Istana kerajaan sangat megah dengan arsitektur yang indah dihiasi dengan pernak-pernik hiasan yang begitu berkilauan tiada tara. Tiang-tiang penyangga bercorak budaya tradisional Yunani Kuno. Keagungannya bagaikan istana dewa-dewi Olympus sendiri. Menggiring nuansa eksotis, membawa kenyamanan bagi para penghuninya.
Singgahsana tinggi dengan bentuk yang sangat indah hanya boleh diduduki oleh sang penguasa negeri. Dia yang mengatur segala kelangsungan pemerintahan kerajaan yang dikuasainya.
Sang raja sedang duduk ditemani oleh beberapa pelayannya, terdapat juga tukang kipas demi tetap menjaga kesegaran sang raja di tengah cuaca yang begitu panas di siang hari. Dengan sinar matahari yang begitu terik, sesekali seorang pelayan dari ujung ruangan datang untuk menawarkan minuman kepada sang raja.
“Sudah, kau tak perlu lagi mengambilkan aku minuman. Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian sebelum dia datang menghadapku, aku sangat menantikan kehadirannya,” titah sang raja.
Semua penghuni mahligai itu sedikit takjub. Begitu inginnya sang raja menemui seorang rakyat jelata dan memberikan penghormatan yang begitu penuh. Sungguh, dari cara beliau bicara, orang yang akan datang bukan orang sembarangan. Bahkan sang raja enggan menerima segala pelayanan sebelum keinginannya untuk bertemu dengan orang yang dimaksud itu tercapai.
Beberapa waktu berlalu, seorang pelayan pembawa pesan menghadap sang raja. Dia menundukkan kepala, menahan tubuhnya dengan kaki kiri, kedua tangannya mengepal dan bersatu. Mulailah dia berbicara kepada sang raja.
“Yang mulia! Boy Knight dan teman-temannya telah berada di depan istana bersama para prajurit kerajaan,” ucapnya.
“Bagus semuanya berdiri! Sambutlah tamu kita yang terhormat!” tegas sang raja menyebarkan titah. Semua penghuni mahligai bersiap untuk menyambut tamu yang dinantikan sang raja.
Para pemain musik melantunkan suara musik yang indah disertai para penari kerajaan yang mulai unjuk tarian lemah gemulainya yang begitu menawan. Sambutan ini melebihi sambutan kepada raja atau keluarga bangsawan dari negeri lain yang hendak berkunjung ke istana raja negeri ini, negeri Vennisios.
***
Beberapa prajurit pengawal datang beserta tiga orang pemuda bertopeng dengan senjata yang disarungkan, satu diantara mereka membawa tongkat, di samping kirinya pemuda membawa kedua pedang kembar pada pinggangnya, di samping kirinya lagi membawa satu pedang panjang di punggungnya. Mereka berpakaian sederhana sekali, tak sesuai dengan nuansa yang saat ini mereka singgahi.
Saat menghadap raja pun mereka tak menunduk, lebih tepatnya tidak ingin menunduk. Kemungkinan mereka belum pernah menghadap sang raja. Beberapa pengawal membisiki mereka untuk menunduk seperti yang lain dan mereka mengikuti instruksinya.
Penguasa negeri begitu gembira melihat mereka bertiga berada di hadapannya. Beliau segera turun dari kursi tahta dan menghampiri ketiga pemuda bertopeng di depannya. Sang raja mengangkat tangan kanan, dengan seketika berbagai alat musik berhenti dimainkan serta para penari menghentikan goyangannya.
“Selamat datang, tamu istimewaku. Aku senang kalian bisa hadir di tempat ini,” ucap sang Raja.
”Aku ingin berbincang-bincang dengan kalian sebentar, jika kalian keberatan di ruang terbuka, perbincangan kita bisa kita lakukan di ruang tertutup. Hanya ada aku dan kalian bertiga atau hanya anda saja, Boy Knight,” lanjut sang raja sambil berjalan mendekati pemuda yang berada di posisi tengah, dialah Boy Knight. Mendengar hal itu salah satu jenderal mengajukan keberatan.
“Tuan! Jika Anda lakukan hal demikian, anda bisa celaka. Kita harus mengantisipasi kejadian buruk, anda bisa saja ditikam di saat tanpa perlindungan,” ucap salah satu panglima.
“Kau benar Panglima yang terhormat, tapi biarlah aku memenuhi keinginan tamu kita ini. Menurutku, mereka lebih layak dihormati daripada aku sendiri,” jawab sang raja. Beberapa prajurit terheran-heran, baru kali ini mereka menyaksikan sang raja begitu merendah kepada manusia rakyat jelata dengan penuh kesadaran.
Boy Knight menghirup napas panjang dan mulai mengangkat suara.
“Kita bisa membicarakannya di sini, Yang Mulia! Agar dari kita tak ada yang bisa melakukan pengkhianatan.” tegas Boy Knight. Ajuan pemuda itu sedikit menyulut kemarahan prajurit karena dia seolah menuduh bahwa sang raja bisa saja melakukan kecurangan padahal yang sedang dicurigai adalah Boy Knight itu sendiri.
