Pagi hari tiba dan Lea sudah bersiap dengan pakaiannya yang terlihat rapi dan formal.
Bahkan dia sudah menyiapkan amplop coklat berisi dokumen seperti yang Kana katakan tadi pagi."Hari ini kamu aku bantu cari kerja, semoga aja dapet ya," ucap Kana sembari menghidangkan sarapan."Makasih kak, tapi aku bisa sendiri kok," tolak Lea dengan sopan."Udah kamu ikutin aja, lagian cari kerja di kota sebesar ini tuh nggak gampang Lea. Dan belum tentu kamu bisa langsung dapet kerja,"Lea mengamati wajah Kana yang terlihat cantik, bahkan kecantikannya semakin terpancar karena hatinya juga baik."Makasih kak, aku nggak tau lagi harus bilang apa sama Kakak. Suatu saat aku akan balas semua kebaikan Kak Kana," ucap Lea sungguh-sungguh."Aduh apa sih, kalau suatu saat aku butuh bantuan kamu. Apa kamu bisa Lea? Anggap aja itu sebagai balas budimu aku nggak mau kalau kamu nilai kebaikanku dengan uang,""Iya, pasti Lea bantu apapun itu,""Kalau gitu sarapan dulu, biar ada tenaganya," Kana benar-benar memperlakukan Lea layaknya adik sendiri.Dia bahkan sangat perhatian pada Lea, padahal mereka baru saja mengenal semalam.Lea yang tadinya merasa canggung, mencoba untuk membiasakan diri dengan Kana.Usai mengisi perut, mereka meninggalkan apartemen untuk menuju ke tempat dimana Lea akan melamar pekerjaan."Kamu ada keinginan untuk kerja dimana dan sebagai apa Lea?" tanya Kana saat mereka baru saja keluar dari parkiran."Untuk saat ini nggak ada kak, kerja apapun yang penting halal. Dan bisa segera membantu ibu buat melunasi hutang, apalagi ijazah terakhirku hanya SMP. Aku nggak berharap lebih," jawab Lea sembari menunduk menatap amplop coklat yang ada di pangkuannya.Kana merasa kasihan pada Lea, biasanya anak seusianya sekarang sedang asik bersenang-senang menghabiskan masa muda bersama teman-teman. Tapi Lea, dia malah harus memikirkan cara untuk mendapatkan uang."Ijazah bukan jadi penghalang buat kamu raih kesuksesan kok Lea. Asalkan kamu punya tekad yang kuat aku percaya kamu akan jadi orang yang sukses nantinya," ucap Kana menyemangati Lea, ia mengusap pelan bahu Lea.Dibalas dengan senyum manis yang Lea berikan untuk Kana. Seperti ini membuat mereka layaknya kakak adik.Tak butuh waktu lama mereka sampai ditempat tujuan. Aileen Company, salah satu perusahaan milik keluarga Kana yang kebetulan dia sendiri yang mengelola perusahaan ini.Tapi jangan bilang Lea dulu ya, dia tak mau nantinya Lea semakin minder dekat dengan Kana."Ayo masuk Lea," ajak Kana saat mereka sudah berdiri disalah satu ruangan.Ruang HRD menjadi tempat tujuan pertama, "Bu Dilla ada?" tanya Kana pada salah satu karyawan disana."Bu Dilla lagi keluar Bu, mungkin sebentar lagi dia kembali,""Oke makasih, selamat bekerja," Kana menggandeng Lea agar menunggu Bu Dilla datang."Ini kantornya siapa kak?" akhirnya pertanyaan yang ditunggu-tunggu Kana keluar dari mulut Lea."Ah ini tempat aku kerja, beberapa waktu lalu sih buka lowongan tapi nggak tau masih kosong atau enggak,""Kak Kana enggak kerja?"Kana terlihat gugup saat Lea bertanya seperti itu, "Oh itu aku udah ijin kalo mau bantu seseorang dulu jadi kerjanya nanti,""Maaf ya kak aku jadi ngerepotin," ucap Lea lagi-lagi menunduk ia merasa tak enak dengan Kana."Enggak kok,"Beberapa menit kemudian, Dilla datang. "Bu Kana cari saya?" tanya Dilla."Iya, apa masih ada lowongan disini? Ada yang mau melamar,""Maaf Bu untuk sekarang nggak ada, lowongan yang kemarin baru aja diisi dua hari yang lalu,""Oh gitu ya, yaudah. Kamu kembali kerja, kalau ada kabarin ya,""Iya Bu baik,"Kana membawa Lea keluar dari kantor, menuju ke tempat selanjutnya yang Lea sama sekali tak tau.Karena ini jadi pengalaman pertamanya ada di kota, sepanjang perjalanan dia lebih fokus untuk memperhatikan jalan. Setidaknya