"Kamu mau jadi office girl disini, tugasnya membersihkan seluruh kantor dan menjaga agar kantor ini selalu dalam keadaan bersih disetiap sudut ruangan," jelas Desi.
"Office girl? Saya mau Bu, mau banget!" jawab Lea penuh antusias. Ini lah yang ia mau sejak awal mendapatkan pekerjaan. Apapun pekerjaannya akan ia lakukan.Ia pikir akan ditolak mentah-mentah tapi ternyata ia akan diterima disini. Senangnya."Kamu yakin?" tanya Desi memastikan."Iya Bu, saya yakin seratus persen," jawab Lea penuh semangat."Baiklah kalau begitu, besok kamu bisa mulai kerja. Dan besok akan saya jelaskan tentang peraturan dan sistem kerja di kantor ini,""Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan dan kesempatannya saya janji akan bekerja sungguh-sungguh," Lea meraih tangan Desi menggenggamnya dengan penuh keyakinan.Lea keluar setelahnya, dilihat dari raut wajahnya tanpa bertanya Kana bisa tahu jika Lea mendapatkan apa yang dia mau."Selamat Lea,""Makasih kak, ini semua berkat bantuan Kak Kana. Aku janji nggak akan mengecewakan Kak Kana," Kana membalasnya dengan tersenyum.Saat dia melihat orang lain tersenyum, hatinya ikut merasakan kebahagiaan. Dari sekian banyak pengalaman mencarikan pekerjaan untuk orang lain entah kenapa ia merasa yakin jika Lea tak seperti yang lain.Mereka yang sudah mendapat pekerjaan berkat Kana justru banyak yang berlaku seenaknya bahkan jasa yang Kana lakukan dilupakan begitu saja, tapi dengan Lea ia percaya jika Lea adalah anak yang sungguh-sungguh dan baik hatinya."Kalau gitu, sekarang aku ajak kamu jalan-jalan keliling Jakarta. Sekalian kamu bisa mengenal beberapa daerah yang terkenal di kota ini,""Tapi Kak Kana nggak kerja?""Udah nggak usah pikirin itu, ayo," tak hanya Kana yang merasa antusias dan semangat Lea pun juga merasakan hal yang sama.Siapa sangka jika perjalanan pertamanya ke kota membuahkan hasil yang sangat baik hanya dalam semalam, apakah ini sebuh takdir yang Tuhan kirim untuk Lea?Akan ia nikmati segala proses yang ada sekarang, mau terpaan badai seperti apapun ia pasti bisa.Kana menghentikan laju mobilnya pada sebuah taman yang tak jauh dari kantor.Ia bahkan membeli dua ice cream untuk menemani obrolan mereka."Gimana rasanya dapat pekerjaan Lea?""Seneng banget kak, aku nggak nyangka kalau akan secepat ini dapet kerjaan dan semua dipermudah," jawaban Lea begitu berbeda dari yang sebelumnya dimana dia merasa gelisah tapi sekarang sebuah kelegaan terpancar dari wajahnya."Aku ikut seneng kalau kamu seneng Lea," berbeda dengan Lea, kini justru Kana lah yang terlihat sedih."Kak Kana kenapa? Kok tiba-tiba sedih?""Jujur ini bukan kali pertama aku bantu orang untuk dapat pekerjaan, dan hampir semuanya mengecewakan dimana mereka berlaku seenaknya sendiri sama aku. Bahkan rasa terimakasih yang mereka ucapkan saat dapat pekerjaan pun terasa tak tulus, dan melupakan jasa yang sudah aku lakukan untuk mereka," Kana menjeda kalimatnya sejenak mengambil nafas sedalam mungkin.Agar hatinya tenang, "Aku nggak mengharap lebih dari mereka, setidaknya sebagai sesama manusia bisa untuk menghargai satu sama lain dalam hal sekecil apapun. Aku nggak butuh sepeserpun uang dari mereka aku hanya butuh kata terimakasih ya tulus dan juga pembuktian yang sungguh-sungguh," Kana mengerling pada Lea sejenak kemudian membuang wajahnya.Ia menunduk memperhatikan ice cream