Elena berkata dengan wajah penuh sukacita, "Pria itu putra dari keluarga super kaya. Kalau Karina bisa menikah dengannya, bukankah kita sekeluarga juga bisa ikut merasakan keuntungannya?"Nantinya, semua orang akan mengetahui jika dia adalah mertua dari Keluarga Stalin. Betapa membanggakannya hal itu, bukan?"Bu, sebaiknya jangan terlalu senang dulu. Anak-anak orang kaya itu sering kali suka bermain-main dengan wanita. Bagaimana kalau Karina terlibat terlalu dalam dan akhirnya dirugikan?"Jantung Nathan berdebar-debar setelah melihat cara bos agensi mereka yang lama mempermainkan wanita.Elena melotot ke arah Nathan, "Kamu benar-benar orang yang nggak bisa bicara baik-baik! Apakah ada saudara yang mengutuk adiknya sendiri seperti itu?"Nathan tertawa canggung. "Aku hanya khawatir Karina akan dirugikan.""Apa yang dikatakan Nathan juga ada benarnya. Berapa banyak dari orang-orang kaya itu yang benar-benar tulus? Bukankah mereka hanya tertarik karena Karina masih muda dan cantik, jadi ..
Mata Karina berbinar. "Benarkah?""Ya, agar kamu nggak memakiku lagi di belakang," kata Rafael sambil mencubit pipi Karina dengan lembut.Kali ini, Karina tidak melawan. Dia tersenyum bahagia. "Rafael, kamu benar-benar baik."Rafael langsung tersenyum tipis begitu mendengarnya. Dia menatap Karina sambil mengangkat alisnya dan berkata dengan sombong, "Aku selalu baik padamu. Apa kamu baru sadar sekarang?""Kamu benar. Ini pertama kalinya aku menyadarinya." Karina mengangguk dengan serius."Karina, berani-beraninya kamu ya?"Rafael berkata sambil memicingkan matanya.Karina merasa sedikit terbawa suasana. Dia tersenyum dan berkata, "Diperlakukan seperti ini oleh Tuan Muda Rafael, bagaimana mungkin aku nggak bahagia?"Kenapa kata-kata itu terdengar begitu canggung?Akan tetapi, Karina yang sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, buru-buru menyelinap ke lantai atas.Setelah bermain-main selama tujuh hari, sekarang saatnya kembali memusatkan perhatian pada tugas-tugas.Keesokan harinya, k
"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Hanya menunggu saja? Seminar penelitian ilmiah hanya tinggal setengah bulan lagi. Apa kita benar-benar akan memberikan kesempatan ini kepada Karina?""Semua itu tergantung padamu. Apa kata Simon?"Menyebut nama Simon, Yani langsung menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya. "Dia sudah setuju. Kapan saja dia bisa mengunggah foto-foto itu.""Heh, kamu benar-benar bisa meyakinkan dia, ya?"Yani merasa seperti tersengat. Wajahnya langsung menjadi muram dan dia menatap Amy dengan tajam. "Bukan urusanmu. Katakan saja kapan waktu yang tepat untuk mengunggah foto-foto itu?""Rencana awalku mengunggah foto-foto itu setelah berhasil meyakinkan Simon. Tapi, seperti yang kamu lihat. Hubungan Karina dan Rafael sangat baik. Sekalipun kita menyebarkan rumor kalau dia itu jadi wanita peliharaan, kurasa Rafael akan maju untuk membersihkan namanya.""Kalau begitu, menurutmu, bukankah kita nggak akan pernah bisa berbuat apa-apa terhadap wanita itu?"Yani membelala
Setelah beberapa saat yang penuh gairah, suasana ambigu yang samar-samar memenuhi ruangan tersebut.Yani memaksakan diri untuk menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya. Dia menguatkan diri dan berdiri untuk mulai mengumpulkan pakaian yang berserakan di mana-mana. Tiba-tiba saja, sebuah tangan terulur dan meraba-raba tubuhnya.Yani langsung merasa mual dan ingin muntah."Sayang, mau pergi secepat ini?"Yani dengan muak menyingkirkan tangan Simon dari tubuhnya dan berkata dengan dingin, "Simon, jangan lupa dengan apa yang kamu janjikan kepadaku!""Tenang saja. Karina yang sudah membuatku seperti ini. Aku akan pastikan dia menerima konsekuensi dari semua ini." Lingkaran mata abu-abu kehijauan yang menonjol di mata Simon tampak sangat menyeramkan."Apa teman premanmu itu bisa diandalkan?""Tentu saja bisa diandalkan. Dia pemimpin di daerah ini. Nggak ada yang berani macam-macam dengannya. Kamu hanya perlu menyiapkan uangnya. Dia akan mengirim anak buahnya untuk menyebarkan berita. Lalu, kita