harus ada beberapa jalan yang ia tau."Maaf ya Lea lowongannya udah diisi, kita ke tempat selanjutnya. Aku harap disana ada," ucap Kana tak enak. Seharusnya dia mencari info dulu tadi sebelum berangkat."Iya kak nggak apa-apa kok, aku malah berterima kasih karena kakak mau bela-belain bantuin aku cari kerja,""Iya sama-sama. Kalau semisal di kantor yang ini ada lowongan dan kamu keterima aku harap kamu betah ya. Soalnya bos disana galak, nyeremin," ucap Kana dengan mimik wajah dibuat-buat."Namanya bos pasti galak dan nyeremin Kak. Kalau nggak gitu nanti karyawannya malah seenaknya sendiri,""Iya sih kamu bener, tapi nih orang tuh. Ah nanti kamu juga tau sendiri, sebenernya aku nggak mau kamu kerja disana tapi yaudah lah kamu juga lagi butuh segera," ujar Kana dengan sedikit memutar bola matanya. Mengingat bagaimana ia tau persis kelakuan bos yang ada disana.Bangunan yang mereka datangi hampir sama seperti yang tadi, kali ini mereka datang ke SM Grup ini juga sama milik keluarga Kana. Tapi bedanya ini yang memegang adalah Kakaknya sendiri dan Papanya.SM Grup adalah perusahaan dari keluarga Roderick yang cukup melegenda pada masanya kala itu, bahkan sampai sekarang pun masih eksis."Kamu tunggu sini bentar ya, aku mau kesana,""Iya kak," sembari menunggu Kana yang sedang berjalan ke resepsionis, Lea memperhatikan sekeliling. Sedari kemarin apa yang dilihat oleh matanya benar-benar membuat dia takjub."Kenapa gedung-gedung disini tinggi-tinggi terus besar-besar ya, apa yang bangun nggak capek?" gumam Lea."Ayo Lea, aku anter kamu ketemu HRD,""Ah iya Kak," Lea mengikuti langkah demi langkah yang Kana pimpin.Lagi-lagi dia harus menaiki lift untuk menuju ke ruang HRD, Lea sudah mulai terbiasa dengan bagaimana orang-orang di kota menggunakan alat-alat canggih seperti ini.Tok, tok!"Iya masuk," jawab seseorang dari dalam."Permisi Bu Desi," sapa Kana"Oh Bu Kana, ada perlu apa Bu sampai datang kesini," Desi langsung berdiri begitu tau yang datang adalah atasannya."Begini apa disini ada lowongan pekerjaan?""Untuk siapa?" tanya Desi dengan sedikit mengangkat alisnya.Kana memberi ruang agar Lea bisa terlihat, saat tau jika Kana membawa seseorang Desi langsung paham maksud dan tujuan Kana datang kesini.Jika diingat-ingat hal seperti ini bukan suatu hal yang baru, karena Kana sering sekali memberi pekerjaan pada orang yang baru ia kenal atau bahkan teman lamanya."Ada Bu, tapi apa dia mau?""Silahkan bisa kalian obrolkan saya tinggal dulu," Kana meninggalkan Lea dan Desi memberi ruang untuk mereka berdua berbicara."Silahkan duduk dulu," Desi mempersilahkan Lea untuk duduk di sofa."Makasih Bu,""Bisa lihat dokumen yang kamu bawa?"Kana langsung menyerahkan amplop coklat yang sedari tadi ada dalam genggamannya."Ini Bu, saya hanya tamatan SMP," jelas Lea sedikit."Nama kamu Azalea Carolline? Kamu datang dari kampung tapi nama kamu bagus juga ya," ucap Desi sembari tersenyum.Lea tersipu malu, bahkan dia sendiri pun juga heran kenapa namanya seperti orang asing saja padahal ia tau betul jika keluarganya berasal dari kampung."Kamu belum punya pengalaman kerja apapun, dan selama ini hanya membantu orang tua di kebun ya?""Iya Bu,"Desi menutup kertas yang ia pegang berisi data diri Lea, ia mengamati Lea dari atas hingga bawah kemudian tersenyum membuat Lea gugup. Wajah dari Desi pun menunjukkan sebuah kepasrahan.Hal yang dilakukan Desi membuat nyali Lea ciut, ia takut jika dengan ijazah SMP dan tanpa pengalaman ia bisa kerja disini.'Apa aku bakal keterima disini?'"Kamu mau jadi office girl disini, tugasnya membersihkan seluruh kantor dan menjaga agar kantor ini selalu dalam keadaan bersih disetiap sudut ruangan," jelas Desi."Office girl? Saya mau Bu, mau banget!" jawab Lea penuh