Hari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken.
"Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa tKana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji
Sebuah bar yang ada di hotel tersebut tampak ramai malam ini. "Kasih gue wiski," ucap Ken pada bartender yang ada disana."Kasih dia beer aja," ucap Rendra tiba-tiba membuat bartender tersebut bingung."Apaan sih Lo," Ken memutar bola matanya kesal."Mas, beer dua."Bartender tersebut menurut memberikan dua gelas beer pada Ken dan Rendra."Lo kenapa?""Gue nggak suka sama cewek kampung itu, tapi Kana minta dia tetep kerja di kantor. Gila, udah dicuci kali otaknya Kana sama cewek kampungan itu.""Awas ntar Lo suka sama dia.""Najis .... Ndra, apa dimasa lalu Sheila pernah berbuat sesuatu sama Kana?" tanya Ken hati-hati.Rendra melihat Ken dengan tatapan antara bingung, takut dan terkejut. "Emang Kana ngomong apa?""Dia bilang kalo Sheila nggak sebaik yang gue kira."Rendra menelan saliva nya dengan cepat, ia tak tau harus berkata apa tapi yang pasti, "Gue nggak tau apa-apa soa
Lea kembali ke kamarnya dengan langsung disambut heboh oleh Kana. "Kamu dari mana aja sih Lea aku cariin nggak ada?""Maaf Kak, habis lari tadi sama Pak Ken.""Ken? Nggak di apa-apa in kan kamu sama dia?" Lea tersenyum, "Enggak kok.""Baguslah kalo gitu, itu dimeja ada sarapan buat kamu.""Makasih Kak," saat Lea akan duduk tiba-tiba Kana menahan lengan Lea. "Ada apa kak?""Kakimu kenapa?""Ini tadi keseleo -" belum sempat Lea selesai berbicara Kana sudah memotong omongannya, "Pasti gara-gara Ken kan, bakal ku hajar tuh orang. Kamu tenang aja.""Enggak kak, bukan salahnya Pak Ken ini salahku Karna jalan nggak liat-liat tadi. Terus ini tadi dibeliin cream hangat sama pak Ken." Kana menghela nafasnya dengan cepat, "Yaudah kamu ganti baju dulu, terus sarapan, kakinya diobatin. Aku keluar dulu, baju kamu ada disana ya, aku tinggal dulu."Kana pergi dari kamar meninggalkan Lea sendirian, usai berganti baju dan mengisi
Didalam kamar Kana sudah ada Thea yang baru saja mengantarkan jus dan juga sepiring buah, sama seperti yang ia berikan pada Ken tadi."Boleh Mama tau kenapa kamu kemarin nggak pulang Kana?" tanya Thea sembari mengusap lembut tangan Kana."Aku nggak suka sama Ken, dia kemarin terlalu kasar sama Lea, Ma. Ken memperlakukan Lea seperti seorang budak dia bahkan nendang Lea."Thea menutup mulutnya setelah mendengar penuturan dari Kana. "Ditendang?""Iya, setelah Ken bilang kalo Lea dipecat. Lea memohon untuk jangan dipecat dengan pegang kaki Ken terus ditendang, aku ada dibalik pintu aku lihat semuanya. Tapi Rendra nahan aku untuk masuk, setelah itu karena menurutku Ken semakin gila aku masuk.""Kenapa dia jadi seperti itu?" gumam Thea, ia pikir Ken hanya berubah menjadi seorang yang mudah marah dan terpancing emosi dan sedikit tak bisa menjaga perkataannya tapi ternyata lebih dari itu bahkan dia sudah berani main tangan dengan perempuan."Ma, apa aku cerita ke Ken tentang yang sebenarnya te
Dengan nafas terengah-engah Lea memberikan jas itu pada Ken. "Ini pak jasnya.""Lama.""Iya maaf pak, tadi macet."Pintu diketuk dari luar menampakkan Tuan Simon Roderick kakek dari Ken. Walaupun beliau sudah berumur tapi jangan salah penampilannya masih gagah dan terlihat seperti anak muda. Ingat, umur hanyalah angka."Opa, udah Dateng?" Ken menjabat tangan Simon memeluknya sebentar. Simon menepuk bahu Ken, "Udah besar kamu sekarang, padahal dulu masih kecil.""Opa stop." Simon hanya mengangkat bahunya sekilas, pandangannya tertuju pada gadis yang berdiri didekat Rendra. "Dia siapa?""Di karyawan di kantor."Simon mendekati Lea. Lea membungkuk sebagai tanda hormat, "Selamat siang Tuan," sapanya setelah diberi tahu Rendra jika laki-laki ini adalah pendiri SM Grup tempat ia bekerja."Kamu tadi yang lari sambil bawa jas kan?""Iya Tuan.""Kamu cantik, mau jadi cucu menantu saya?""Opa? Stop! No jokes please" Ken memasang wajah malas lalu keluar ia tak suka dengan Kakeknya yang selalu me
