Boy Knight tersenyum, menyapa pria muda kekar berambut pendek dengan mata kebiruan berjalan mendekatinya, dengan menghunuskan pedang di tangan kanannya. Kedatangannya meretakkan setiap tanah yang dia pijak. Boy Knight menodongkan pedang angin di tangan kanannya.
“Aku yakin, kau pasti orang yang dipanggil Devil, ‘kan?” seru Boy Knight.
“Jadi kau yang menyerang anak buahku kemarin malam,” ucap Devil sinis. Pedang di tangannya adalah pedang yang panjang, menyala dengan aliran listrik bertenaga tinggi. “Matilah kau!” teriaknya menggerakkan tangannya ke arah Boy Knight, petir menyambar dari pedangnya.
Boy Knight menahannya dengan kedua pedang, tenaga yang dahsyat itu membuat tubuh Boy Knight terdorong dan sedikit mengalami luka.
“Kau hebat, Devil. Kekuatan thelisi(kehendak)-mu setara dengan Dewa Zeus,” ujar Boy Knight.
“Rasakan amukan Raja para Dewa,” amuk Devil, tanpa basa-basi ia menyerang Boy Knight.
Mereka berdua saling beradu pedang. Mengakibatkan kilatan petir menyambar ke mana-mana, begitu juga dengan hembusan angin kencang dan api yang berkobar melumuri setiap bangunan di area pertempuran mereka.
Boy Knight menyerang, berputar dengan pedang nyala api dan pusaran angin. Devil menahannya dengan pedang nyala petir. Ledakan dahsyat memekikkan telinga. Para penonton melarikan diri ke tempat yang agak jauh untuk melihat pertarungan mereka yang semakin seru tanpa menerima luka akan tenaga yang dikeluarkan para petarung.
“Wah, Boy Knight ternyata hebat. Baru kali ini aku melihat kekuatannya dengan mata kepalaku sendiri,” ucap seorang penonton yang tak lain ada Kanamola.
“Musuhnya juga hebat, dia seolah mewarisi kemampuan dewa Zeus,” ucap pemuda di sampingnya, Alexis. Komentar demi komentar bergemuruh pada jajaran penonton.
Devil menyambarkan petir dari pedangnya, kali ini Boy Knight kuwalahan. Tubuhnya terdorong. Devil tetap menghujamkan serangannya sampai Boy Knight tumbang. Jatuh tersungkur dalam keadaan terlentang.
Devil mendekatinya, berniat mengakhiri Boy Knight. Terlihat Boy Knight menggerakkan tangannya kemudian tubuhnya, berusaha untuk berdiri. Devil mempercepat langkahnya mencegah Boy Knight bangkit. Tanpa terduga sesosok tubuh jatuh bergelimpang di hadapannya.
“Kryos!” panggilnya. Devil mengalihkan target, membantu orang yang jatuh di hadapannya. Dia adalah anak buahnya.
“Devil, tetaplah hidup,” lirih Kryos.
Devil menengok ke arah jatuhnya tubuh Kryos, begitu terkejutnya ia sampai matanuya terbelalak.
“Armelos, Icsar, Melios, Amaduo!” panggil Devil. Berlari mendekati tubuh teman-temannya yang bergelimpangan bersimbah darah.
“Devil, maaf aku tak bisa menemanimu lagi,” ucap Amaduo.
“Lanjutkan perjalananmu, Kawan! Kami akan selalu mendukungmu,” kata Melios.
“Kau selalu menjadi kuat setiap harinya, aku akan selalu mengawasimu dari dunia lain,” kata Icsar. Sedangkan Armelos sudah tak bersuara lagi alias meninggal. Namun, terukir senyum tanda tak ada penyesalan.
“Tidak, kalian akan hidup. Kalian akan selalu bersamaku!” teriak Devil meratapi keadaan teman-temannya yang dalam keadaan sekarat.
Devil mengeluarkan tenaga thelisi ekstra, gemuruh guntur menggelegar dan gumpalan awan lebat menaungi keberadaannya. Devil berdiri, berjalan menuju ke arah seseorang dengan sabit terhunus, dia adalah pemeran titan Kronos, Gisarios. Sesuai dalam legenda bahwa Kronos membawa senjata sabit yang begitu mengerikan, sabit tersebut adalah senjata yang digunakan Kronos untuk membunuh Ouranos, ayahnya sendiri.
“Kau yang membuat teman-temanku seperti ini, takkan kumaafkan!” teriaknya, melompat dan menyerang Gisarios.
Gisarios menahannya dengan sekuat tenaga. Serangan dahsyat sampai membuat tanah pijakan Gisarios jadi retak dan hancur. Tapi Gisarios masih berpijak tegak, Devil sendiri terheran-heran dibuatnya.
