Home / Pendekar / Kesatria Agung Mikenai / Chapter 2: Petir Dahsyat

Share

Chapter 2: Petir Dahsyat

Author: Riza Hanazawa
last update Last Updated: 2021-09-20 19:28:11

    Boy Knight berbalik dan mengayunkan pedangnya, hembusan angin menyibak beberapa orang yang di yakini berkomplotan dengan para pemeran titan.

   “Kalian hanya para pemuja Titan yang ingin menginvasi negeri ini. ‘kan?” teriak Boy Knight.

  Seseorang maju dengan tangan menyala api, menembakkannya ke arah Boy Knight. Sebelum sampai ke targetnya, kekuatan itu meledak. Vicnight menahannya agar tidak sampai mengenai Boy Knight. Semua mata yang melihat takjub atas peristiwa tersebut.

   “Kau siapa, Pemuda misterius? Kaupikir kedatanganmu bisa menghentikan kami!” teriak pemeran Kronos, nama aslinya adalah Gisarios.

   “Aku Boy Knight, seorang perampok. Aku tak suka kalian mengacaukan pertunjukan, itu saja,” jawab Boy Knight.

Thinanomakhia.

Pertempuran paling kuno yang terlukis pada lembaran sejarah.

Meng-hikayat-kan perebutan kerajaan agung Dunia dan Nirwana.

Para Dewa dengan segala kehendaknya.

Memukul para Titan, menjatuhkan mereka ke dasar Tartaros.

Para Titan hanya bisa menghabiskan sisa hidup demi menebus segala dosa dalam selimut keabadian.

Vichnight berjalan sambil menyanyikan semacam kidung dengan suara yang cukup lantang. Boy Knight berkata kepadanya,

   “Pendeta, kau hanya akan membuat mereka semakin marah.” Boy Knight memanggil Vichnight pendeta karena kebiasaanya yang suka menyanyikan kidung dan berceramah.

 Pemeran Titan Atlas; namanya Homeros mulai bangkit dan menyerang Boy Knight dari belakang, sebelum terkena serangan telak, Boy Knight menyadarinya dan menghindar. Tanah di sekitarmya melayang, membentuk bebatuan keras meluncur ke arahnya, menghujam dengan bengis.

Boy Knight menghunuskan kedua pedangnya. Satu pedangnya dia ayunkan mengibaskan angin kencang, yang satunya dia kibaskan membakar serangannya. Kedua pedang Boy Knight memiliki elemen bertolak belakang angin dan api.

   “Bantu aku menghajar anak ini!” teriaknya. Teriakannya mendatangkan kedua orang bertubuh kekar mereka adalah pemeran Titan Koios; namanya Andromos  dan Kiros; namanya Manase.

  Boy Knight memutarkan pedangnya, maju melawan mereka bertiga. Andromos membenturkan senjatanya dengan pedang Boy Knight yang digenggam di tangan kanan. Tangan kirinya melempar pedangnya ke langit malam, lalu memberikan pukulan telak pada perut Andromos.

Dengan itu, Boy Knight mengayunkan pedang di tangan kananya, membuat Andromos tumbang. Boy Knight mengibaskan angin dari pedang di tangan kanannya mendorong tubuh Andromos terbang dan mendarat di hadapan pemeran Homeros dan Manase.

 Homeros dan Manase terbelalak menyaksikannya, temannya dipukul mundur dengan mudah. Boy Knight meraih pedang jatuh yang tadi dia lempar dengan tangan kirinya. Kemudian melangkah maju, Manase menghalanginya dengan memberikan serangan tebasan pedang.

Boy Knight menghindarinya, ia berdiri di samping kanan Manase. Beberapa detik kemudian, pemeran Manase jatuh tersungkur menyentuh kaki Boy Knight. Tubuhnya sedikit menerima luka bakar. Ternyata tanpa disadarinya, Boy Knight menyerangnya dengan pedang di tangan kirinya.

   “Bagaimana, Tuan! Tinggal kau seorang!” seru Boy Knight menghadap Homeros.

   “Sombong sekali, Bocah! Aku bisa meremukkan tubuhmu!” seru Homeros menggetarkan dan megangkat tanah, membentuk dua bongkahan batu raksasa, siap mengampit tubuh Boy Knight. Pemuda bertopeng itu bersiaga menghadapi kekuatan dahsyat.

