“Good morning, Mama.” Keanu menyapa Arletta yang baru saja melangkah masuk ke dalam ruang makan. Tampak Keanu melukiskan senyuman manis. Pun Arletta memberikan senyuman membalas sapaan putranya itu.“Selamat pagi, Bu Arletta,” sapa Mirna dengan sopan pada Arletta. Pengasuh Keanu itu tengah menyuapi Keanu.“Pagi, Mirna.” Arletta duduk di kursi meja makan. Lalu Arletta memberikan kecupan di pipi bulat Keanu. “Morning, My Handsome Boy.” Detik selanjutnya, Arletta mulai menikmati sarapan yang sudah tersedia di hadapannya.“Mama, pagi ini Paman Keevan pergi ke mana? Kenapa Paman Keevan tidak sarapan bersama dengan kita, Ma?” tanya Keanu seraya menatap Arletta.“Paman Keevan memiliki urusan. Nanti pasti dia pulang.” Arletta mencium hidung mancung nan mungil Keanu. Menatap hangat dan lembut putranya itu.Suara dering ponsel terdengar, menandakan adanya pesan masuk membuat Arletta mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang ada di atas meja. Lantas Arletta mengambil ponselnya dan segera mel
Suara Keevan berseru dengan nada tinggi dan menggelegar memenuhi ruangan itu. Tampak emosi Keevan memuncak. Sepasang iris mata cokelat Keevan terhunus tajam penuh kemarahan pada Arletta yang berdiri di dapannya. Sorot mata Keevan menuntut meminta Arletta untuk segera menjawab ke mana wanita itu pergi.Arletta mendesah panjang melihat kemarahan di wajah Keevan. Raut wajah wanita itu nampak sangat jengkel dan kesal. Padahal ini adalah hidupnya. Keevan tak berhak ikut campur dengan hidupnya sama sekali. “Aku pergi ke mana pun bukan urusanmu, Keevan. Kamu nggak memiliki hak untuk melarangku. Aku bebas pergi ke mana pun yang aku mau.”Arletta menjawab dengan suara tegas dan penuh penekanan. Tatapan Arletta menatap dingin Keevan. Sungguh, Arletta tak mengerti dengan cara jalan pria di hadapannya itu berpikir. Baru saja dia pulang sudah disambut dengan amarah yang tak jelas.“Aku berhak tahu ke mana kamu pergi, Letta!” bentak Keevan keras. Dia tak suka mendengar apa yang Arletta katakan. Ya
Keevan menenggak vodka di tangannya. Kumpulan botol minuman keras ada di hadapan Keevan. Malam semakin larut, suasana klub malam di mana Keevan berada semakin meriah. Beberapa wanita cantik dan seksi berusaha menggoda Keevan, namun Keevan tak mengindahkan para wanita cantik itu. Malah dengan kejam, Keevan mengusir wanita-wanita yang menggodanya—dengan kata-kata kasar.“Pak, Anda sudah mabuk berat. Lebih baik Anda pulang,” ujar Angga mengingatkan Keevan.Keevan terus menenggak vodka wine di tangannya. “Arletta ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Arvin sialan menawarkan pekerjaan pada Arletta.”Angga terdiam mendengar apa yang Keevan katakan. Rupanya akar masalah bersumber dari Arletta. Tidak heran kalau bosnya sampai serapuh sekarang ini. Sebelumnya memang Angga tak pernah tahu tentang kisah Keevan dan Arletta. Namun, seiring berjalannya waktu—bosnya itu mulai terbuka padanya memberi tahunya.“Pak, kenapa Anda belum cerita pada Bu Arletta?” ujar Angga serius.Keevan tersenyum para
Sinar matahari pagi menelusup masuk ke dalam sela jendela menyentuh wajah Keevan. Perlahan Keevan membuka matanya. Pria itu mengerjap beberapa kali seraya memijat pelipisnya. Tepat ketika mata Keevan telah terbuka—tatapan Keevan menatap terkejut Arletta yang berada di dalam pelukannya.Keevan terdiam beberapa saat mendapati Arletta yang tertidur dalam pelukannya. Ingatan pria itu langsung tergali tentang dirinya yang pergi ke klub malam hingga mabuk. Dia yakin pasti Arletta yang membantu dirinya sampai berada di ranjang seperti sekarang ini.Keevan mengembuskan napas berat seraya memejamkan mata singkat. Tadi malam pikirannya benar-benar sangat kacau. Itu kenapa dia melampiaskan dirinya ke klub malam. Namun tentu Keevan tak berkencan dengan wanita mana pun. Otak Keevan saat ini hanyalah penuh dengan Arletta dan Keanu. Tujuannya pergi ke klub malam untuk menenangkan pikirannya bukan untuk mencari pelampiasan.Keevan menatap dalam wajah cantik Arletta yang tertidur pulas. Pria itu membe
