Share

Kesatria Di Balik Kegelapan
Kesatria Di Balik Kegelapan
Author: Molen

Pria berdosa

Author: Molen
last update Huling Na-update: 2025-01-08 15:08:19

Suara cambukan terdengar menggema memenuhi ruangan sempit penuh kegelapan. Bau anyir darah bercampur bau apek tercium tanpa bisa di hindari. Di ujung ruangan penggap itu ada pria berusia empat puluh tahunan yang sudah berlumuran darah segar. Di beberapa titik bagian tubuhnya ada tanda penyiksaan dari besi panas. Lepuhan di kulitnya tercium seperti bau daging bakar segar. Ratusan cambukan mencabik setiap kulit di tubuhnya. Baju putih bersih pada awalnya kini sudah menjadi pakaian lusuh penuh darah. Bahkan terkoyak hampir habis. Paku besi besar tertancap di kedua telapak tangannya yang langsung menempel pada kayu penyangga tubuh. Sekalipun rambutnya terikat namun juga sudah tidak rapi lagi. "Uhhkk..." suara batuk menekan kuat seperti krikil besar menekan tenggorokan.

"Seharusnya kamu mengakui semua kesalahan yang sudah kamu lakukan. Kakak, adik ini tentu tidak akan terlalu kejam."

Suara penuh seringaian puas itu terdengar seperti belahan pisau menusuk telinga pria itu.

"Semua bukti sudah jelas. Kenapa kakak terus mengelak?" Pria usia tiga puluh tahunan mendekat membawa cambuk berlumuran darah yang sebagian besar telah kering. "Huh..." Menghela nafas. Tatapannya cukup tajam tanpa adanya belas kasih. "Jika bukan karena hubungan dekat kita. Aku pasti menggunakan hukuman seribu sayatan." Memukul kepala pria di depannya dengan cambuk di tangan. "Dua hari lagi eksekusi akan di lakukan."

Tawa menggema, "Hahhh..." pria yang telah terikat kuat di kayu tertawa cukup keras. "Hahah... uhkukk..." suara tawa dan batuk saling bersautan. "Bodoh. Sangat bodoh." Dia mengangkat kepalanya agar bisa melihat orang yang berada di depannya. Pria di depannya mengepalkan kedua tangannya. Senyuman justru terlihat lebih lebar. "Aku telah membimbingmu selama sepuluh tahun. Tapi kamu hanya menjadi hewan peliharaan orang lain." Kedua pupil matanya memerah. "Bodoh."

"Diam.

Cettaakakk...

Suara sabatan terdengar kuat.

"Hahahh..."

Pria berdosa itu terus tertawa. Tidak ada rasa takut di hatinya. Hanya ada satu penyesalan dalam dirinya.

Seandainya dia tidak membawa pemuda malang tanpa tempat tinggal. Hidupnya mungkin akan berbeda.

"Huh..." Mendengus. Pria dengan cambuk di tangannya berjalan menuju alat penyiksaan yang sebagian besar sudah terkena darah. Pria itu meletakkan cambuknya mengambil paku besi cukup tumpul. Palu besi juga dia bawa di tangan kanannya. "Setiap penyiksaan yang aku lakukan saat ini semua atas ajaran dari kakak. Aku seharusnya mengucapkan terima kasih. Sudah memberikan aku banyak pengajaran." Dia berjalan menuju pria yang hanya diam dengan senyuman kecil di wajahnya. Ia arahkan kembali paku tumpul di lengan pria itu.

Tengg...

Setiap palu di pukulkan dahi pria itu hanya mengerut tanpa jeritan atau rintihan.

Teeenggg...

Semua pengawal bahkan tidak berani melihat adegan mengerikan di dalam sel itu.

Setelah paku menancap kuat di lengan pria itu. Pria yang telah puas dalam metode penyiksaan yang ia lakukan pergi keluar untuk menyelesaikan masalah selanjutnya. Dua penjaga penjara hanya bisa menghela nafas dalam saat melihat betapa ngerinya pria yang sudah hampir mencapai batasnya.

"Jangan terlalu lama di sini." Mengemasi semua barang penyiksaan.

"Kamu benar." Melirik sebentar kearah pria berlumuran darah.

