertawa kecil. Anting logam di daun telinga berkelip-kelip.Ekspresi Abila tiba-tiba menjadi sedikit rum
Karina otomatis panik begitu mendengar dering ponselnya. Dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan segera mematikan panggilan itu setelah melihat nama si penelepon.Dia kemudian meraih tangan Abila dan berkata, "Kak Abila, ini sudah larut, kita harus kembali."Abila menggelengkan kepalanya dan menatap Zayn sejenak, lalu berkata dengan tenang kepada Karina, "Karina, kamu pulang duluan saja kalau ada urusan mendesak. Hari ini, aku ingin bersama Zayn.""Aku khawatir kalau kamu sendirian di sini." Tempat ini adalah tempat hiburan, berbagai macam orang ada di sini, jadi bagaimana mungkin dia membiarkan Abila pulang sendiri.Akan tetapi, ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Dering ponselnya itu bagaikan sebuah pengingat yang menstimulasi gendang telinga Karina. Kali ini, dia bahkan tidak berani menyentuh ponselnya, seakan-akan ponselnya merupakan sebuah batu bara yang panas.Abila memandang Karina dengan rasa ingin tahu dan mengingatkan, "Karina, ponselmu berdering. Apa ada orang mencarimu kar
Melihat sikap Abila yang gigih, Karina tahu dia tidak akan bisa membujuknya lagi."Kalau begitu aku pulang dulu?" tanya Karina dengan ragu.Meskipun Karina merasa Zayn bukan kekasih yang baik untuk Abila, dia tahu tiap orang memiliki selera masing-masing, jadi dia kesukaannya tidak bisa mewakili kesukaan Abila. Selain itu, mungkin saja mereka berdua memang berjodoh?"Ya. Hati-hatilah di jalan," ujar Abila yang salah satu tangannya memegang erat lengan Zayn dan yang satu lagi melambai pada Karina."Oke, aku pulang duluan. Kalau ada apa-apa, teleponlah aku." Saat mengatakan ini, Karina menjeling ke Zayn.Meskipun hanya sebentar, terlihat keraguan dan kewaspadaan dari matanya.Zayn yang menyadari itu mengangkat alisnya. 'Wanita sialan ini, apa dia menganggapku sebagai penjahat yang menculik dan menjual wanita?'"Aku antar kamu pulang, daerah ini nggak aman," ujar Zayn kepada Karina yang sudah berjalan cukup jauh.Saat mendengar itu, Abila terheran-heran menatap Zayn.'Zayn bisa bersikap s
Begitu Karina tiba di ruang dansa kelab, dia dihentikan oleh dua pemabuk."Lho, wajah gadis ini sungguh manis. Kamu sendirian? Ayo bermain dengan kami sebentar."Bau tajam rokok dan alkohol dari kedua pria itu membuat Karina merasa pusing. Dia menatap dua pemabuk itu dengan tatapan waspada, mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan di situasi seperti ini.Dia diam saja karena takut membuat dua orang itu kesal. Mata ambernya menyapu sekeliling ruang dansa, seperti sedang mencari sesuatu.Melihat Karina diam saja, kedua pria itu semakin tidak bermoral. Salah satunya mengulurkan tangannya, ingin meraih tangan Karina sambil berkata, "Ayo pergi, gadis manis. Aku akan mengajakmu melakukan sesuatu yang menarik."Karina mengernyit, menghindari tangan pria itu dengan tenang. Aroma alkohol yang menyengat hidungnya, membuat Karina merasa mual."Tuan, aku datang bersama teman, kalian bisa cari orang lain."Karina berbohong.Sayang sekali, sangat mustahil untuk berbicara baik-baik dengan pemabuk.