            Sementara itu, Vichnight menghadapi pemeran titan Hiperion; namanya Vistaros yang tubuhnya bisa mengeluarkan api sesuka hatinya—dia adalah seorang yang menembakkan api kepada Boy Knight tadi. Vichnight menghadapinya dengan mengayunkan tongkatnya, menghentikan serangan pemeran titan Hiperion, menciptakan uap.

   “Kau mampu mengeluarkan energi air,” ucap Vistaros.

   “Tentu, air adalah suatu kelembutan yang bisa menghentikan keganasan api yang tak berperasaan,” kata Vicnight.

   “Cih ... jangan bangga dengan kemampuanmu yang labil itu, Bocah!” teriak pemeran titan Hiperion, menembakkan bola api yang sangat kuat. Vichnight bisa mengatasi beberapa tembakan. Akan tetapi, tembakan-tembakan terakhir tak mampu dihadapinya. Tembakan demi tembakannya semakin kuat, sampai membuat Vichnight kuwalahan dan terpental oleh tembakannya. Tubuhnya terhuyung, serangan Vistaros masih membabi buta.

            Orang-orang yang melihatnya merasa iba, mungkin Vichnight telah terbakar dengan tembakan api sekuat itu. Homeros memperhatikannya disela-sela dia bertarung sengit dengan Boy Knight.

   “Lihatlah! Temanmu segera tamat,” kata Homeros untuk menakuti Boy Knight.

   “Benarkah yang kaukatakan itu?” tanya Boy Knight membalas Homeros.

            Vichnight menembakkan air ke arah langit dan meledak layaknya kembang api. Pemeran titan Hiperion yang jadi lawannya terkekeh, dia mengira Vichnight salah sasaran.

   “Apa yang kauserang, hah?” ejek Vistaros.

            Turunlah tetesan-tetesan air membasahi seluruh area balai kota.

   “Serangan rintik-rintik ini adalah balasanmu, kau bercanda?” seru pemeran Hiperion. Tak disadari, tubuhnya terdorong oleh serangan dari belakang sampai roboh.

   “Kuat sekali,” ucap Vistaros. Dia melihat Vicnight di hadapannya, ternyata Vichnight bisa memanipulasi dirinya dalam rintikan hujan.

Pemeran Hiperion murka, dia mencoba menyerang tapi yang dia serang hanyalah bayang-bayang semata, Vichnight menyerang punggungnya lagi. Hal tersebut terjadi berkali-kali sampai Vistaros tergeletak, tak berdaya, dia rasakan tubuhnya remuk mendapatkan pukulan Vichnight.

Rintik-rintik hujan selesai, Vichnight menyudahi pertarungannya. Homeros terbelalak melihatnya. Boy Knight tersenyum bangga menyaksikan kekuatan temannya yang tiada tanding.

   “Sekarang mari kita lanjut, Tuan!” seru Boy Knight kepada Homeros.

   “Jangan harap kau bisa menang, Bocah!” amuk Homeros. Memberikan serangan bertubi-tubi kepada Boy Knight. Boy Knight mengayunkan pedangnya dengan cepat, kedua pedangnya menyalakan energi angin dan api. Boy Knight melompat, mengarahkan serangan ke arah Homeros.

   “Volida animou!(Bola api, angin)” teriak Boy Knight mengeluarkan jurus andalannya.

Bola api berputar-putar disertai hembusan angin muncul dari kedua pedangnya yang ia ayunkan secara bersama-sama. Homeros membuat dinding raksasa untuk menghalau. Akan tetapi, dinding itu hancur seketika saat bola api milik Boy Knight menghantam. Homeros harus menerima jurus tersebut sehingga tubuhnya roboh, tak bisa melawan lagi.

                                    ***

            Gisarios terpaku melihat kekalahan teman-temannya. Kedua orang bertopeng sungguh tiada tandingnya. Gisarios menggenggam erat sabit di tangan kanannya, bersiap melakukan perlawanan.

            Sebelum niatan Gisarios terpenuhi, seorang rekan yang masih berdiri menghalanginya.

   “Jangan khawatir, Gisarios. Aku akan membalikkan keadaan,” Dia adalah pemeran Titan Iapitos; namanya Sanbula. Sanbula mengucapkan mantra-mantra, munculah prajurit-prajurit kegelapan yang siap menyerbu Boy Knight dan Vichnight, kedua pemuda itu bersiaga untuk membela diri.