yang sudah mulai mencair, meneteskan air ke tanah."Kalau boleh tau apa alasan Kak Kana berbuat baik seperti itu?""Alasannya simpel, karena aku mau mereka yang kesusahan memiliki masa yang lebih indah saat aku membantu, aku juga mau mereka memiliki mimpi dan juga masa depan yang jelas,"Lea bisa mendengar suara Kana saat menjawab yang terdengar sedikit bergetar, pasti sakit yang ia rasakan saat apa yang dia lakukan tidak dihargai dengan baik.Lea lebih dekat pada Kana mengusap lengan Kana, memberikan sedikit ketenangan dan energi agar Kana tak merasa sedih lagi."Kamu nggak perlu merasa kasihan loh sama aku, aku baik-baik aja kok," ucapnya sembari tersenyum kembali."Kak Kana cantik kalau senyum," puji Lea."Kalau aku cemberut atau sedih nggak cantik dong?""Tetep cantik kok," mereka berdua terkekeh.Kana seperti merasa kembali ke masa dia memiliki orang berharga, tapi sayang kini mereka semua sedang sibuk dengan dunianya sendiri membuat Kana merasa kesepian."Oh ya Lea, kamu mungkin belum dikasih tau sama Bu Desi. Aku cuma mau kasih info kalau Bos kamu itu sekarang ada diluar negeri dan kabarnya sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia dan dia overprotektif kalo sama kerjaan. Jadi usahakan kamu kerjanya yang bener ya sebisa mungkin enggak melakukan kesalahan,""Iya kak, makasih udah kasih tau,"Ada banyak hal yang membuat Lea penasaran dengan Kana, terutama dia yang dengan mudah membawa dirinya pergi dari satu kantor ke kantor lain. Kalau dia tanya apa itu etis?'Nggak usah aja deh, nggak enak. Bukan hakku juga untuk tau,' batinnya.Puas duduk dan bercerita di taman Kana mengajak Lea untuk pergi ke mall. Ia ingin membelikan sesuatu untuk Lea sebagai hadiah karena dia sudah mendapatkan pekerjaan.Anggap ini sebagai tanda agar Lea semakin bersemangat"Kita kenapa ke mall kak?""Jalan-jalan,"Harus berapa kali lagi Lea tercengang dengan setiap hal yang ada di kota. Satu tempat dengan yang lainnya pasti mampu membuat Lea merasa kagum."Kamu pilih satu baju yang kamu suka Lea,"Lea bingung, "Kenapa gitu kak?""Sebagai hadiah buat kamu dan penyemangat, buruan pilih mana yang kamu suka aku yang bayar,""Tapi kak -," Kana menyentuh bibir Lea dengan telunjuknya agar Lea berhenti bicara."Udah nggak usah banyak tapi, hm?"Mau tak mau Lea menurut satu persatu baju yang tersusun rapi disini ia liat dan perhatikan baik-baik bahkan sampai harganya, "Yaampun mahal banget, nggak ada yang murah disini?" gumamnya.Ia tak percaya jika satu baju saja hampir berharga lima ratus ribu, itu baru yang tampilan sederhana gimana kalau yang sedikit lebih wah."Permisi mba, apa disini ada baju yang paling murah?" tanya Lea pada salah satu pegawai."Tunggu sebentar ya," pegawai itu mencarikan baju yang Lea mau diantara baju-baju yang terpajang dalam satu stand hanger."Ini Kak bajunya," ucap pegawai itu sembari menunjukkan satu baju yang terlihat sederhana seperti tadi tapi tidak dengan harganya yang masih terbilang mahal dimata Lea.Sebuah midi dress berlengan pendek berwarna cornflower dengan aksen pita warna hitam pada bagian pinggang dan juga terdapat kerah pada bagian lehernya. Baju ini sangat cantik dan mungkin cocok untuk Lea."Ini masih aja tetep mahal, nggak mungkin aku pake ini," Lea mengembalikan baju itu pada tempatnya.Ia bilang saja tak ada yang cocok dengan dirinya disini, "Udah pilih