Beranda / Fantasi / Kesatria Di Balik Kegelapan / Sehari setelah eksekusi mati

Share

Sehari setelah eksekusi mati

Penulis: Molen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 20:22:38

Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi.

Bruuk...

Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan menghindarinya karena takut akan suaminya. "Tuan muda gila." Pelayan itu menggunakan tongkat kayu untuk menggoyangkan tubuh di atas tempat tidur.

Tidak ada tanggapan.

Pelayan laki-laki mencoba memeriksa nadi dan hembusan nafas di hidung. "Ah, Tuan muda meninggal. Tuan muda meninggal," teriaknya cukup kuat membuat banyak orang datang.

Tuan besar Ying datang tergesa-gesa melihat keadaan putra keduanya. Dia sendiri tahu jika anaknya ini mengalami kelainan sejak lahir. Tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan sering sekali mengatakan hal tidak masuk akal. "Cepat cari peti mati dan gali lubang di hutan kecil belakang kediaman."

Nyonya kedua Ying berlari menghampiri anaknya yang sudah tidak memperlihatkan tanda kehidupan. "Wesheng." Dia memanggil perlahan tapi tetap saja tidak ada tanggapan lagi. Tidak seperti biasanya saat dia mencoba untuk berbicara secara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya. Anaknya akan langsung menjawab, "Iya. Iya. Aku Wesheng." Air mata Nyonya Ying mengalir tanpa henti. Sejak anaknya berusia lima tahun dia harus mencoba menghindar agar suaminya bisa menjaga dan sayang dengan anak keduanya. Yaitu Tuan muda ketiga kediaman. Sedangkan Tuan muda tertua anak dari selir pertama. Selama dua tahun pernikahan dia tidak kunjung mengandung sehingga suaminya mengambil seorang selir. Dan selir pertama melahirkan anak laki-laki. Di tahun keempat pernikahan Nyonya Ying baru bisa hamil. Namun anaknya justru mengalami cacat mental. Kasih sayang suaminya menghilang perlahan. Setelah dia berhasil mengandung dan melahirkan kembali anak keduanya. Suaminya kembali perhatian juga menjaganya dengan lebih baik. Tapi semua kasih sayang harus di ikat bersama terbuangnya anak pertamanya. Rasa penyesalan menekan kuat dadanya.

"Ibu." Putra keduanya mencoba membantu Ibunya. Tuan muda ketiga Ying Feng sudah berusia lima belas tahun. "Ibu." Menguatkan pelukannya.

Para penjaga mulai membopong jasad Tuan muda kedua mereka menuju peti mati yang sudah siap. Saat peti mati akan di tutup.

"Huhh..." Suara tarikan nafas kuat terdengar dari dalam peti mati. Sebuah tangan menghentikan peti mati agar tidak di tutup. Tuan muda Ying bangkit kembali dari kematiannya. Semua orang bahkan tidak mampu berkata-kata lagi.

"Ini? Aaaa... hantu." Penjaga terjatuh ketakutan.

Semua orang bergetar melihat jasad yang hidup lagi.

"Aaaa..." Menguap dan merenggangkan tubuhnya. Ying Wesheng melihat kesekitarnya. Semua orang menatapnya dengan aneh. "Apa eksekusi masih belum di jalankan? Tapi seingatku kepala kapak sudah menghantam kuat leher..." memeriksa lehernya. Tapi kelapanya masih menyatu di tubuhnya. Dia juga terasa seperti hanya tidur sebentar saja. "Kalian siapa?" Menatap binggung kesemua orang.

Nyonya Ying mendekat perlahan. "Wesheng," suaranya serak juga berat.

"Kamu siapa?"

"Anakku." Nyonya Ying berlari memeluk anaknya kembali. "Syukurlah kamu kembali." Tangisannya pecah.

Tuan Ying masih tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Kamu?" Tatapan anaknya terlihat sangat jernih dan berbeda dari sebelumnya. "Kamu ingat siapa kami?"

Nyonya Ying melepaskan pelukannya. Dia juga ingin mendengar jawaban dari anaknya.

"Aku? Apa maksudmu? Tentu saja," Ying Wesheng menghentikan kata-katanya.

Sepertinya ada hal janggal.

Ying Wesheng memperhatikan kambali semua orang yang ada di hadapannya. Dia menggelengkan kepalanya. "Kalian siapa? Aku siapa? Kenapa aku bisa ada di sini?"

Jawaban dan pertanyaan dari anak keduanya membuat Tuan Ying sadar anaknya tidak bodoh lagi. Dia seperti orang normal pada umumnya. Sangat aneh. Dia melambaikan tangan, membuat pelayan tua mendekat. "Cari tabib juga seorang peramal."

"Baik." Pelayan tua mengerti. Dia pergi setelah mendapatkan instruksi dari Tuan besarnya.

Ying Wesheng bangkit pelahan. Dia masih tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia juga melihat tubuhnya penuh luka namun luka itu berbeda dari luka bekas penyiksaan di penjara. Namun tatapan matanya cukup tenang. Dia telah hidup dalam konspirasi, konflik, bahkan peperangan tanpa henti. Sikapnya tentu tidak akan sama seperti pemuda pada umumnya. Jiwanya telah terasah sangat baik dalam dunia kegelapan.