***Mungkin awal dari semuanya akan dimulai dari sini. "Panggil Lea, suruh ke ruangan gue," ucap Ken pada Rendra melalui sambungan telefon.Tak butuh waktu lama Lea datang, "Iya Pak ada apa?""Tolong fotokopi ini, habis itu buatin gue kopi. Nggak pake lama ngerti!'"Iya Pak," untung saja Lea sudah diajari cara untuk memfotokopi waktu itu jika tidak akan gawat. Saat sedang memfotokopi Lea samar mendengar percakapan para karyawan yang kebetulan ada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. "Pak Ken itu udah nikah belum sih? Tapi katanya dulu punya pacar ya? Udah putus?""Nggak tau ya, mungkin aja secara Pak Ken itu galak nggak punya perasaan lagi. Serem juga mana ada cewek yang mau sama dia kalo gitu palingan juga suka karena harta.""Bener juga.""Mereka nggak ada kerjaan apa sampai ngomongin orang," gumam Lea. "Bukannya hal kayak gitu udah biasa ya terjadi di kantor, karyawan ngomongin bos dibelakang."Sontak Lea menoleh pada orang yang tiba-tiba ada didekatnya, ia tak mengenal siapa
***Saat semua pegawai sudah meninggalkan kantor, Ken diam-diam memesan makanan melalui delivery order. Sementara di kantor hanya ada dia dan Lea saja, Rendra sedang ada keperluan diluar."Gue turun dulu jangan kemana-mana.""Iya Pak."Bahkan dengan sukarela Ken sendiri yang akan mengambil pesanan. Menunggu di lobi sembari memainkan ponsel, ia melirik sekilas pada jendela yang ada disetiap sudut ruangan. "Mendung," gumamnya.Tak lama pesanan datang, Ken kembali ke atas menggunakan lift seperti biasa, saat lift mulai naik entah kenapa perasaannya sudah tak enak dan benar saja tiba-tiba lift berhenti di lantai sepuluh entah karena apa.Ia sudah berkali-kali menekan tombol emergency tapi tak ada respon, saat ia akan menelepon siapapun tak ada sinyal. "Sial!"Perlahan nafasnya semakin cepat kala ia mendengar suara hujan yang turun dengan begitu kasarnya ke bumi, suara gemuruh memekakkan telinganya. Ia menjatuhkan plastik ber
Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu
Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h
“Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p
Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi
“Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i
Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***
Lingkaran dengan angka yang memutar mengelilinginya beserta jarum yang terus berputar masih menunjukkan pada angka dua.Dimana langit masih gelap dan semua orang sedang tertidur dengan nyenyak, namun Ken ia terbangun. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menilik pada jendela yang terasa sunyi. Seharusnya ia tidak bangun sekarang.Ia melihat pada ponselnya yang baru saja menyala, ada sebuah pesan singkat dari Niko.‘Gue kemarin ngasih Rendra sesuatu, entah lo udah baca atau belum yang pasti itu mungkin bisa ngebantu lo. Gue kayak gini bukan karena gue baik tapi karena ada maunya lo tau itu.’‘Jangan percaya sama gue seratus persen, lo harus percaya sama diri lo sendiri. Satu lagi gue yakin lo udah tau Sheina kan, cewek yang lo temuin di kantor waktu itu dia mirip kan sama Sheila. Gue yakin lo penasaran sama dia, entah mereka ada hubungan apa. Bener kan Ken?’‘Well, selamat berjuang untuk mencari kebenaran itu. Satu pesen gue saat lo menggali ini lebih dalam akan semakin banyak ancam
Setidaknya kalian harus sedikit tau tentang keluarganya Ken, karena bentukan antara luar dan dalam itu berbeda. Jika diluar sangat memikat hati siapapun yang melihat tapi dari dalam belum tentu kalian akan terpesona.Mereka berlibur disalah satu pedesaan didaerah Bandung, dengan view pemandangan yang sangat menyegarkan jiwa dan raga. Alasan kenapa Lea diajak? Ya, pengen aja ngajak Lea. Mungkin sekaligus sebagai ajang untuk bisa saling mengenal.Jangan lupakan Rendra yang selalu jadi ekornya Ken, dia baru saja tiba. Sebuah villa dengan desain minimalis terpampang nyata didepan mata Lea. Ia sungguh tak habis pikir dengan keluarga ini, sebenarnya aset yang dimiliki itu berapa banyak sih.“Lea bantu tante masukin ini kedalam ya,” ujar Thea sembari menjinjing plastik.“Iya tan.”Mereka sedang sibuk memindahkan barang.---Dibelakang villa terdapat sebuah pekarangan kecil dan ada ring basketnya, ya berhubung Karel dan anak-anaknya hobi main basket jadi dimana pun pasti ada ring basket.Rendr
***Lea perlahan membuka matanya, samar-samar ia melihat seseorang sedang menatapnya. Apa dia sedang bermimpi, ia juga samar mendengar orang itu memanggil namanya.Ia mengucek matanya, saat ia tau bahwa itu adalah Ken sontak Lea mendorong Ken hingga ia jatuh ke lantai.“Akh!” rintih Ken.“Pak Ken ngapain disini!” Lea berteriak dan langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan yang menyilang. Wajah Lea panik, ia takut Ken berbuat yang tidak-tidak padanya.“Lo kira-kira dong kalo mau dorong, udah tidur sembarangan dipindahin ke kamar bukannya makasih malah didorong. Kalo lo masih tidur di kolam, jadi makanan nyamuk lo.” Ken mencerca Lea dengan segala perkataan yang membuat Lea sadar jika ia ternyata tertidur setelah bercerita dengan Thea tadi.Matanya menjelajah kamar ini, yang memang bukan kamarnya. Lea terunduk malu, karena dia salah. “Maaf pak, nggak sengaja. Saya pikir bapak macem-macem sama saya, lagian bapak kenapa ngeliatin saya kayak gitu? Kan saya kaget.”“Gue mau makan lo karen