Tubuh Arletta membeku mendengar apa yang Keevan katakan. Seluruh tubuhku seakan tak berkutik sama sekali. Mata Arletta nyaris berembun memerah hendak mengeluarkan air mata.Mati-matian Arletta menahan air matanya agar tak tumpah. Dalam hati, Arletta nyaris luluh mendengar kata indah yang diucapkan oleh Keevan. Akan tetapi logika Arletta muncul di mana tentang kejadian lima tahun lalu. Itu adalah hal yang tak akan pernah mungkin bisa Arletta lupakan begitu saja.Luka lima tahun yang Arletta rasakan tidak mungkin bisa hilang begitu saja. Berjuang di tengah badai, bukanlah hal yang mudah. Banyak air mata yang Arletta rasakan. Hancurnya hati Arletta layaknya piring yang pecah tidak lagi utuh.Sekarang, jika Arletta mendengar kata-kata manis—rasanya tak akan bisa mengobati luka yang Arletta rasakan beberapa tahun terakhir ini. Ya, Arletta tak ingin selemah itu. Hanya karena ucapan manis Keevan—tetap tidak akan mengubah segalanya.Hal yang Arletta tak mungkin lupa adalah Keevan Danuarga—sos
Keevan menenggak wine hingga tandas. Beberapa kali Keevan memejamkan mata singkat. Saat ini pria itu berada di ruang kerja yang ada di apartemen pribadinya. Pria itu sengaja menjauh dari Arletta. Alasannya jelas karena Keevan kian merasa bersalah.Hingga detik ini Keevan masih belum bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Keevan merasa dirinya seperti pengecut dan pecundang yang tak berani berbicara dengan Arletta tentang semuanya.Akan tetapi, Keevan melakukan semua itu karena ada alasan yaitu dia terlalu takut kalau Arletta salah paham. Dia menyadari mengobati luka yang diderita Arletta tidaklah mudah.Butuh perjuangan yang cukup panjang untuknya agar mampu membuat hati Arletta bisa luluh. Yang pasti semua itu harus ada harga mahal dari apa yang telah dilakukannya dulu pada Arletta.Suara ketukan pintu terdengar. Detik itu juga, Keevan membuka matanya, dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Napas Keevan berembus panjang—dia menginterupsi orang yang mengetuk pintu untuk s
Keesokan hari, Arletta lebih dulu terbangun. Jika biasanya Arletta menyiapkan sarapan, kali ini wanita itu lebih memilih untuk mengurus Keanu. Wanita itu menyerahkan semuanya pada pelayan dalam hal menyiapkan sarapan. Bukan tak mau memasak, tapi hati dan pikiran Arletta begiu berkecamuk. Banyak hal-hal yang tak bisa dijabarkan yang membebani pikirannya.“Ma, nanti setelah sarapan Keanu boleh nggak main games di ponsel?” ucap Keanu meminta izin. Namun, sayangnya izin dari Keanu tak direspon oleh Arletta. Sejak tadi Arletta hanya melamun kala wanita itu sudah selesai memandikan sekaligus menggantikan baju untuk Keanu.“Ma?” panggil Keanu yang sukses membuyarkan lamunan Arletta.“Hm? Iya, Nak?” jawab Arletta cepat seraya mnatap hangat Keanu.“Mama lagi pikirin apa, Ma?” tanya Keanu polos.“Mama hanya mikirin pekerjaan aja, kok. Tadi Keanu bilang apa?” Arletta segera mengalihkan pembicaraan. Dia tak ingin Keanu kembali menanyakan tentang apa yang dia pikirkan.“Keanu minta izin boleh ngga
Mata Arletta memerah menahan air mata yang hendak tumpah. Dadanya seakan sesak. Tak lagi bisa menahan rasa sakit yang menelusup ke dalam diri. Tampak tatapan Arletta menatap nanar Keevan.Tatapan yang tersirat memiliki luka sangat teramat dalam. Hingga ketika bulir air mata Arletta terjatuh, wanita itu segera menyeka air matanya. Menahan segala juta rasa perih yang selama ingin ada di hatinya. Sungguh, Arletta ingin tahu apa yang sebenarnya Keevan tutupi padanya.Napas Keevan memberat. Manik mata cokelat Keevan tak lepas menatap manik mata cokelat Arletta. Pancaran mata Arletta jelas menunjukan luka. Dalam hati, Keevan merutuki dirinya sendiri. Tak pernah Keevan sangka, Arletta telah membuntutinya.“Kenapa kamu di sini, Arletta?” tanya Keevan dengan nada yang merasa bersalah.Keevan memutar otak untuk menjelaskan semua yang terjadi. Akan tetapi semua terlalu berat untuk dijelaskan. Pun berbohong membuat dirinya kian merasa bersalah. Arletta sudah melihat semuanya.Arletta nyaris terta