Dengan nafas terengah-engah Lea memberikan jas itu pada Ken. "Ini pak jasnya.""Lama.""Iya maaf pak, tadi macet."Pintu diketuk dari luar menampakkan Tuan Simon Roderick kakek dari Ken. Walaupun beliau sudah berumur tapi jangan salah penampilannya masih gagah dan terlihat seperti anak muda. Ingat, umur hanyalah angka."Opa, udah Dateng?" Ken menjabat tangan Simon memeluknya sebentar. Simon menepuk bahu Ken, "Udah besar kamu sekarang, padahal dulu masih kecil.""Opa stop." Simon hanya mengangkat bahunya sekilas, pandangannya tertuju pada gadis yang berdiri didekat Rendra. "Dia siapa?""Di karyawan di kantor."Simon mendekati Lea. Lea membungkuk sebagai tanda hormat, "Selamat siang Tuan," sapanya setelah diberi tahu Rendra jika laki-laki ini adalah pendiri SM Grup tempat ia bekerja."Kamu tadi yang lari sambil bawa jas kan?""Iya Tuan.""Kamu cantik, mau jadi cucu menantu saya?""Opa? Stop! No jokes please" Ken memasang wajah malas lalu keluar ia tak suka dengan Kakeknya yang selalu me
***Mungkin awal dari semuanya akan dimulai dari sini. "Panggil Lea, suruh ke ruangan gue," ucap Ken pada Rendra melalui sambungan telefon.Tak butuh waktu lama Lea datang, "Iya Pak ada apa?""Tolong fotokopi ini, habis itu buatin gue kopi. Nggak pake lama ngerti!'"Iya Pak," untung saja Lea sudah diajari cara untuk memfotokopi waktu itu jika tidak akan gawat. Saat sedang memfotokopi Lea samar mendengar percakapan para karyawan yang kebetulan ada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. "Pak Ken itu udah nikah belum sih? Tapi katanya dulu punya pacar ya? Udah putus?""Nggak tau ya, mungkin aja secara Pak Ken itu galak nggak punya perasaan lagi. Serem juga mana ada cewek yang mau sama dia kalo gitu palingan juga suka karena harta.""Bener juga.""Mereka nggak ada kerjaan apa sampai ngomongin orang," gumam Lea. "Bukannya hal kayak gitu udah biasa ya terjadi di kantor, karyawan ngomongin bos dibelakang."Sontak Lea menoleh pada orang yang tiba-tiba ada didekatnya, ia tak mengenal siapa
***Saat semua pegawai sudah meninggalkan kantor, Ken diam-diam memesan makanan melalui delivery order. Sementara di kantor hanya ada dia dan Lea saja, Rendra sedang ada keperluan diluar."Gue turun dulu jangan kemana-mana.""Iya Pak."Bahkan dengan sukarela Ken sendiri yang akan mengambil pesanan. Menunggu di lobi sembari memainkan ponsel, ia melirik sekilas pada jendela yang ada disetiap sudut ruangan. "Mendung," gumamnya.Tak lama pesanan datang, Ken kembali ke atas menggunakan lift seperti biasa, saat lift mulai naik entah kenapa perasaannya sudah tak enak dan benar saja tiba-tiba lift berhenti di lantai sepuluh entah karena apa.Ia sudah berkali-kali menekan tombol emergency tapi tak ada respon, saat ia akan menelepon siapapun tak ada sinyal. "Sial!"Perlahan nafasnya semakin cepat kala ia mendengar suara hujan yang turun dengan begitu kasarnya ke bumi, suara gemuruh memekakkan telinganya. Ia menjatuhkan plastik ber
Pagi-pagi buta Lea bangun lebih awal ia membuatkan sesuatu untuk Ken, entah untuk alasan apa ia hanya ingin membuatkan sedikit camilan untuk Ken.Entah ini akan cocok atau tidak Lea membuat beberapa potong sandwich dan menaruh beberapa cookies yang ia beli semalam."Semoga Pak Ken suka."Apa Lea mulai menyukai Ken? Secepat itukah?***"Bangun woi!" seru Kana. Ia datang pagi-pagi ke apartemen Ken hanya untuk mengantarkan sarapan yang telah Thea siapkan.Kana menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Ken, membuka jendela agar cahayanya masuk dan membuat Ken terbangun tapi ternyata cara itu tak berhasil."Bangun Ken! Bangun!" Kana melompat-lompat diatas ranjang Ken membuat Ken menarik kaki Kana hingga ia jatuh ke atas ranjang."Berisik Lo, ngapain pagi-pagi kesini kurang kerjaan.""Kalo bukan Karna nyokap yang nyuruh gue ogah kali kesini.""Hm."Kana mengambil duduk, sebuah bantal ia letakkan diatas pahanya sebagai tumpuan tangannya. "Semalem gue denger mati lampu ya di kantor?""Hm.""Ar