Lea?" Kana datang tiba-tiba dari belakang membuat Lea terperenjat."Nggak ada yang cocok kak sama aku,""Masa sih? Tadi kamu pegang yang ini, kamu suka kan ... Mba saya ambil yang ini," Kana langsung mengambil baju yang tadi dan menyerahkan pada pegawai disana."Loh kak jangan itu mahal," ucapnya sedikit berbisik."Nggak mahal kok, kan ini hadiah jadi kamu harus terima apapun hadiah itu," ucap Kana mengedipkan sebelah matanya.Lea menghela nafas dengan sangat berat, "Itu harganya tiga ratus ribu kalau untuk makan bisa buat berapa hari?" Lea bergumam sendiri merasa sayang dengan harga baju itu.Mereka berjalan-jalan mengelilingi mall, dan Kana dengan senang hati memperkenalkan satu persatu hal yang mungkin Lea tak tau."Eh ada Kana disini," ucap seorang wanita dengan pakaian yang ketat dan juga terbuka bersama dengan beberapa temannya yang tak jauh berbeda.Kana memutar bola matanya malas menghadapi perempuan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal, tak hanya itu dia bahkan suka menindas orang yang ia anggap rendah. Seperti Kana."Mau apa?" Kana bertanya baik-baik."Nggak ada, ngapain Lo ada disini. Nggak pantes tau," ujar Jessica, itu namanya.Lea hanya memperhatikan Kana dan perempuan itu, bahkan Kana mendorong dirinya untuk mundur beberapa langkah."Nggak ada aturan yang menyatakan kalau gue nggak pantes ada disini," ucap Kana menekan setiap kata yang ia ucapkan.Jesicca maju lebih dekat pada Kana, menunjuk bahu Kana dengan sedikit mendorongnya. Kana hanya diam dia benar-benar malas."Lo itu sampah Kana, orang kayak Lo nggak pantes dateng ke tempat bagus. Pantes nya di kolong jembatan, ngerti?" ujar Jessica dengan berbisik tepat ditelinga Kana.Kana menepis tangan Jessica, ia ikut maju selangkah menatap Jessica dari atas sampai bawah. Mungkin dulu ia bisa ditindas dengan mudah tapi tidak untuk sekarang."Norak," satu kata keluar dari mulut Kana berhasil membuat Jessica tersulut. Wajahnya langsung mengeras begitupun tangannya yang terkepal.Siap untuk menghajar Kana, dia tersenyum menyeringai. Wajahnya langsung berubah seketika menjadi seperti monster. Pandangan itu membuat Lea takut dan mundur beberapa langkah."Lo mulai berani ya Na, cewek miskin aja belagu," Jessica siap mendaratkan tangannya di wajah Kana tapi sayang tangannya lebih dulu dicekal oleh seseorang saat masih ada di udara."Rendra?""Siapa dia?""Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa."Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar."Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya."Ngapain disini?" tanya Kana "Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point."Minggu ini,""Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"Rendra mengernyitka
Lea memukul orang itu tanpa henti sampai tangannya dicekal oleh Rendra yang entah sejak kapan sudah ada disana."Dia bukan maling," ucapnya lirih."Kok Om bisa disini, om juga maling ya? Maling! Maling!" Lea berteriak sekencang mungkin."Berisik!" seketika Lea terdiam saat suara orang yang tidur di ranjangnya berteriak. Lea mundur beberapa langkah ia takut. Ada dua orang asing disini sementara sang pemilik rumah sedang tak ada."Siapa sih, berisik banget ganggu orang tidur aja!" ucap orang itu dengan dingin.Lea melirik pada Rendra sekilas meminta penjelasan atas ini, hanya Rendra yang ia kenal disini."Ada apa Pak?" tanya security yang tiba-tiba sudah ada diambang pintu."Enggak apa-apa, bisa bantu saya untuk mindahin dia ke kamar sebelah," ucap Rendra memohon. Lantas kedua security itu membopong tubuh laki-laki itu keluar.Lea mengikuti juga sampai keluar, Rendra menatap Lea dari atas sampai bawah. Menyelidik pada wanita yang baru saja ia temui beberapa waktu lalu."Bersyukurlah kamu