"Ayo!" Salah satu penjaga menarik lengan temannya agar segera menjauh setelah selesai membereskan kekacauan di dalam sel itu.

"Uhhuukk..." batuk terus terdengar. Setiap tegukan darah bahkan sesekali keluar dari mulutnya. Dengan perlahan dia mencoba untuk memiringkan kepalanya menatap cahaya matahari dari balik celah kecil untuk ventilasi. Ingatan masa lalu seperti sebuah ilusi antara kebahagiaan, kekuatan, ketekunan juga kesabaran yang perlahan membuahkan hasil. Kerja kerasnya selama hampir tiga puluh tahun kini sirna begitu saja. Keponakannya berkolusi dengan musuh untuk menjatuhkan dirinya. Orang yang pernah ia selamat sepuluh tahun lalu bahkan memberikan semua bukti kejahatan yang tidak pernah ia lakukan. Semua teman menjauh menganggap dirinya wabah kesialan. Kini dia baru sadar selama hidupnya tidak ada yang namanya ketulusan.

Semua orang hanya ingin memanfaatkan dirinya. Merangkak dari jurang kemiskinan atau keterpurukan melalui dirinya. Benar-benar sebuah ironi yang cukup kejam. Senyuman di wajahnya mulai kaku. Rasa sakit meninggalkan penyesalan kuat di hatinya. Dia kejam, tapi juga baik hati. Kebaikan yang ia berikan saat ini menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Tawa terdengar kembali. Kini dia menertawakan kebodohannya.

Di tahun ke-40 masa pemerintahan Kaisar Li Yuxin. Pengawal rahasia Kaisar yaitu panglima perang kegelapan di adili karena telah mengakibatkan pembantaian massal enam ribu warga sipil. Eksekusi akan di lakukan sendiri oleh Kaisar Li Yuxin. Beliau ingin membuat peringatan untuk semua orang yang ada di bawah kepemimpinannya agar tidak bertindak sewenang-wenang.

Tteeenngg...

Besi baja di mimbar eksekusi berbunyi sangat nyaring juga kuat. Eksekusi di lakukan secara terbuka semua warga kota yang ingin melihat boleh ikut menyaksikan. Dari arah salah satu pintu dua penjaga terlihat menyeret pria yang sudah tidak mampu berdiri. Bahkan dia terlihat hampir mati. Semua orang berteriak tanpa henti penuh kemarahan.

"Binatang. Dasar binatang."

"Orang berdosa layak di hukum mati."

"Hukumnya terlalu ringan untuk di jalani."

"Bajingan."

Ratusan kerikil kecil terlempar ketubuh pria yang sudah tidak bisa mengangkat tubuhnya.

"Tenang." Penjaga berteriak kuat.

"Kaisar tiba."

Semua orang berlutut lalu bersujud.

"Kaisar panjang umur dan penuh ke sejahteraan."

Satu tangan Kaisar melambai lembut.

"Berdiri." Penjaga berteriak kembali.

Semua orang berdiri menyaksikan keagungan pria usia empat puluh tahunan yang tengah berjalan menuju mimbar. Wajahnya tegas, berwibawa juga penuh aura kemuliaan. Dia menatap kearah pria yang sudah seperti ayam siap di sembelih. Lehernya sudah ada di atas lengkungan tatakan besi penahan. Di atasnya telah tergantung pisau pipih yang dapat memenggal dalam sekali tekanan. Kedua matanya mulai berkaca-kaca ada perasaan yang tidak dapat di lihat orang lain. Perlahan Kaisar Li Yuxin duduk di atas kursi tahtanya. Pandangannya masih tidak bisa lepas dari wajah pria yang penuh luka.

"Waktunya telah tiba," teriakan penjaga terdengar.

Seorang pria dengan tubuh kekar juga gempal berjalan dari arah salah satu pintu. Dia memberikan hormat kepada Kasiar Li Yuxin baru setelah itu berjalan menuju kearah pria berdosa. Pria itu melepaskan ikatan tali untuk mengikat pisau pemenggalan. Tali di pegang kuat sebelum ada perintah. Tatapan dingin itu cukup kuat.