antusias. Ini lah yang ia mau sejak awal mendapatkan pekerjaan. Apapun pekerjaannya akan ia lakukan.Ia pikir akan ditolak mentah-mentah tapi ternyata ia akan diterima disini. Senangnya."Kamu yakin?" tanya Desi memastikan."Iya Bu, saya yakin seratus persen," jawab Lea penuh semangat."Baiklah kalau begitu, besok kamu bisa mulai kerja. Dan besok akan saya jelaskan tentang peraturan dan sistem kerja di kantor ini,""Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan dan kesempatannya saya janji akan bekerja sungguh-sungguh," Lea meraih tangan Desi menggenggamnya dengan penuh keyakinan.Lea keluar setelahnya, dilihat dari raut wajahnya tanpa bertanya Kana bisa tahu jika Lea mendapatkan apa yang dia mau.
"Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa."Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar."Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya."Ngapain disini?" tanya Kana "Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point."Minggu ini,""Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"Rendra mengernyitka
Lea memukul orang itu tanpa henti sampai tangannya dicekal oleh Rendra yang entah sejak kapan sudah ada disana."Dia bukan maling," ucapnya lirih."Kok Om bisa disini, om juga maling ya? Maling! Maling!" Lea berteriak sekencang mungkin."Berisik!" seketika Lea terdiam saat suara orang yang tidur di ranjangnya berteriak. Lea mundur beberapa langkah ia takut. Ada dua orang asing disini sementara sang pemilik rumah sedang tak ada."Siapa sih, berisik banget ganggu orang tidur aja!" ucap orang itu dengan dingin.Lea melirik pada Rendra sekilas meminta penjelasan atas ini, hanya Rendra yang ia kenal disini."Ada apa Pak?" tanya security yang tiba-tiba sudah ada diambang pintu."Enggak apa-apa, bisa bantu saya untuk mindahin dia ke kamar sebelah," ucap Rendra memohon. Lantas kedua security itu membopong tubuh laki-laki itu keluar.Lea mengikuti juga sampai keluar, Rendra menatap Lea dari atas sampai bawah. Menyelidik pada wanita yang baru saja ia temui beberapa waktu lalu."Bersyukurlah kamu
Usai acara sambutan dan perkenalan singkat itu, masing-masing karyawan kembali pada pekerjaannya masing-masing."Rendra, tolong ambil berkas yang saya minta pada HRD tadi, sekarang!" ucap Ken saat baru saja memasuki kantornya."Baik,"Ken melihat ke sekelilingnya, kantor yang luas dan juga fasilitas yang bagus tak jauh berbeda dengan yang ada di Amerika bahkan disini lebih baik.Sebuah bingkai kecil di meja kerjanya pun masih ada disana, sebuah foto keluarga yang diambil saat terakhir Ken datang ke Indonesia waktu itu.Pintu diketuk dari luar, Rendra masuk dengan membawa berkas berisikan identitas para karyawan di kantor ini."Ini Pak," ucap Rendra. "Taruh diatas meja, kamu boleh keluar,""Sebelum saya keluar, boleh saya tanya sesuatu?" "Apa?" tanya Ken sembari ia membuka berkas itu membacanya dengan seksama. Anggap saja sebagai bentuk perkenalan yang tanpa melibatkan sentuhan ataupun obrolan."Kenapa
"Lo yang bener dong, bersihin itu sekarang!" tegasnya kemudian meninggalkan Lea begitu saja.Lea berdecak kesal, ia juga merasa beruntung karena Ken tak mengenalinya. Memang benar ya kata banyak orang jika sedang dalam keadaan mabuk dalam semalam semuanya hilang dalam ingatan yang tersisa hanyalah kepingan-kepingannya.Lea mulai membersihkan apa yang sudah ia kacau kan setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Bos menyebalkan itu."Bener kata Kak Kana kalo bos disini galak, udahlah nggak usah dipikir lanjut kerja aja," gumam Lea.Didalam kantor Ken sulit untuk melanjutkan pekerjaannya, ia seperti teringat sesuatu saat Lea tadi berteriak. Ia kemudian mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bisa memberikan jawaban tentang kejadian semalam."Pak Anton, tolong siapkan rekaman CCTV sejak kedatangan saya ke apartemen terutama lantai atas. Saya akan kesana setelah makan siang," ucap Ken to the point lalu menutup telfon itu tanpa mendenga