Usai acara sambutan dan perkenalan singkat itu, masing-masing karyawan kembali pada pekerjaannya masing-masing."Rendra, tolong ambil berkas yang saya minta pada HRD tadi, sekarang!" ucap Ken saat baru saja memasuki kantornya."Baik,"Ken melihat ke sekelilingnya, kantor yang luas dan juga fasilitas yang bagus tak jauh berbeda dengan yang ada di Amerika bahkan disini lebih baik.Sebuah bingkai kecil di meja kerjanya pun masih ada disana, sebuah foto keluarga yang diambil saat terakhir Ken datang ke Indonesia waktu itu.Pintu diketuk dari luar, Rendra masuk dengan membawa berkas berisikan identitas para karyawan di kantor ini."Ini Pak," ucap Rendra. "Taruh diatas meja, kamu boleh keluar,""Sebelum saya keluar, boleh saya tanya sesuatu?" "Apa?" tanya Ken sembari ia membuka berkas itu membacanya dengan seksama. Anggap saja sebagai bentuk perkenalan yang tanpa melibatkan sentuhan ataupun obrolan."Kenapa
"Lo yang bener dong, bersihin itu sekarang!" tegasnya kemudian meninggalkan Lea begitu saja.Lea berdecak kesal, ia juga merasa beruntung karena Ken tak mengenalinya. Memang benar ya kata banyak orang jika sedang dalam keadaan mabuk dalam semalam semuanya hilang dalam ingatan yang tersisa hanyalah kepingan-kepingannya.Lea mulai membersihkan apa yang sudah ia kacau kan setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Bos menyebalkan itu."Bener kata Kak Kana kalo bos disini galak, udahlah nggak usah dipikir lanjut kerja aja," gumam Lea.Didalam kantor Ken sulit untuk melanjutkan pekerjaannya, ia seperti teringat sesuatu saat Lea tadi berteriak. Ia kemudian mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bisa memberikan jawaban tentang kejadian semalam."Pak Anton, tolong siapkan rekaman CCTV sejak kedatangan saya ke apartemen terutama lantai atas. Saya akan kesana setelah makan siang," ucap Ken to the point lalu menutup telfon itu tanpa mendenga
Hari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken."Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa t
Kana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji
Sebuah bar yang ada di hotel tersebut tampak ramai malam ini. "Kasih gue wiski," ucap Ken pada bartender yang ada disana."Kasih dia beer aja," ucap Rendra tiba-tiba membuat bartender tersebut bingung."Apaan sih Lo," Ken memutar bola matanya kesal."Mas, beer dua."Bartender tersebut menurut memberikan dua gelas beer pada Ken dan Rendra."Lo kenapa?""Gue nggak suka sama cewek kampung itu, tapi Kana minta dia tetep kerja di kantor. Gila, udah dicuci kali otaknya Kana sama cewek kampungan itu.""Awas ntar Lo suka sama dia.""Najis .... Ndra, apa dimasa lalu Sheila pernah berbuat sesuatu sama Kana?" tanya Ken hati-hati.Rendra melihat Ken dengan tatapan antara bingung, takut dan terkejut. "Emang Kana ngomong apa?""Dia bilang kalo Sheila nggak sebaik yang gue kira."Rendra menelan saliva nya dengan cepat, ia tak tau harus berkata apa tapi yang pasti, "Gue nggak tau apa-apa soa
Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu
Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h
“Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p
Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi
“Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i
Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***
Lingkaran dengan angka yang memutar mengelilinginya beserta jarum yang terus berputar masih menunjukkan pada angka dua.Dimana langit masih gelap dan semua orang sedang tertidur dengan nyenyak, namun Ken ia terbangun. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menilik pada jendela yang terasa sunyi. Seharusnya ia tidak bangun sekarang.Ia melihat pada ponselnya yang baru saja menyala, ada sebuah pesan singkat dari Niko.‘Gue kemarin ngasih Rendra sesuatu, entah lo udah baca atau belum yang pasti itu mungkin bisa ngebantu lo. Gue kayak gini bukan karena gue baik tapi karena ada maunya lo tau itu.’‘Jangan percaya sama gue seratus persen, lo harus percaya sama diri lo sendiri. Satu lagi gue yakin lo udah tau Sheina kan, cewek yang lo temuin di kantor waktu itu dia mirip kan sama Sheila. Gue yakin lo penasaran sama dia, entah mereka ada hubungan apa. Bener kan Ken?’‘Well, selamat berjuang untuk mencari kebenaran itu. Satu pesen gue saat lo menggali ini lebih dalam akan semakin banyak ancam
Setidaknya kalian harus sedikit tau tentang keluarganya Ken, karena bentukan antara luar dan dalam itu berbeda. Jika diluar sangat memikat hati siapapun yang melihat tapi dari dalam belum tentu kalian akan terpesona.Mereka berlibur disalah satu pedesaan didaerah Bandung, dengan view pemandangan yang sangat menyegarkan jiwa dan raga. Alasan kenapa Lea diajak? Ya, pengen aja ngajak Lea. Mungkin sekaligus sebagai ajang untuk bisa saling mengenal.Jangan lupakan Rendra yang selalu jadi ekornya Ken, dia baru saja tiba. Sebuah villa dengan desain minimalis terpampang nyata didepan mata Lea. Ia sungguh tak habis pikir dengan keluarga ini, sebenarnya aset yang dimiliki itu berapa banyak sih.“Lea bantu tante masukin ini kedalam ya,” ujar Thea sembari menjinjing plastik.“Iya tan.”Mereka sedang sibuk memindahkan barang.---Dibelakang villa terdapat sebuah pekarangan kecil dan ada ring basketnya, ya berhubung Karel dan anak-anaknya hobi main basket jadi dimana pun pasti ada ring basket.Rendr
***Lea perlahan membuka matanya, samar-samar ia melihat seseorang sedang menatapnya. Apa dia sedang bermimpi, ia juga samar mendengar orang itu memanggil namanya.Ia mengucek matanya, saat ia tau bahwa itu adalah Ken sontak Lea mendorong Ken hingga ia jatuh ke lantai.“Akh!” rintih Ken.“Pak Ken ngapain disini!” Lea berteriak dan langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan yang menyilang. Wajah Lea panik, ia takut Ken berbuat yang tidak-tidak padanya.“Lo kira-kira dong kalo mau dorong, udah tidur sembarangan dipindahin ke kamar bukannya makasih malah didorong. Kalo lo masih tidur di kolam, jadi makanan nyamuk lo.” Ken mencerca Lea dengan segala perkataan yang membuat Lea sadar jika ia ternyata tertidur setelah bercerita dengan Thea tadi.Matanya menjelajah kamar ini, yang memang bukan kamarnya. Lea terunduk malu, karena dia salah. “Maaf pak, nggak sengaja. Saya pikir bapak macem-macem sama saya, lagian bapak kenapa ngeliatin saya kayak gitu? Kan saya kaget.”“Gue mau makan lo karen