“Kenapa? hanya ini saja ‘kah kekuatan thelisi-mu, Lalat!” ejek Gisarios,”era pemujaan Dewa-dewi Olympus akan segera berakhir. Kami para pejuang Titan akan membuat sambutan demi kebangkitan para Titan yang terkurung di penjara Tartaros. Dengan itu, Titanomakhia akan terjadi lagi dan kali ini Kronos dan para saudaranya lah pemenangnya.”
Devil mundur, menjaga jarak dari Gisarios yang memiliki kekuatan tak terkirakan sebelumnya, sangat berbeda dengan pemuja Titan yang lainnya.
“Kenapa, sudah selesai,” ejek Gisarios. Dia maju untuk menyerang Devil dengan sabit. Devil menahannya, ia ayunkan pedangnya untuk menyerang, tapi Gisarios mampu menghindar, dia menemukan titik terbuka Devil. Gisarios mengayunkannya dengan cepat, Devil akan segera tamat.
“Tranggg ....” Benturan dahsyat memekikkan pendengaran mereka. Tampak Boy Knight menahan ayunan sabit Gisarios.
“Jangan lukai musuhku, hanya aku yang boleh mengalahkannya!” pekik Boy Knight di hadapan pemeran Gisarios dan membelakangi Devil. Boy Knight melancarkan beberapa serangan untuk menyingkirkan Gisarios.
Tampak hujan turun secara mendadak. Gisarios menyadarinya, dia mengayunkan sabitnya ke arah langit, tampak awan terbelah dan tak menurunkan hujan lagi. Boy Knight dan Devil pun raib.
“Pengecut!” umpatnya.
***
Vichnight menyelamatkan mereka berdua, Devil tak bisa tenang dan memberontak, ingin segera menghabisi pemeran Titan Kronos tersebut.
“Dia bukan orang biasa. Lebih kuat dari rekan-rekannya, jika kau hadapi dia dengan gegabah, kau tak akan menang,” ucap Vichnight.
“Ya, satu-satunya cara adalah bekerja sama,” kata Boy Knight. Devil terdiam dia mulai berfikir dan sedikit keberatan dengan pendapat mereka Boy Knight dan Vichnight.
“Lakukan sesuka kalian, tapi aku akan melawan dan menghabisi orang yang membunuh teman-temanku,” kata Devil, Boy Knight dan Vichnight tak punya daya untuk meghentikan ambisinya.
Sementara itu, Gisarios dengan kemampuan thelisi miliknya menumbuhkan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai asupan untuk rekan-rekannya. Dengan itu, semuanya bangkit dan segar bugar kembali. Memang Titan Kronos dikenal sebagai Dewa kesuburan di zaman kekuasaan para Titan.
Boy Knight, Vichnight, dan Devil menghadap mereka. Pemeran titan Kronos terbahak-bahak, memamerkan kemampuannya yang bisa membangkitkan rekan-rekannya.
“Kalian tak bisa menang, aku bisa memulihkan rekan-rekanku. Lawan kalian bukan aku seorang,” kata Gisarios.
“Aku semakin bersemangat, ternyata kau bukan orang yang bisa dianggap remeh,” ucap Boy Knight. ”Ayo, maju! Teman-teman!” serunya.
“Cih ... kapan aku jadi temanmu,” umpat Devil.
“Sudahlah, ikuti komandonya!” perintah Vichnight.
Boy Knight maju memulai serangan. Homeros, Andromos dan Manase menghadangnya, Boy Knight menghadapi mereka. “Biar aku hadapi yang ini,” perintahnya kepada Vichnight dan Devil. Mereka berdua maju serentak. Vistaros dan Sanbula mencegahnya. Vichnight yang menghadapi mereka.
“Kau maju saja! Biar aku hadapi yang ini. Balaskan dendammu atas nama para Dewa,” ucap Vichnight. Devil menerima perintahnya. Devil semakin kagum kepada Boy Knight dan Vichnight.
Devil sampai di hadapan Gisarios, Gisarios menyeringai, mengasa celuritnya terlebih dahulu kemudian mengangkatnya. ”Aku Gisarios, orang yang akan membangkitkan Titan Kronos menghadapimu dengan duel adil!”
Tubuh Devil menyala aliran listrik sampai merambat kepada pedang di tangan kanannya. Mulailah keduanya maju, membenturkan kedua senjata mautnya. Ledakan dahsyat memekikkan teliga, getaran gempa menggoyangkan tanah pijakan sekitar.
Devil menyambarkan petir dari sabetan pedang di tangan kanannya. Gisaior masih bisa menahannya. Gisarios mulai maju dan menyerang Devil, serangannya bisa lebih mengerikan, angin dari serangan celuritnya mampu membelah aspal dan setiap benda yang terkena hembusannya. Devil yang menahannya pun kuwalahan.