            Sambaran petir dahsyat menjatuhkan para prajurit kegelapan satu per satu. Kemudian tampillah beberapa orang dengan nyala petir menghajar seluruh prajurit kegelapan yang dibuat oleh Sanbula.

   “Mustahil, pasukanku tak semudah itu dikalahkan,” ujarnya penuh kebencian. Seketika satu petir menghujam ke arah Sanbula, membuatnya roboh dan tak sadarkan diri.

            Kelima orang tersebut adalah perampok-perampok yang dilawan Boy Knight dan Vicnight kemarin malam.

   “Hai, Semuanya! Oh, iya di mana orang bernama Devil yang kalian ceritakan kemarin?” sapa Boy Knight polos. Sambaran petir menghujam tubuhnya dengan cepat.

            Boy Knight masih berdiri dan sempat menghalau dengan pedang anginnya. Seseorang berjalan dengan langkah kaki tegap mendekati Boy Knight. Orang itu tiada lain adalah Devil. Pemimpin dari kelima perampok yang dilawan Boy Knight dan Vichnight kemarin malam.

Bersambung

Devil hadir di panggung pertempuran nih, akankah ia jadi musuh atau kawan Boy Knight? Apapun yang terjadi jawabannya ada di chapter selanjutnya, stay Reading!

Semoga hari-hari kalian menyenangkan!

Salam manis: Hanazawa-kun

Related chapters

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 3: Zeus VS Kronos

    Boy Knight tersenyum, menyapa pria muda kekar berambut pendek dengan mata kebiruan berjalan mendekatinya, dengan menghunuskan pedang di tangan kanannya. Kedatangannya meretakkan setiap tanah yang dia pijak. Boy Knight menodongkan pedang angin di tangan kanannya. “Aku yakin, kau pasti orang yang dipanggil Devil, ‘kan?” seru Boy Knight. “Jadi kau yang menyerang anak buahku kemarin malam,” ucap Devil sinis. Pedang di tangannya adalah pedang yang panjang, menyala dengan aliran listrik bertenaga tinggi. “Matilah kau!” teriaknya menggerakkan tangannya ke arah Boy Knight, petir menyambar dari pedangnya. Boy Knight menahannya dengan kedua pedang, tenaga yang dahsyat itu membuat tubuh Boy Knight terdorong dan sedikit mengalami luka. “Kau hebat, Devil. Kekuatan thelisi(kehendak)-mu setara

    Last Updated : 2021-09-20
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 4: Sekutu Baru

    Gisarios dan Devil tergeletak dalam posisi terlentang, merasakan sakitnya kesekaratan tubuh mereka. Luka terbuka dihembus oleh angin malam yang sedikit kencang menambah perih dirasakan oleh sekujur tubuh. Dalam angan-angan, Gisarios melihat masa lalu bersama teman-teman sepemikirannya membuat janji untuk membawa perubahan negeri. Tujuh belas tahun yang lalu, Gisarios muda adalah seorang murid di lembaga akademi Perseus; sebuah akademi pendekar negeri. Ia menjadi salah satu murid yang terpilih karena keterampilan dan insting bertarung yang tiada tanding. Disamping itu, dia juga seorang pemuja para Titan. Orang-orang di kampungnya memuja Titan. Dikarenakan, dalam hikayat menyebutkan bahwa masa kejayaan Titan berlangsung pada zaman emas, zaman ketika manusia dan para makhluk yang hidup di dunia sangat makmur sejahtera.

    Last Updated : 2021-09-20
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 5: Air Penyembuh

    Malam tenang di bawah sinar rembulan yang begitu terang, dengan alunan serangga malam menghiasi suasana sunyi nan hening. Vichnight mengambil air kemudian merapalkan do’a, Wahai Dewa sungai, hamba mengadap kepadamu Belas kasihanilah hamba, berikanlah manfaat dari air sungai ini atas izin Raja samudera Poseidon Sampaikan karunia-Mu kepada para Nymph Dryad penghuni sungai Criptos. Bersihkanlah penghapusan pada setiap kecacatan, dosa dan luka Dengan kelembutan kasih sayang Para Dewa Ia mendekati Saxomenes. Menyentuh tubuhnya yang terkena luka.

