Home / Fantasi / Kesatria Di Balik Kegelapan / Tuan muda tidak di anggap

Share

Tuan muda tidak di anggap

Author: Molen
last update Last Updated: 2025-01-10 17:04:27

Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak."

Tokk...

Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya.

"Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh, "Aku kira kakak masih di dalam kamar," suaranya tidak terlalu keras. Bahkan terlihat cukup takut saat berbicara. "Ibu ingin memberikan ini padamu." Menyodorkan dua keranjang di tangannya. Kedua matanya menunduk tidak berani melihat tatapan mata kakaknya.

Karena tidak ada tanggapan, Ying Feng meletakkan dua keranjang di atas meja. Kedua matanya mencoba melirik kearah kakaknya. Aura yang di tampilkan kakaknya benar-benar berbeda. Dulu dia merasa kakaknya sangat malang sehingga menimbulkan rasa kasihan. Tapi kini kakaknya seperti harimau yang baru saja turun dari gunung untuk berburu karena lapar. Tatapan matanya jernih juga tajam sangat menakutkan. Tatapan dingin lebih dominan membuat bulu kuduknya berdiri meski hanya ada di dekatnya. "Jika tidak ada hal lain lagi aku akan pergi."

"Tunggu." Ying Wesheng menghentikan langkah adiknya. "Kamu takut dengan ku?"

Ying Feng mengangguk lalu menggelengkan kepalanya. Dia sendirian cukup takut untuk mengatakan hal itu. Dia hanya menunduk diam.

"Duduk." Ying Wesheng duduk di kursi. Dia menenggak air dalam teko tanpa perlu memikirkan penuangan di dalam cangkir layaknya orang kaya. Setiap tegakan cukup melegakan. Adiknya duduk tanpa pergerakan lain. Dia menatap sebentar lalu menuangkan air kedalam cangkir bersih. "Aku hanya ingin bertanya beberapa hal. Tidak perlu takut. Tidak mungkin aku memakanmu." Menyodorkan cangkir kearah adiknya. "Aku ingin mendengar seluk beluk keluarga kita. Apa kamu bisa menjelaskannya untukku?" Menuangkan air kedalam cangkir lain. Dia meminumnya perlahan.

Tuan muda ketiga Ying Feng menatap kakaknya. "Ibu kita hanya memiliki dua putra." Menunjuk kearah kakaknya. "Kakak dan aku. Kakak tertua anak dari selir pertama tapi Kakak pertama selalu menimbulkan pertentangan. Meksi Ibu selir cukup kejam dalam bertindak. Tapi Kakak tertua sangat lembut juga sopan. Bahkan tingkah lakunya sangat berbeda dari Ibu selir. Kakak tertua Ying An saat ini berada di Akademi Kekaisaran tidak bisa kembali meski tahu Kakak meninggal. Ayah menyuruhnya untuk tidak pulang. Selir kedua dan ketiga hanya bisa memiliki anak perempuan. Adik keempat dan kelima. Ying Xui dan Ying Nian. Ying Xui tegas, anggun juga menawan. Ying Nian terkenal ceria, lincah, juga tidak suka di atur." Menatap kakaknya.

"Teruskan." Ying Wesheng mendengarkan cukup santai.

"Meski Ibu istri sah tapi tetap saja ayah hanya memihak kepada Selir pertama. Dia sangat menyukai Kakak pertama namun juga cukup ketat dalam mendidik." Tuan muda ketiga Ying Feng menatap Kakaknya kembali. "Apa Kakak membenciku?" tangannya saling menggosok menandakan jika dia gugup.

Ying Wesheng tersenyum tipis. "Tidak."

"Ibu?"

"Juga tidak."

Jawaban kakaknya membuat Tuan muda ketiga Ying Feng lebih tenang. "Ayah akan selalu memberikan hukuman jika aku dan Ibu sering mengunjungi Kakak. Jadi aku takut untuk datang berkunjung." Menundukkan kepalanya.

Ying Wesheng memegang kepala adiknya. "Tidak masalah. Aku mengerti kesulitan kalian."

Entah mengapa Tuan muda ketiga Ying Feng merasa dia kini mendapatkan sosok kakak dari diri Ying Wesheng yang dulu selalu hidup dalam dunianya sendiri. Dia tersenyum senang bahkan hampir menangis.

Ying Wesheng mengangkat tangannya kembali dari kepala adiknya. "Kenapa menangis?"

"Aku hanya merasa memiliki kakak memang cukup menyenangkan." Ada semacam perasaan perlindungan juga kekuatan yang dapat menenangkan dirinya.

"Kamu tidak takut lagi denganku?" ujar Ying Wesheng.