Pria berdosa membuka kedua matanya menatap pria penuh keagungan di atas tahtanya. Senyuman kecil itu penuh kehangatan juga rasa kecewa.

Melihat senyuman itu Kaisar Li Yuxin mencengkeram kuat pembatas kursi di balik jubah megahnya. Tangannya bahkan terasa dingin juga bergetar hebat. Saat ini dia harus mengeksekusi pria yang sudah menemani bahkan berjuang bersama dirinya puluhan tahun untuk membangun negara dalam kesetabilan.

Tengg...

Ssreettt...

Tali di lepas.

Seellpp...

Sekian detik saja pria pendosa itu telah terbunuh dalam sekali tarikan tali eksekusi.

Semua orang berteriak senang menyaksikan orang berdosa itu telah di adili.

Hanya saja ada rasa sesak yang menekan kuat di hati Kaisar Li Yuxin.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sepuluh hari sebelum eksekusi mati

    "Cuaca kering hati-hati akan api. Cuaca kering hati-hati api." Treengg... Dentingan suara terdengar dari jalanan yang sepi juga gelap. Penjaga malam berjalan berkeliling kesetiap tempat memperingatkan semua orang. Lentera menyala tidak terlalu kuat sudah cukup untuk menerangi setiap langkahnya. "Cuaca kering hati-hati akan api." Treengg... Beberapa penjaga kota juga mulai berpatroli mengelilingi setiap jalur yang ada tanpa terlewatkan. "Aaaaa..." Teriakan terdengar dari dalam salah satu pekarangan kediaman. Sssreettt... Teriakan berhenti saat wanita dengan baju indahnya telah terjatuh bersimbah darah. Ada bekas goresan di lehernya yang langsung memutuskan urat nadi. Darah mengalir tidak hanya di satu tempat saja. Semua orang yang totalnya seratus penghuni kediaman dari tuan rumah hingga pelayan juga penjaga terbunuh. Kediaman luas dan megah itu kini menjadi tempat pembantaian dalam semalam. "Libur satu hari sudah cukup. Setidaknya aku bisa bertemu dengan kekasihk

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sehari setelah eksekusi mati

    Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi. Bruuk... Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan mengh

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan Muda kedua Ying Wesheng

    "Ah..." Hela nafas. "Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar lagi." Merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Plak... Tepukan tangan terdengar menghantam kasur tidak terlalu kuat. "Tempat tidur Tuan muda kediaman pejabat tetap saja setipis ini." Seringaian terlintas di wajahnya. Ying Wesheng menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Dia menatap kearah langit-langit kamar yang sudah usang bahkan ada banyak lubang. "Tuan muda kedua, tapi hidup dalam kemelaratan. Semua orang menghindar." Setiap kedipan matanya menjadi lebih pelan. "Wesheng. Aku tidak berniat meminjam tubuhmu. Tapi jiwaku terbang sendiri ketempatmu. Jangan salahkan aku. Jika kamu memang masih ada di dunia ini carilah keadilan kepada para dewa. Kenapa menarik jiwamu dan menempatkan aku di tubuhmu." Salah satu kakinya di silangkan. Ada ingatan samar terlintas di benaknya. Bayangan pemuda yang tengah di rendahkan semua orang, di hina, di buang, di permainkan, bahkan di perlakukan seperti binatang. Ying Weshen

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan muda tidak di anggap

    Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak." Tokk... Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya. "Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh,

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

    Huling Na-update : 2025-03-17

Pinakabagong kabanata

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?"Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wesheng

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sesuai kemampuan yang di miliki

    Baru saja Ying Wesheng melangkahkan kakinya mendekat. Dia di hentikan Opsir yang berjaga di depan pintu masuk. Pria itu terlihat memperhatikan dari atas kepala hingga kebawah ujung kaki pemuda di depannya. Kerutan kening semakin jelas saat Opsir penjaga itu bertanya, "Kamu Tuan muda kedua Ying Wesheng?" "Iya," jawab Ying Wesheng santai. Melihat tindakan yang berbeda dari pemuda di depannya. Opsir itu lebih bertindak sopan, "Tuan muda kedua apa yang anda inginkan? Kami pasti akan membantu." Ucapan pria itu sangat berbeda di saat terakhir kali Tuan muda kedua Ying Wesheng datang dalam keadaan lusuh. "Aku ingin melamar menjadi pekerja di sini," ujar Ying Wesheng tanpa basa-basi. Ada keterkejutan di raut wajah Opsir penjaga itu. Dia berkata, "Bisa, tentu bisa. Jika anda bersedia..." Mendekatkan tubuhnya. "Saya bisa membawa Tuan muda kedua langsung masuk melalui jalur belakang." Melihat tingkah sopan yang cukup janggal Ying Wesheng mendekat. Dia meraih pundak Opsir itu dengan