“Hoi bocah, kau tak berhak mengatakan hal itu di hadapan raja!” tegas salah satu prajurit.
“Kau yang tak berhak bersuara, Prajurit!” umpat sang raja kepada bawahannya. Sang prajurit meminta maaf dengan menundukkan kepala.
Sang raja kembali menghadap ke Boy Knight dan teman-temannya.
“Boy Knight, dan teman-teman sekalian! Sungguh aku merasa kehadiran kalian adalah hal yang begitu istimewa, aku memanggil kalian ke tempat ini untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Berkat kalian, rakyatku telah terbebas dari teror sekelompok perampok yang memporak-porandakan beberapa akropolis di negara Vennisios ini. Maka dengan ini, aku akan memberikan kalian posisi menjadi prajurit. Tidak, menurutku jenderal kerajaan!” tegas sang raja.
Semua orang begitu takjub dengan prestasi yang diraih tiga pemuda misterius itu. Boy Knight adalah pemimpin mereka, sebelum menyatakan keputusan ia menoleh ke kanan dan ke kiri meminta pendapat dari kedua temannya, mereka berdua menggelengkan kepala, Boy Knight pun sependapat.
“Kami menolak!” jawab Boy Knight singkat. Semua orang murka mendengarkan jawabannya, geraman demi geraman terdengar di antara para prajurit.
“Dasar sombong, kau pikir ada yang lebih besar dari pemberian yang ditawarkan sang raja? Kau memang pemuda keras kepala dan tak mau diberi keberuntungan!” umpat sang jenderal.
Sang raja mengangkat tangan kanan, memberi isyarat agar tenang. raja masih ingin berbicara dengan Boy Knight.
“Boy Knight! Apa gerangan yang membuat kalian menolak pemberianku? Banyak prajurit-prajurit di sekeliling kalian menginginkan posisi jenderal sementara kalian menolaknya begitu saja,” ucap sang raja.
“Kami sudah bertekad untuk menolak segala pemberian dari pemerintah kerajaan jika itu harus menjabat sebagai salah satu darinya." Boy Knight membusungkan badan. "Karena aku hidup sebagai musuh kerajaan, tak sepatasnya aku menerima bagian dari kerajaan demi kepentingan pribadi. Kami punya harga diri yang lebih besar. Singkatnya seperti itu,” tegas Boy Knight. Semua terdiam mendengarkan penjelasannya. Boy Knight mulai berdiri tegak sekalipun di hadapan raja.
“Akan lebih baik jika aku tunjukkan identitasku kepada anda, Yang Mulia. Sebenarnya aku adalah ....” Boy Knight melepas topengnya. Sungguh semuanya takjub dan tak mempercayai apa yang mereka lihat, bahkan untuk sang raja pun.
“Kau ....” Sang raja sulit mengucapkan kata-kata. Boy Knight adalah seorang pemuda yang begitu tampan. Ketampanannya mengingatkan sang raja kepada suatu tragedi yang sangat kelam. Mengigatkan dosa terbesarnya, kini ia merasa terbelenggu dan tak bisa lari dari kutukan sebagai tebusan perbuatannya di masa lalu.
Hai, teman-teman! Bagaimana menurut kalian bagian prolog-nya? Pasti seru dan mendebarkan, 'kan? Hehehe ....
Aku ucapkan terima kasih banyak bagi kalian yang mau mampir dan mendukung ceritaku. Jika kalian ada komentar, kritik dan saran. Aku sangat menghargai itu. Kolom komentar terbuka lebar bagi aspirasi kalian. Semoga hari-hari kalian menyenangkan!
Salam manis: Hanazawa-kun
Malam gelap dipenuhi kabut lebat, menutupi segala pandangan. Angin dingin menyebar menusuk indera peraba. Membangunkan bulu kuduk ‘tuk menari sebagai refleksi terhadap rangsang. Beberapa manusia berkemah dalam hutan belantara. Mereka adalah pelancong dari negeri yang jauh hendak menuju ke negara Vennisios. Merantau demi suatu kebutuhan hdiup. “Apakah kita akan beristirahat di tempat ini? Kita sudah kelelahan berjalan seharian tanpa istirahat,” keluh seorang lelaki. “Tahan dirimu, Kawan! Akan sangat berbahaya jika kau berhenti di sini. Desas-desus mengatakan bahwa di hutan perbatasan kota banyak sekali penarik pajak ilegal yang hanya akan menguras perbekalan kita,” ucap seorang lelaki. “Maksudmu perampok?” tanya balik laki-laki tadi. Laki-laki yang menjawabnya mengangguk. Akan tetapi, mer
Boy Knight berbalik dan mengayunkan pedangnya, hembusan angin menyibak beberapa orang yang di yakini berkomplotan dengan para pemeran titan. “Kalian hanya para pemuja Titan yang ingin menginvasi negeri ini. ‘kan?” teriak Boy Knight. Seseorang maju dengan tangan menyala api, menembakkannya ke arah Boy Knight. Sebelum sampai ke targetnya, kekuatan itu meledak. Vicnight menahannya agar tidak sampai mengenai Boy Knight. Semua mata yang melihat takjub atas peristiwa tersebut. “Kau siapa, Pemuda misterius? Kaupikir kedatanganmu bisa menghentikan kami!” teriak pemeran Kronos, nama aslinya adalah Gisarios. “Aku Boy Knight, seorang perampok. Aku tak suka kalian mengacaukan pertunjukan, itu saja,” jawab Boy Knight. Thinanomakhia. Pertempuran paling kuno yang terlukis pada lembaran sejarah. Meng-hikayat-kan perebutan kerajaan agung Dunia dan Nirwana.