"Kakak kedua. Kamu Ying Wesheng putra kedua dari menteri keuangan. Apa kakak lupa? Meski kakak sedikit bodoh," menekan suaranya. "Tapi kakak selalu ingat dari mana kakak berasal," Ying Feng menjelaskan.

"Ying Wesheng?" Nama yang cukup asing di telinga Jenderal perang kegelapan.

"Iya. Ini Ibu kita," Ying Feng mendekat membantu ibunya agar bisa berdiri tegap.

"Ibu." Ying Wesheng memberikan hormat pertama kalinya selama dia hidup. Semua orang semakin tidak bisa berkata-kata. Nyonya Ying bahkan menangis semakin keras.

"Putraku. Pasti dewa mengasihimu sehingga menyembuhkan penyakitmu." Nyonya Ying terus menangis.

Tuan Ying tentu masih tidak bisa percaya. Namun dia juga merasa cukup senang anaknya menjadi sehat. Rasa malu yang terus menekan hatinya tentu bisa ia hilangkan. Semua orang tidak akan lagi menghina keluarganya. "Jika tidak ada hal lain lagi. Bubar." Tuan Ying langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan hal lainnya.

Semua pelayan mengikuti perintah Tuan besar mereka.

"Wesheng, kamu bisa tinggal di tempat ibu terlebih dulu. Halaman kediamanmu cukup kumuh dan sudah rusak. Akan lebih baik untuk tinggal bersama aku dan adikmu. Biarkan Ibu menebus semua kesalahan yang telah Ibu lakukan selama ini." Nyonya Ying yang selalu dingin dengan anaknya kini mulai perlahan mencoba mendekatinya. Dia tidak bisa kehilangan anaknya lagi dalam penyesalan.

Ying Wesheng terlihat enggan, "Untuk saat ini lebih baik aku tinggal di sini. Tempat ini cukup nyaman untukku."

Nyonya Ying tidak bisa memaksa keinginan dari putranya. Dia menyetujuinya lalu pergi di ikuti anak keduanya.

Di halaman kumuh juga tidak terawat. Ying Wesheng duduk di bangku dengan penyangga patah satu. Dia mencoba memikirkan semua kemungkinan mengapa jiwanya bisa masuk kedalam tubuh orang lain.

Mungkin dewa benar-benar mengasihani dirinya. Perjuangannya menyejahterakan rakyat selama hidupnya membuatnya jatuh dalam penghianatan. Bahkan nyawanya menghilang dengan nama penghianat negara. Pemuda itu menatap langit malam penuh bintang juga ada bulan. "Dewa kesempatan kedua ini apakah sebuah berkah atau karma?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan Muda kedua Ying Wesheng

    "Ah..." Hela nafas. "Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar lagi." Merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Plak... Tepukan tangan terdengar menghantam kasur tidak terlalu kuat. "Tempat tidur Tuan muda kediaman pejabat tetap saja setipis ini." Seringaian terlintas di wajahnya. Ying Wesheng menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Dia menatap kearah langit-langit kamar yang sudah usang bahkan ada banyak lubang. "Tuan muda kedua, tapi hidup dalam kemelaratan. Semua orang menghindar." Setiap kedipan matanya menjadi lebih pelan. "Wesheng. Aku tidak berniat meminjam tubuhmu. Tapi jiwaku terbang sendiri ketempatmu. Jangan salahkan aku. Jika kamu memang masih ada di dunia ini carilah keadilan kepada para dewa. Kenapa menarik jiwamu dan menempatkan aku di tubuhmu." Salah satu kakinya di silangkan. Ada ingatan samar terlintas di benaknya. Bayangan pemuda yang tengah di rendahkan semua orang, di hina, di buang, di permainkan, bahkan di perlakukan seperti binatang. Ying Weshen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan muda tidak di anggap

    Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak." Tokk... Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya. "Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?"Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wesheng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?"Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wesheng

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan muda tidak di anggap

    Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak." Tokk... Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya. "Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh,

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan Muda kedua Ying Wesheng

    "Ah..." Hela nafas. "Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar lagi." Merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Plak... Tepukan tangan terdengar menghantam kasur tidak terlalu kuat. "Tempat tidur Tuan muda kediaman pejabat tetap saja setipis ini." Seringaian terlintas di wajahnya. Ying Wesheng menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Dia menatap kearah langit-langit kamar yang sudah usang bahkan ada banyak lubang. "Tuan muda kedua, tapi hidup dalam kemelaratan. Semua orang menghindar." Setiap kedipan matanya menjadi lebih pelan. "Wesheng. Aku tidak berniat meminjam tubuhmu. Tapi jiwaku terbang sendiri ketempatmu. Jangan salahkan aku. Jika kamu memang masih ada di dunia ini carilah keadilan kepada para dewa. Kenapa menarik jiwamu dan menempatkan aku di tubuhmu." Salah satu kakinya di silangkan. Ada ingatan samar terlintas di benaknya. Bayangan pemuda yang tengah di rendahkan semua orang, di hina, di buang, di permainkan, bahkan di perlakukan seperti binatang. Ying Weshen

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sehari setelah eksekusi mati

    Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi. Bruuk... Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan mengh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status