Sebuah panggilan dari nomor yang dikenal tapi suaranya berbeda, membuat Lea ada ditempat bising ini. Lebih tepatnya ia sedang melihat Ken yang meracau dengan beberapa wanita disampingnya.Salah satu ruang VIP yang Ken tempati sangatlah bau. Bau alkohol yang menyeruak membuat Lea terbatuk-batuk karena tak kuat."Maaf mba-mba sekalian bisa tinggalkan saya dengan cowok ini?" pinta Lea dengan sopan."Lo siapanya hah?""Ah saya -""Siapa? Gue tanya diem aja.""Saya adiknya," ceplos Lea begitu saja. "Oh adek ipar, oke. Guys kita keluar biarin adik ipar yang urus kakaknya." wanita-wanita dengan pakaian ketat nan seksi itu keluar dari ruangan itu yang menyisakan Lea dan Ken saja.Perlahan Lea duduk didekat Ken, sedikit membersihkan meja yang menurutnya sangat kotor. "Pak Ken?" Lea menggoyangkan lengan Ken tapi tak direspon."Aduh gimana ini? Apa aku hubungi Pak Rendra aja ya?" sejenak Lea melihat jam, sudah larut malam untuk menghubungi seseorang tapi bagaimana caranya dia membawa Ken pergi da
Jalan setapak yang mereka lewati membawa mereka pada satu tempat dimana ini diluar perkiraan Lea.Padahal tadi dia sudah menyiapkan mental untuk segala macam bahaya dan cacian yang akan diberikan Sheila padanya. Namun niat itu pupus saat mereka ada disini."Ini bunga buat kamu, kamu suka kan Sheila?"Ken menaruh bunga itu tepat didepan sebuah pusara indah nan agung milik Sheila. "Dia?""Iya dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, karena sebuah insiden."Ada rasa tak enak dibenak Lea saat ini, rasanya canggung. Lea hanya bisa berdiri dibelakang Ken sembari meremas ujung bajunya."Dia satu-satunya wanita yang bisa buat gue jatuh cinta, sejauh ini belum pernah ada yang bisa buat gue membuka hati setelah kepergian Sheila," ucap Ken dengan mengusap pusara Sheila.Kemudian ia bangkit, meninggalkan pusara itu tanpa mengucapkan kata perpisahan. Membuat Lea sedikit bingung dengan Ken, katanya Sheila adalah wanita yang ia cintai tapi kenapa dia pergi tak mengucapkan 'Selamat tinggal'.Lea
Ken hendak mengejar Niko setelah pesan itu masuk ke ponselnya, tapi sayang Niko sudah pergi bersama ayahnya."Kamu kenapa, muka kamu pucat," ucap Karel."Nggak ada pa, ayo pulang." Ken memilih semobil dengan Karel pikirannya tak tenang saat ini karena Niko. Ini ancaman atau sesuatu yang menguntungkan?'Ndra temuin gue di apart nanti malem.' Ken mengirimkan sebuah pesan singkat pada Rendra."Ngapain dia mau ketemu gue, katanya disuruh menikmati weekend. Dasar Ken."***Sebuah tawa menggema di ruangan yang tak terlalu kecil, laki-laki yang terakhir kali Ken lihat sedang menggoyangkan gelasnya ditemani alunan musik klasik yang berputar pada turntable."Bodoh," cicit Niko.Menertawakan kebodohan orang memanglah menjadi hobinya. Nikolas Adhitama, anak dari Andreas Adhitama orang yang saat ini sedang terlibat dengan keluarga Roderick karena masalah bisnis. Sebagai informasi, Niko sudah mengenal Ken sejak lama bahkan saat mereka duduk dibangku SMA.Tapi tidak dengan Ken yang sama sekali tak
Ada yang bilang lebih baik kota daripada desa, ada juga yang sebaliknya. Bagi Lea mau di desa atau kota sama saja, sama-sama ada kehidupan yang berarti untuk dirinya.Pagi-pagi dia sudah disibukkan membantu sang ibu untuk pergi ke ladang. Hari ini hari panen singkong dan akan dijual ke para pedagang."Ini anaknya yang kerja di kota itu ya Bu?" tanya ibu-ibu yang sedang mengambil singkong untuk ia jual di pasar. Dia tetangga Lea."Iya," jawab Rahayu singkat.Lea hanya tersipu, "Cantik begini sudah ada yang punya belum?""Belum atuh mba, anak saya masih kecil," jawabnya sembari tersenyum."Mau nggak sama anak saya, dia kerja di balai desa. Daripada kamu nanti diambil sama om-om mending sama anak saya aja. Hidupnya terjamin."Lea mengerling pada Rahayu memberi isyarat untuk segera mengakhiri obrolan yang semakin lama semakin kemana-mana, membuatnya tak nyaman."Sudah atuh, saya pamit dulu. Mau ke sawah," Rahayu menarik Lea pergi dari sana."Mari Bu,""Jawab dulu atuh Rahayu!"Mereka berja
Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu
Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h
“Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p
Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi
“Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i
Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***
Lingkaran dengan angka yang memutar mengelilinginya beserta jarum yang terus berputar masih menunjukkan pada angka dua.Dimana langit masih gelap dan semua orang sedang tertidur dengan nyenyak, namun Ken ia terbangun. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menilik pada jendela yang terasa sunyi. Seharusnya ia tidak bangun sekarang.Ia melihat pada ponselnya yang baru saja menyala, ada sebuah pesan singkat dari Niko.‘Gue kemarin ngasih Rendra sesuatu, entah lo udah baca atau belum yang pasti itu mungkin bisa ngebantu lo. Gue kayak gini bukan karena gue baik tapi karena ada maunya lo tau itu.’‘Jangan percaya sama gue seratus persen, lo harus percaya sama diri lo sendiri. Satu lagi gue yakin lo udah tau Sheina kan, cewek yang lo temuin di kantor waktu itu dia mirip kan sama Sheila. Gue yakin lo penasaran sama dia, entah mereka ada hubungan apa. Bener kan Ken?’‘Well, selamat berjuang untuk mencari kebenaran itu. Satu pesen gue saat lo menggali ini lebih dalam akan semakin banyak ancam
Setidaknya kalian harus sedikit tau tentang keluarganya Ken, karena bentukan antara luar dan dalam itu berbeda. Jika diluar sangat memikat hati siapapun yang melihat tapi dari dalam belum tentu kalian akan terpesona.Mereka berlibur disalah satu pedesaan didaerah Bandung, dengan view pemandangan yang sangat menyegarkan jiwa dan raga. Alasan kenapa Lea diajak? Ya, pengen aja ngajak Lea. Mungkin sekaligus sebagai ajang untuk bisa saling mengenal.Jangan lupakan Rendra yang selalu jadi ekornya Ken, dia baru saja tiba. Sebuah villa dengan desain minimalis terpampang nyata didepan mata Lea. Ia sungguh tak habis pikir dengan keluarga ini, sebenarnya aset yang dimiliki itu berapa banyak sih.“Lea bantu tante masukin ini kedalam ya,” ujar Thea sembari menjinjing plastik.“Iya tan.”Mereka sedang sibuk memindahkan barang.---Dibelakang villa terdapat sebuah pekarangan kecil dan ada ring basketnya, ya berhubung Karel dan anak-anaknya hobi main basket jadi dimana pun pasti ada ring basket.Rendr
***Lea perlahan membuka matanya, samar-samar ia melihat seseorang sedang menatapnya. Apa dia sedang bermimpi, ia juga samar mendengar orang itu memanggil namanya.Ia mengucek matanya, saat ia tau bahwa itu adalah Ken sontak Lea mendorong Ken hingga ia jatuh ke lantai.“Akh!” rintih Ken.“Pak Ken ngapain disini!” Lea berteriak dan langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan yang menyilang. Wajah Lea panik, ia takut Ken berbuat yang tidak-tidak padanya.“Lo kira-kira dong kalo mau dorong, udah tidur sembarangan dipindahin ke kamar bukannya makasih malah didorong. Kalo lo masih tidur di kolam, jadi makanan nyamuk lo.” Ken mencerca Lea dengan segala perkataan yang membuat Lea sadar jika ia ternyata tertidur setelah bercerita dengan Thea tadi.Matanya menjelajah kamar ini, yang memang bukan kamarnya. Lea terunduk malu, karena dia salah. “Maaf pak, nggak sengaja. Saya pikir bapak macem-macem sama saya, lagian bapak kenapa ngeliatin saya kayak gitu? Kan saya kaget.”“Gue mau makan lo karen