Hari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken."Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa t
Kana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji
Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu
Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h
“Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p
Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi
“Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i
Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***
Lingkaran dengan angka yang memutar mengelilinginya beserta jarum yang terus berputar masih menunjukkan pada angka dua.Dimana langit masih gelap dan semua orang sedang tertidur dengan nyenyak, namun Ken ia terbangun. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menilik pada jendela yang terasa sunyi. Seharusnya ia tidak bangun sekarang.Ia melihat pada ponselnya yang baru saja menyala, ada sebuah pesan singkat dari Niko.‘Gue kemarin ngasih Rendra sesuatu, entah lo udah baca atau belum yang pasti itu mungkin bisa ngebantu lo. Gue kayak gini bukan karena gue baik tapi karena ada maunya lo tau itu.’‘Jangan percaya sama gue seratus persen, lo harus percaya sama diri lo sendiri. Satu lagi gue yakin lo udah tau Sheina kan, cewek yang lo temuin di kantor waktu itu dia mirip kan sama Sheila. Gue yakin lo penasaran sama dia, entah mereka ada hubungan apa. Bener kan Ken?’‘Well, selamat berjuang untuk mencari kebenaran itu. Satu pesen gue saat lo menggali ini lebih dalam akan semakin banyak ancam
Setidaknya kalian harus sedikit tau tentang keluarganya Ken, karena bentukan antara luar dan dalam itu berbeda. Jika diluar sangat memikat hati siapapun yang melihat tapi dari dalam belum tentu kalian akan terpesona.Mereka berlibur disalah satu pedesaan didaerah Bandung, dengan view pemandangan yang sangat menyegarkan jiwa dan raga. Alasan kenapa Lea diajak? Ya, pengen aja ngajak Lea. Mungkin sekaligus sebagai ajang untuk bisa saling mengenal.Jangan lupakan Rendra yang selalu jadi ekornya Ken, dia baru saja tiba. Sebuah villa dengan desain minimalis terpampang nyata didepan mata Lea. Ia sungguh tak habis pikir dengan keluarga ini, sebenarnya aset yang dimiliki itu berapa banyak sih.“Lea bantu tante masukin ini kedalam ya,” ujar Thea sembari menjinjing plastik.“Iya tan.”Mereka sedang sibuk memindahkan barang.---Dibelakang villa terdapat sebuah pekarangan kecil dan ada ring basketnya, ya berhubung Karel dan anak-anaknya hobi main basket jadi dimana pun pasti ada ring basket.Rendr
***Lea perlahan membuka matanya, samar-samar ia melihat seseorang sedang menatapnya. Apa dia sedang bermimpi, ia juga samar mendengar orang itu memanggil namanya.Ia mengucek matanya, saat ia tau bahwa itu adalah Ken sontak Lea mendorong Ken hingga ia jatuh ke lantai.“Akh!” rintih Ken.“Pak Ken ngapain disini!” Lea berteriak dan langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan yang menyilang. Wajah Lea panik, ia takut Ken berbuat yang tidak-tidak padanya.“Lo kira-kira dong kalo mau dorong, udah tidur sembarangan dipindahin ke kamar bukannya makasih malah didorong. Kalo lo masih tidur di kolam, jadi makanan nyamuk lo.” Ken mencerca Lea dengan segala perkataan yang membuat Lea sadar jika ia ternyata tertidur setelah bercerita dengan Thea tadi.Matanya menjelajah kamar ini, yang memang bukan kamarnya. Lea terunduk malu, karena dia salah. “Maaf pak, nggak sengaja. Saya pikir bapak macem-macem sama saya, lagian bapak kenapa ngeliatin saya kayak gitu? Kan saya kaget.”“Gue mau makan lo karen