Adiknya menggelengkan kepalanya.

"Kamu sudah cukup lama di sini. Cepat pergi jangan sampai Ayah mengetahuinya." Ying Wesheng menenggak kembali air putih yang ada di dalam cangkir hingga habis.

"Em."

Saat Tuan muda ketiga Ying Feng bangkit. Dia langsung melangkah pergi. Tepat di depan pintu dia berhenti lalu menoleh kebelakang menatap kakaknya dengan senyuman. "Aku sangat senang kakak bisa sembuh." Melangkah pergi lagi.

Pada awalnya Ying Wesheng menganggap tidak ada yang peduli dengan pemilik tubuh yang ia singgahi. Tapi dia salah, kunci kebencian dan penghindaran dari orang-orang terletak pada Ayahnya. "Menjadi anak seorang pejabat dengan kekurangan adalah sebuah bencana."

Ying Wesheng membuka baju atasnya bersiap untuk mandi.

Di halaman tempat tinggal Nyonya Ying. Tuan muda ketiga Ying Feng datang berlari dengan tergesa-gesa. "Ibu." Dia mengambil air minum menenggaknya hingga habis. "Aku sudah memberikan semua yang Ibu berikan kepada kakak kedua."

Wanita paruh baya dengan gaun berwana hijau tua duduk menatap kumpulan awan berwana merah terang bercampur jingga. "Apa dia baik-baik saja?"

Tuan muda ketiga Ying Feng duduk di dekat Ibunya. "Ibu tenang saja. Kakak baik-baik saja. Bahkan kakak bisa berbicara dan menanggapi semuanya dengan sangat baik. Kakak benar-benar sudah sembuh."

Air mata di penuhi rasa bahagia jatuh begitu saja. "Aku tahu dewa tidak akan terlalu kejam padanya. Feng er, lebih banyaklah menemani Kakakmu. Dia sudah sangat menderita hidup seorang diri di halaman itu." Menatap lembut kearah anaknya.

"Ibu, aku mengerti."

Tuan muda ketiga Ying Feng menatap Ibunya cukup lama tidak berani mengatakan isi hatinya.

"Ada apa?" ujar Nyonya Ying mengetahui pemikiran putra keduanya.

"Tapi jika Ayah tahu aku datang ketempat Kakak. Ayah pasti akan mengalahkan Ibu lagi," saut Tuan muda Ying Feng.

Nyonya Ying menggenggam tangan putranya. "Sekarang semua sudah berbeda. Kakakmu sudah sembuh. Peramal dan tabib akan memeriksa keadaan kakakmu. Dia tidak akan berani untuk bertindak terlalu jauh lagi." Menyakinkan putranya. "Ibu menjauhinya karena takut dia akan di hukum Ayahmu terlalu keras. Tapi sekarang semua sudah berubah."

"Ibu. Aku pasti akan sering datang ketempat Kakak kedua." Tuan muda ketiga Ying Feng menyetujuinya. Dia juga ingin memiliki seorang Kakak.

Tidak butuh waktu lama sekitar pukul tujuh malam tabib dan peramal datang bersamaan. Ying Wesheng di periksa secara bergantian dan semua orang datang untuk menyaksikan apa yang akan di bicarakan tabib dan peramal tentang kesehatan juga keberuntungan dari Ying Wesheng.

"Bagiamana?" Tuan Ying cukup tidak sabar.

"Tuan Ying, Tuan muda kedua sehat tidak ada penyakit lain dalam tubuhnya. Nadinya bahkan lebih kuat dan bertenaga dari orang normal pada umumnya." Tabib menjawab dengan jujur.

Tuan Ying menatap peramal di depannya.

"Tuan Ying, musibah besar telah terlewatkan. Sekarang keberuntungan berlimpah mengelilingi Tuan muda kedua." Peramal mengatakan semua yang ia ketahui. "Karma, penyesalan, penderitaan, keterpurukan perlahan memudar di gantikan awan menyebar memperlihatkan cahayanya."

Mendengar hal itu Tuan Ying terlihat sangat senang juga lega. "Antar tabib dan peramal kembali." Mengisyaratkan sebuah selipan rasa syukur.

Pelayan tua tentu mengerti. Uang juga telah tersedia. "Kedua tuan silahkan."

Tabib dan peramal pergi meninggalkan aula utama kediaman.

Nyonya Ying dan Tuan muda ketiga Ying Feng tentu merasa lega juga bersyukur.

"Karena sudah sembuh. Atur tempat tinggalnya. Tuan muda keluarga Ying tentu tidak bisa luruh dan hidup tidak layak," ujar Tuan Ying setelahnya berjalan pergi.