Boy Knight tersenyum, menyapa pria muda kekar berambut pendek dengan mata kebiruan berjalan mendekatinya, dengan menghunuskan pedang di tangan kanannya. Kedatangannya meretakkan setiap tanah yang dia pijak. Boy Knight menodongkan pedang angin di tangan kanannya. “Aku yakin, kau pasti orang yang dipanggil Devil, ‘kan?” seru Boy Knight. “Jadi kau yang menyerang anak buahku kemarin malam,” ucap Devil sinis. Pedang di tangannya adalah pedang yang panjang, menyala dengan aliran listrik bertenaga tinggi. “Matilah kau!” teriaknya menggerakkan tangannya ke arah Boy Knight, petir menyambar dari pedangnya. Boy Knight menahannya dengan kedua pedang, tenaga yang dahsyat itu membuat tubuh Boy Knight terdorong dan sedikit mengalami luka. “Kau hebat, Devil. Kekuatan thelisi(kehendak)-mu setara
Gisarios dan Devil tergeletak dalam posisi terlentang, merasakan sakitnya kesekaratan tubuh mereka. Luka terbuka dihembus oleh angin malam yang sedikit kencang menambah perih dirasakan oleh sekujur tubuh. Dalam angan-angan, Gisarios melihat masa lalu bersama teman-teman sepemikirannya membuat janji untuk membawa perubahan negeri. Tujuh belas tahun yang lalu, Gisarios muda adalah seorang murid di lembaga akademi Perseus; sebuah akademi pendekar negeri. Ia menjadi salah satu murid yang terpilih karena keterampilan dan insting bertarung yang tiada tanding. Disamping itu, dia juga seorang pemuja para Titan. Orang-orang di kampungnya memuja Titan. Dikarenakan, dalam hikayat menyebutkan bahwa masa kejayaan Titan berlangsung pada zaman emas, zaman ketika manusia dan para makhluk yang hidup di dunia sangat makmur sejahtera.
Malam tenang di bawah sinar rembulan yang begitu terang, dengan alunan serangga malam menghiasi suasana sunyi nan hening. Vichnight mengambil air kemudian merapalkan do’a, Wahai Dewa sungai, hamba mengadap kepadamu Belas kasihanilah hamba, berikanlah manfaat dari air sungai ini atas izin Raja samudera Poseidon Sampaikan karunia-Mu kepada para Nymph Dryad penghuni sungai Criptos. Bersihkanlah penghapusan pada setiap kecacatan, dosa dan luka Dengan kelembutan kasih sayang Para Dewa Ia mendekati Saxomenes. Menyentuh tubuhnya yang terkena luka.
Tanah Yunani disebut sebagai tanah para Dewa. Konon diceritakan, para penduduk Yunani kuno pernah hidup berdampingan dengan para Dewa-dewi, mereka saling menjawab pesan satu sama lain melalui orang-orang tertentu yang disebut sebagai para orakel, dukun di zaman Yunani Kuno. Dewa dan Dewi selalu muncul disaat manusia melakukan kelalaian menyembah kepada mereka, demi memberikan hukuman yang setimpal. Suatu masa, ktika tatanan kehidupan di Yunani sudah mulai teratur, para Dewa kehilangan perannya untuk ikut andil dalam mengatur kehidupan manusia. Manusia memilih untuk hidup dan berjuang dengan kemampuannya sendiri. Pada saat itu, para Dewa dan Dewi telah menyadari bahwa selama ini mereka tidak berhak berkuasa atas manusia itu sendiri. Hidup
Langkah kaki Boy Knight dan teman-temannya memasuki gerbang utara negara Bornuza, kota Lobos. Beberapa penjaga gapura mempersilahkan mereka bertiga lewat. Lalu lalang warga kota melihatnya dan saling berbisik satu sama lain, seolah melihat sesorang yang pernah dikenalnya. Saxomenes sedikit terganggu oleh bisikan-bisikan mereka yang terdengar sedang menggunjing kedatangan mereka. “Kau yakin orang-orang di sini ramah?” tanya Saxomenes kepada Boy Knight dengan sedikit melampiaskan rasa tidak nyaman. Boy Knight hanya mengangguk, mengisyaratkan agar tidak melakukan tindakan apapun. Seorang lelaki kepala berkilau alias gundul, memiliki tubuh yang begitu kekar berotot menghadangnya. ”Mau ke mana kau perampok sialan!” gertaknya, membunyingan send
Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka. “Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!” Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang. &
Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di
Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.
Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.
Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per
Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang
Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.
Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep
Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!
Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.