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tujuan pertama

    Setelah mendapatkan kehidupan sebagai Tuan muda kedua Ying di kediaman perdana menteri keuangan. Para pekerja atau pelayan lain di kediaman itu menjadi hormat dan tidak berani memerintah lagi. Di ruangan kamar mewah penuh tatanan dekorasi dengan warna cerah. Ying Wesheng duduk santai menikmati waktunya. Jubah brokat hitam berjahitkan benang emas melekat indah di tubuh gagahnya. Pemuda itu perlahan memberikan guratan pada ujung meja dengan menggunakan pisau kecil. 'Zhan Jing' satu nama melekat di benaknya. Adik angkat yang telah menjadikan dirinya sebagai penghianat. Husss... Satu tulisan memperjelas guratan di meja. Menghilangkan serpihan kayu yang masih memenuhi nama. Malam itu pikiran yang menganggu dapat di hilangkan setelah memejamkan kedua matanya. Ying Wesheng bangun di jam delapan pagi. "Hebat. Baru kali ini tubuhku seperti di penuhi kekuatan. Menjadi Tuan muda keluarga berada memang sangat menguntungkan." Bangkit dari tempat tidurnya. "Aaaa..." Merenggangkan tubuhnya.

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan muda tidak di anggap

    Seharian Ying Wesheng harus mengerjakan pekerjaan kasar. Menimba air, menyirami bunga, menata tembok runtuh di halaman samping, menggali aliran air di setiap jalur kamar mandi. Cukup melelahkan tapi juga memiliki manfaat untuk menambah kekuatan di lengan, pundak, kaki, juga nafasnya tidak akan cepat terengah-engah saat melakukan aktivitas berat. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya sekitar pukul empat sore. Dia berbaring santai di atas pohon di halaman kediamannya. Saat dia mulai memejamkan kedua matanya. Ada suara langkah kaki terdengar dari arah pintu belakang. "Kakak." Tokk... Ketukan pintu terdengar. Ying Wesheng membuka kedua matanya melihat dari atas pohon siapa orang yang telah menganggu ketenangannya. "Kakak." Tuan muda ketiga Ying Feng terlihat membawa banyak barang di tangannya. Dia juga mengendap-endap seperti maling. Pintu di buka, "Kakak." Dia mencoba mencari keberadaan kakak keduanya. Satu kali tepukan tangan kuat di bahunya membuatnya hampir pingsan. Dia menoleh,

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Tuan Muda kedua Ying Wesheng

    "Ah..." Hela nafas. "Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar lagi." Merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Plak... Tepukan tangan terdengar menghantam kasur tidak terlalu kuat. "Tempat tidur Tuan muda kediaman pejabat tetap saja setipis ini." Seringaian terlintas di wajahnya. Ying Wesheng menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Dia menatap kearah langit-langit kamar yang sudah usang bahkan ada banyak lubang. "Tuan muda kedua, tapi hidup dalam kemelaratan. Semua orang menghindar." Setiap kedipan matanya menjadi lebih pelan. "Wesheng. Aku tidak berniat meminjam tubuhmu. Tapi jiwaku terbang sendiri ketempatmu. Jangan salahkan aku. Jika kamu memang masih ada di dunia ini carilah keadilan kepada para dewa. Kenapa menarik jiwamu dan menempatkan aku di tubuhmu." Salah satu kakinya di silangkan. Ada ingatan samar terlintas di benaknya. Bayangan pemuda yang tengah di rendahkan semua orang, di hina, di buang, di permainkan, bahkan di perlakukan seperti binatang. Ying Weshen

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Sehari setelah eksekusi mati

    Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi. Bruuk... Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan mengh

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status