"Baik," jawab Nyonya Ying senang.

Semua orang ikut pergi setelah Tuan Ying pergi. Di ruangan itu kini hanya Nyonya Ying bersama kedua putranya.

"Akhirnya kakak punya tempat tinggal yang layak." Tuan muda ketiga Ying Feng cukup bersemangat.

Ying Wesheng justru sebaliknya. Dia baru saja mendapatkan tatapan mematikan dari Selir pertama. Kehidupannya di masa depan pasti akan cukup sulit. Hela nafas dalam menekan kuat hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

    Last Updated : 2025-03-14
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

    Last Updated : 2025-03-15
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

    Last Updated : 2025-03-16
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

    Last Updated : 2025-03-17
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

    Last Updated : 2025-03-20
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?"Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wesheng

    Last Updated : 2025-03-29
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pria berdosa

    Suara cambukan terdengar menggema memenuhi ruangan sempit penuh kegelapan. Bau anyir darah bercampur bau apek tercium tanpa bisa di hindari. Di ujung ruangan penggap itu ada pria berusia empat puluh tahunan yang sudah berlumuran darah segar. Di beberapa titik bagian tubuhnya ada tanda penyiksaan dari besi panas. Lepuhan di kulitnya tercium seperti bau daging bakar segar. Ratusan cambukan mencabik setiap kulit di tubuhnya. Baju putih bersih pada awalnya kini sudah menjadi pakaian lusuh penuh darah. Bahkan terkoyak hampir habis. Paku besi besar tertancap di kedua telapak tangannya yang langsung menempel pada kayu penyangga tubuh. Sekalipun rambutnya terikat namun juga sudah tidak rapi lagi. "Uhhkk..." suara batuk menekan kuat seperti krikil besar menekan tenggorokan. "Seharusnya kamu mengakui semua kesalahan yang sudah kamu lakukan. Kakak, adik ini tentu tidak akan terlalu kejam." Suara penuh seringaian puas itu terdengar seperti belahan pisau menusuk telinga pria itu. "Semua bu

    Last Updated : 2025-01-08
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sepuluh hari sebelum eksekusi mati

    "Cuaca kering hati-hati akan api. Cuaca kering hati-hati api." Treengg... Dentingan suara terdengar dari jalanan yang sepi juga gelap. Penjaga malam berjalan berkeliling kesetiap tempat memperingatkan semua orang. Lentera menyala tidak terlalu kuat sudah cukup untuk menerangi setiap langkahnya. "Cuaca kering hati-hati akan api." Treengg... Beberapa penjaga kota juga mulai berpatroli mengelilingi setiap jalur yang ada tanpa terlewatkan. "Aaaaa..." Teriakan terdengar dari dalam salah satu pekarangan kediaman. Sssreettt... Teriakan berhenti saat wanita dengan baju indahnya telah terjatuh bersimbah darah. Ada bekas goresan di lehernya yang langsung memutuskan urat nadi. Darah mengalir tidak hanya di satu tempat saja. Semua orang yang totalnya seratus penghuni kediaman dari tuan rumah hingga pelayan juga penjaga terbunuh. Kediaman luas dan megah itu kini menjadi tempat pembantaian dalam semalam. "Libur satu hari sudah cukup. Setidaknya aku bisa bertemu dengan kekasihk

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?"Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wesheng

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan muda tidak di anggap

    Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak." Tokk... Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya. "Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh,

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan Muda kedua Ying Wesheng

    "Ah..." Hela nafas. "Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar lagi." Merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Plak... Tepukan tangan terdengar menghantam kasur tidak terlalu kuat. "Tempat tidur Tuan muda kediaman pejabat tetap saja setipis ini." Seringaian terlintas di wajahnya. Ying Wesheng menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Dia menatap kearah langit-langit kamar yang sudah usang bahkan ada banyak lubang. "Tuan muda kedua, tapi hidup dalam kemelaratan. Semua orang menghindar." Setiap kedipan matanya menjadi lebih pelan. "Wesheng. Aku tidak berniat meminjam tubuhmu. Tapi jiwaku terbang sendiri ketempatmu. Jangan salahkan aku. Jika kamu memang masih ada di dunia ini carilah keadilan kepada para dewa. Kenapa menarik jiwamu dan menempatkan aku di tubuhmu." Salah satu kakinya di silangkan. Ada ingatan samar terlintas di benaknya. Bayangan pemuda yang tengah di rendahkan semua orang, di hina, di buang, di permainkan, bahkan di perlakukan seperti binatang. Ying Weshen

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sehari setelah eksekusi mati

    Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi. Bruuk... Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan mengh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status