    Last Updated : 2021-09-22
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 6: Kehendak Para Dewa

    Tanah Yunani disebut sebagai tanah para Dewa. Konon diceritakan, para penduduk Yunani kuno pernah hidup berdampingan dengan para Dewa-dewi, mereka saling menjawab pesan satu sama lain melalui orang-orang tertentu yang disebut sebagai para orakel, dukun di zaman Yunani Kuno. Dewa dan Dewi selalu muncul disaat manusia melakukan kelalaian menyembah kepada mereka, demi memberikan hukuman yang setimpal. Suatu masa, ktika tatanan kehidupan di Yunani sudah mulai teratur, para Dewa kehilangan perannya untuk ikut andil dalam mengatur kehidupan manusia. Manusia memilih untuk hidup dan berjuang dengan kemampuannya sendiri. Pada saat itu, para Dewa dan Dewi telah menyadari bahwa selama ini mereka tidak berhak berkuasa atas manusia itu sendiri. Hidup

    Last Updated : 2021-09-22
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 7: Petunjuk Dewata

    Langkah kaki Boy Knight dan teman-temannya memasuki gerbang utara negara Bornuza, kota Lobos. Beberapa penjaga gapura mempersilahkan mereka bertiga lewat. Lalu lalang warga kota melihatnya dan saling berbisik satu sama lain, seolah melihat sesorang yang pernah dikenalnya. Saxomenes sedikit terganggu oleh bisikan-bisikan mereka yang terdengar sedang menggunjing kedatangan mereka. “Kau yakin orang-orang di sini ramah?” tanya Saxomenes kepada Boy Knight dengan sedikit melampiaskan rasa tidak nyaman. Boy Knight hanya mengangguk, mengisyaratkan agar tidak melakukan tindakan apapun. Seorang lelaki kepala berkilau alias gundul, memiliki tubuh yang begitu kekar berotot menghadangnya. ”Mau ke mana kau perampok sialan!” gertaknya, membunyingan send

    Last Updated : 2021-09-23
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 8: Gladiator

    Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka. “Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!” Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang. &

    Last Updated : 2021-09-24
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 9: Pengorbanan Seorang Teman

    Asap mencekik terus meluas mengurung area gladiator. Para peserta lain tak mampu menahannya. Mereka hanya terunduk kaku, terasa leher dicekik tak bisa melawan. Bahkan beberapa orang sampai melompat ke jurang dengan sukarela demi lepas dari siksaan cekikan asap misterius. Satu pendekar berkepala terang berdiri tanpa takut. Tubuhnya bisa bergerak leluasa seperti biasa. Tangannya mengepal dan siap menyerang. Sang prajurit Athena yang mengendalikan asap tersebut terbelalak menyaksikannya.“Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini,” ucap pria berkepala terang alias gundul, siapa lagi kalau bukan Zanagos.”Matilah kau prajurit Athena!” gerakannya beg

    Last Updated : 2021-09-24
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 10: Anggur yang Memabukkan

    Tangan kanan mengangkat pedang, muncul energi petir menyala. Saxomenes ayunkan senjata mautnya. Energi listrik besar itu menyambar ke arah target dengan telak. Namun, target masih bisa berdiri tegak. “Kau hebat buronan. Tapi setiap seranganmu akan menjadi senjataku,” ucap pria yang menjadi target tersebut. Pria itu memukulkan tangan kirinya muncul energi listrik dahsyat meluncur ke arah target. Saxomenes pun menerima serangan itu dengan pedangnya. Anehnya serangan itu merambat dari pedang menuju ke tubuhnya. “Ini benar-benar menyenangkan,” ucapnya. Tubuhnya teraliri energi listrik yang baru saja menyambarnya. Di tambah dia kombinasikan dengan kekuatannya sendiri, energi petir menyelimuti seluruh tubuhnya. Tanah pun retak pada pijakan kedua kakinya meski tanpa dia pancal.

    Last Updated : 2021-09-24

Latest chapter

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 43: Dilema seorang Prajurit

    Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 42: Kemunculan sang Legenda

    Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 41: Jebakan Singa Nemean

    Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 40: Hukuman Itamos

    Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 39: Itamos dan Para Pemberontak

    Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 38: Tuan yang Sebenarnya

    Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 37: Berjuang Sampai Akhir

    Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 36: Vichnight VS Kooria

    Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 35: Pertempuran di Kampung Para Raksasa

    Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status