Sampai kemudian tubuhnya harus menerima serangan telak goresan yang begitu mengerikan dari sabit milik Gisarios, begitu juga dengan Gisarios yang menerima sabetan pedang petir milik Devil. Mereka berdua roboh, hampir tak sadarkan diri.
Devil mencoba bangkit sekuat tenaga, mengingat perjalanan hidupnya bersama teman-temannya yang selama ini turut serta mengikutinya. Mereka sudah seperti saudara, bahkan Devil pun tidak punya saudara yang seakrab teman-teman seperjuangannya.
“Sudah berakhir, ya!” ucap Gisarios mendekati tubuh Devil, tak disangka dia mampu bangkit lebih cepat, secara fisik Gisarios mencapai keunggulan daripada lawannya. Dia ayunkan sabitnya, berniat mengakhiri pertempuran dengan sekali serangan.
Sabit itu meluncur, dan membentur pedang Devil sebelum mengenai tubuhnya. Devil masih kuat dan berusaha bangkit.
“Pertarungan ini akan berakhir jika kau yang tumbang!” pekik Devil. Tubuhnya menyala dan bangkit untuk mendominasi keadaan, dia memberikan sekali tebasan telak. Hal itu menggores tubuh Gisarios, membuatnya bertekuk lutut. Devil mengambil posisi aman, genggamannya tak kuasa lagi mencengram senjata mautnya hingga terlepas lemas.
Devil merasakan sentuhan di pundaknya, dia balikkan kepala terlihat Boy Knight dan Vicnight senantiasa memberikannya dukungan. Moment tersebut membuat Devil tersentuh, ia merasakan teman-temannya hadir dalam tubuh kedua orang di hadapannya.
“Kau tidak boleh kalah di sini! Hanya aku yang boleh mengalahkanmu, ingat itu!” seru Boy Knight.
“Cih ... siapa juga yang akan kalah, jangan asal bicara!” umpat Devil.”Aku punya permintaan, jika aku bisa mengalahkan Gisarios, izinkan aku ikut kalian,” pintanya.
“Boleh, tapi siapa itu Gisarios?” tanya Boy Knight.
“Orang yang berperan sebagai titan Kronos itu, lho,” jawab Vichnight.
“Pendeta, darimana kau tahu?”
“Sudahlah, dari keadaannya sudah bisa disimpulkan.”
Devil mengambil pedang, kemudian melangkah maju meninggalkan mereka berdua. Bersama dengan langkahnya pedang ditangannya terhunus dengan kilatan petir dahsyat, awan lebat menaunginya, sambaran petir mengguyur, mengalirkan seluruh energi petir ke sekujur tubuhnya. Gisarios berdiri membuat kuda-kuda untuk melaju dengan sabit ditangan kanannya.
Kedua petarung itu maju, kedua senjata mereka saling beradu menimbulkan bencana dan kengerian bagi penduduk sekitarnya, bahkan lebih jauh lagi beberapa penduduk yang bermukim di sekitar balai kota merasakan dampaknya. Langit bergemuruh, gempa bumi menyeruak, beberapa tubuh orang-orang yang berpijak terjatuh dibuatnya. Meski berbahaya, para rakyat tetap menikmati tontonan di hadapan mereka yang semakin menghibur mata.
Bersambung
Pertempuran antara Devil melawan Gisarios bagaikan Dewa Zeus melawan Titan Kronos. Siapakah yang akan menang? Stay reading!
Semoga hari-hari kalian menyenangkan!
Salam manis: Hanazawa-kun
Gisarios dan Devil tergeletak dalam posisi terlentang, merasakan sakitnya kesekaratan tubuh mereka. Luka terbuka dihembus oleh angin malam yang sedikit kencang menambah perih dirasakan oleh sekujur tubuh. Dalam angan-angan, Gisarios melihat masa lalu bersama teman-teman sepemikirannya membuat janji untuk membawa perubahan negeri. Tujuh belas tahun yang lalu, Gisarios muda adalah seorang murid di lembaga akademi Perseus; sebuah akademi pendekar negeri. Ia menjadi salah satu murid yang terpilih karena keterampilan dan insting bertarung yang tiada tanding. Disamping itu, dia juga seorang pemuja para Titan. Orang-orang di kampungnya memuja Titan. Dikarenakan, dalam hikayat menyebutkan bahwa masa kejayaan Titan berlangsung pada zaman emas, zaman ketika manusia dan para makhluk yang hidup di dunia sangat makmur sejahtera.