Apakah sulit bagimu untuk mengatakan yang sebenarnya? Apakah begitu sulit? Apakah begitu sulit?Karina berteriak keras di dalam hati.Karina merasa sangat frustrasi. Dia tahu jika menentang Rafael akan berakibat buruk. Oleh karena itu, Karina pun menjawab, "Ya, ya, Tuan Muda. Saat aku merasa kesepian dan kosong, aku pasti akan meneleponmu. Jadi, tolong berbelas kasihlah dan pulanglah lebih cepat."Setelah berkata seperti itu, Karina merasa giginya sakit.Akan tetapi, Rafael merasa sangat puas. Dia mendengus dengan arogan. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mempertimbangkannya nanti. Sudah malam. Cepatlah tidur.""Tunggu sebentar. Biarkan aku menyelesaikan beberapa halaman ini."Karina sudah hampir sampai pada akhir cerita. Dia belum tahu apakah pemeran utama pria benar-benar mati atau tidak.Tatapan mata Rafael tertuju pada sampul buku Karina dan dia pun berkata dengan acuh tak acuh, "Dokternya benar-benar mati."Karina tidak mampu berkata-kata.Sejak dahulu, Karina selalu merasa jika mem
Yani juga merasa ketakutan. Ketika melihat profesor tua itu memanggil namanya, dia langsung menjadi terkejut.Sayangnya, dia juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan profesor tua itu.Harus diakui jika tidak mungkin ada orang yang bisa menjawab. Hal tersebut karena salah satu kesenangan terbesar profesor tua ini adalah memberikan mereka soal-soal yang tidak jelas dan rumit.Tujuannya memang agar mereka tidak mengerti, apalagi bisa menyelesaikannya.Yani perlahan-lahan berdiri dan diam-diam menggertakkan giginya. Bajingan tua ini biasanya hanya mengajar tanpa memperhatikan orang lain. Kenapa hari ini tiba-tiba saja dia berubah? Apa dia memang ingin menghajar orang?Para mahasiswa di sekitarnya semuanya tampak seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan, sehingga membuat Yani merasa sangat malu.Terdengar suara dingin profesor tersebut. "Yani, kamu bisa atau nggak? Kalau nggak bisa, keluar!"Wajah Yani memerah dan dia merasa agak cemas. Benarkah dia harus berdiri di luar dan menerima hu
"Yani harusnya nggak mungkin akan melibatkan dirimu, 'kan?" Safira merasa ngeri dan cepat-cepat menarik baju Karina.Karina juga tidak yakin dengan apa yang dipikirkan oleh Yani.Tampak Yani melirik ke arah mereka dengan tatapan sombong dan berkata, "Karina, kenapa kamu berpura-pura bodoh? Kamu bilang, kamu bisa mengerjakan soal di papan tulis ini, 'kan?""Sialan! Dia benar-benar menyeretmu ke dalam masalah!" Safira mengumpat pelan.Tatapan mata profesor tua itu juga beralih ke arah mereka. Dia membetulkan letak kacamatanya dan berkata kepada Karina, "Itu, kamu Karina, 'kan? Kamu bisa menjawab soal ini? Kamu nggak perlu memberikan jawaban yang tepat. Cukup jelaskan pemikiranmu saja."Sekarang, semua orang memusatkan perhatiannya pada Karina.Yani merasa senang dalam hati. Memangnya kenapa kalau dia itu juara kelas?Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami soal yang sulit ini!Perempuan itu berani mentertawakannya. Sekarang, dia harus menanggung akibatnya! Jika harus malu, semua haru
"Aku pernah sedikit mempelajarinya saat mengerjakan tugas," jawab Karina dengan jujur.Perlu diketahui. Tugas yang diberikan oleh Neo sangat banyak. Sementara Neo sendiri tidak peduli apakah kamu bisa atau tidak, yang penting hasil akhirnya.Sekalipun menemui hal yang sulit di luar silabus, Neo akan dengan mudahnya membantahmu dengan menjawab, "Apa kamu nggak bisa belajar sendiri?"Jadi, untuk bisa bertahan di bawah bimbingan Neo, kamu harus bekerja keras sendiri. Banyak orang yang tidak tahan dan akhirnya minta ganti dosen. Namun, Karina tetap bertahan dan itu bukan tanpa alasan.Karina memiliki rekor pernah bergadang selama dua minggu untuk menyelesaikan tugas di luar silabus!Pada saat itulah Karina mengenal Teorema Sinus.Yani melihat Karina seperti melihat hantu. Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami materi yang berada di luar silabusPasti mereka bersekongkol!Yani berpikir dengan marah. Siapa yang akan mempelajari hal-hal tersebut? Jelas mereka bersekongkol untuk menjebakn