Malam tenang di bawah sinar rembulan yang begitu terang, dengan alunan serangga malam menghiasi suasana sunyi nan hening. Vichnight mengambil air kemudian merapalkan do’a, Wahai Dewa sungai, hamba mengadap kepadamu Belas kasihanilah hamba, berikanlah manfaat dari air sungai ini atas izin Raja samudera Poseidon Sampaikan karunia-Mu kepada para Nymph Dryad penghuni sungai Criptos. Bersihkanlah penghapusan pada setiap kecacatan, dosa dan luka Dengan kelembutan kasih sayang Para Dewa Ia mendekati Saxomenes. Menyentuh tubuhnya yang terkena luka.
Tanah Yunani disebut sebagai tanah para Dewa. Konon diceritakan, para penduduk Yunani kuno pernah hidup berdampingan dengan para Dewa-dewi, mereka saling menjawab pesan satu sama lain melalui orang-orang tertentu yang disebut sebagai para orakel, dukun di zaman Yunani Kuno. Dewa dan Dewi selalu muncul disaat manusia melakukan kelalaian menyembah kepada mereka, demi memberikan hukuman yang setimpal. Suatu masa, ktika tatanan kehidupan di Yunani sudah mulai teratur, para Dewa kehilangan perannya untuk ikut andil dalam mengatur kehidupan manusia. Manusia memilih untuk hidup dan berjuang dengan kemampuannya sendiri. Pada saat itu, para Dewa dan Dewi telah menyadari bahwa selama ini mereka tidak berhak berkuasa atas manusia itu sendiri. Hidup
Langkah kaki Boy Knight dan teman-temannya memasuki gerbang utara negara Bornuza, kota Lobos. Beberapa penjaga gapura mempersilahkan mereka bertiga lewat. Lalu lalang warga kota melihatnya dan saling berbisik satu sama lain, seolah melihat sesorang yang pernah dikenalnya. Saxomenes sedikit terganggu oleh bisikan-bisikan mereka yang terdengar sedang menggunjing kedatangan mereka. “Kau yakin orang-orang di sini ramah?” tanya Saxomenes kepada Boy Knight dengan sedikit melampiaskan rasa tidak nyaman. Boy Knight hanya mengangguk, mengisyaratkan agar tidak melakukan tindakan apapun. Seorang lelaki kepala berkilau alias gundul, memiliki tubuh yang begitu kekar berotot menghadangnya. ”Mau ke mana kau perampok sialan!” gertaknya, membunyingan send
Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka. “Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!” Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang. &
Asap mencekik terus meluas mengurung area gladiator. Para peserta lain tak mampu menahannya. Mereka hanya terunduk kaku, terasa leher dicekik tak bisa melawan. Bahkan beberapa orang sampai melompat ke jurang dengan sukarela demi lepas dari siksaan cekikan asap misterius. Satu pendekar berkepala terang berdiri tanpa takut. Tubuhnya bisa bergerak leluasa seperti biasa. Tangannya mengepal dan siap menyerang. Sang prajurit Athena yang mengendalikan asap tersebut terbelalak menyaksikannya.“Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini,” ucap pria berkepala terang alias gundul, siapa lagi kalau bukan Zanagos.”Matilah kau prajurit Athena!” gerakannya beg
Tangan kanan mengangkat pedang, muncul energi petir menyala. Saxomenes ayunkan senjata mautnya. Energi listrik besar itu menyambar ke arah target dengan telak. Namun, target masih bisa berdiri tegak. “Kau hebat buronan. Tapi setiap seranganmu akan menjadi senjataku,” ucap pria yang menjadi target tersebut. Pria itu memukulkan tangan kirinya muncul energi listrik dahsyat meluncur ke arah target. Saxomenes pun menerima serangan itu dengan pedangnya. Anehnya serangan itu merambat dari pedang menuju ke tubuhnya. “Ini benar-benar menyenangkan,” ucapnya. Tubuhnya teraliri energi listrik yang baru saja menyambarnya. Di tambah dia kombinasikan dengan kekuatannya sendiri, energi petir menyelimuti seluruh tubuhnya. Tanah pun retak pada pijakan kedua kakinya meski tanpa dia pancal.
Semua pendekar berkumpul di ruangan selanjutnya, mereka berada di sebuah ruangan dengan meja makan yang terbilang mewah pada zaman itu. Kue ambrosia, keju feta, aneka buah dan nektar serta minuman anggur dan air mineral yang segar. Vichnight menganjurkan untuk tidak meminum anggur karena sedang dalam medan perang, Boy Knight dan Saxomenes menyetujuinya. “Para pendekar hebat, seusai makan. Kalian akan mendapatkan undian untuk kompetisi selanjutnya, perhatikanlah dengan baik piring tempat kalian makan tersebut!” Seusai makan mereka semua melihat telapak piring masing-masing. Mereka menemukan undian yakni berupa ikon yang berbeda-beda. Ada dua orang dari mereka mendapatkan gambar yang sama yakni s
Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di
Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.
Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.
Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per
Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang
Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.
Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep
Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!
Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.