Langkah kaki Boy Knight dan teman-temannya memasuki gerbang utara negara Bornuza, kota Lobos. Beberapa penjaga gapura mempersilahkan mereka bertiga lewat. Lalu lalang warga kota melihatnya dan saling berbisik satu sama lain, seolah melihat sesorang yang pernah dikenalnya. Saxomenes sedikit terganggu oleh bisikan-bisikan mereka yang terdengar sedang menggunjing kedatangan mereka.
“Kau yakin orang-orang di sini ramah?” tanya Saxomenes kepada Boy Knight dengan sedikit melampiaskan rasa tidak nyaman. Boy Knight hanya mengangguk, mengisyaratkan agar tidak melakukan tindakan apapun.
Seorang lelaki kepala berkilau alias gundul, memiliki tubuh yang begitu kekar berotot menghadangnya. ”Mau ke mana kau perampok sialan!” gertaknya, membunyingan sendi-sendi pada tulang jarinya. Bersiap untuk melakukan perlawanan.
“Aku mau pulang ke tempat kediamanku untuk beristirahat, apakah kalian merawatnya dengan baik?” tanya balik Boy Knight.
“Kaupikir kami mau melayanimu, hah!” dengan cepat tubuhnya bergerak meluncur dengan cepat dan menyerangnya. Tangan kanannya mengepal, tampak otot-otot kuat melingkar pada kepalan tangannya ia hantamkan ke perut Boy Knight yang terbuka. Boy Knight terhempas. Semua dibuat terkejut terutama Saxomenes, segera ia hunuskan pedangnya tapi Vichnight merentangkan tangan kanan untuk menahan niatannya.
Boy Knight berusaha berdiri sekuat tenaga. ”Arrght .. kau sudah berkembang dan jauh lebih hebat, Zanagos!” Boy Knight masih terbujur kaku dan perlahan kesulitan untuk mencoba berdiri karena menerima hantaman yang cukup kuat. Langkah pertama dan kedua begitu linglung, sampai beberapa langkah selanjutnya ia mampu untuk menyeimbangkan tubuhnya. Berjalan mendekati Zanagos, pria botak berotot yang menyerang tadi.
“Mari, akan kuantarkan kau ke kediamanmu,” kata Zanagos.
“Mari, Teman-teman!” panggil Boy Knight, memutar kepalanya menunjuk, kepalanya melambai kepada Vichnight dan Saxomenes. Mereka berdua pun mengikutinya.
Sesampai di depan kediaman gubuk sederhana yang cukup dimasuki tiga orang, Boy Knight membuka pintu dan terlihat ruangannya begitu bersih. Tiada debu bertebaran maupun sarang laba-laba sama sekali, seolah tidak pernah ditinggalkan oleh pemiliknya.
“Terima kasih sudah merawat,” ucap Boy Knight kepada Zanagos.
“Beristirahatlah di sini. Kami akan memberikanmu dan teman-temanmu makanan serta minuman. Kalian pasti kelaparan dan dehidrasi karena telah melalui barbagai perjalanan panjang.” Boy Knight mengangguk. Zanagos segera pergi untuk melaksanakan ucapannya.
Sembari menungu, Saxomenes melihat Boy Knight. Pemuda dengan dua pedang disarungkan itu pun mengangguk. “Katakan saja apa yang ingin kautanyakan!”
“Sebenarnya ini tempat apa? Apa yang terjadi barusan, kenapa orang tadi terlihat jahat saat pertama kali bertemu, lalu berubah menjadi baik?” tanya Saxomenes.
“Hmm ....” Boy Knight menyandarkan tubuhnya di sudut ruangan, kedua tangannya ia jadikan bantalan di belakang kepala. “Pendeta, bisa kau jelaskan kanapa bisa sepeti itu. aku lelah,” pinta Boy Knight kepada Vichnight. Saxomenes segera mengalihkan perhatian, menatap Vichnight.
Vichnight menghela nafas. Ia tak punya pilihan lain selain menerangkan kejadian demi memuaskan keingintahuan anak muda yang baru bergabung dengan mereka. “Bornuza adalah negara pertama yang diselamatkan oleh Boy Knight dari serangan kerajaan Athena dan pemungutan pajak liar oleh aparat pemerintahan negara. Beberapa penduduk menjadi korban keganasan perbudakan dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.”
“Ketika seorang aparat negara meminta sumbangan panen kepada penduduk di beberapa kampung dengan jumlah yang besar secara paksa, Boy Knight menyelamatkan para warga desa. Begitu juga dengan warga kota saat kedatangan aparat militer negara yang hendak melaksanakan perang, mereka meminta gratisan dari dagangan warga. Boy Knight datang dan menyerang mereka sampai babak belur.”
“Zanagos sendiri adalah seorang pedagang buah-buahan yang pernah ditindas oleh aparat militer negara. Boy Knight menyelamatkannya kemudian ia ingin belajar bela diri, dan Boy Knight pun mengajarinya. Saat Boy Knight hendak mengembara ke negara lain, ia berpesan kepada Zanagos pada saat ia menginjakkan kaki di kota gerbang utara ini lagi, Zanagos harus bisa memukulnya sampai jatuh. Karena sebelumnya, pukulan Zanagos tidak terasa apapun bagi Boy Knight.”
“Kini ia memenuhi janjinya, pukulannya sangat menyakitkan apalagi jika dia lebih serus lagi,” tanggap Boy Knight, “dulu dia sangat payah dan tak bisa menjatuhkanku sama sekali.”
Pintu terbuka dan beberapa orang membawakan makanan dan minuman yang terbilang mewah di zaman tersebut. Buah-buahan begitu segar baru dipetik dari sumbernya terlihat menggiurkan. Boy Knight mengambil posisi duduk kemudian memilih beberapa makanan, menaruhnya di sisi sebelah kirinya. “Kalian, apakah ingin mengambil semuanya?” tanyanya kepada kedua rekannya. Vichnight dan Saxomenes memahami ucapan Boy Knight sehingga mereka hanya mengambil beberapa makanan.
Masih tersisa banyak makanan di tengah ruangan, Boy Knight menyuruh untuk membagikannya kepada warga kota tertama yang sedang kekurangan. Ia ingin kedatangannya di sini disambut oleh kebahagiaan setiap lapisan masyarakat. Beberapa orang pun melaksanakannya.
“Kau bagai pahlawan di sini,” ungkap Saxomenes.
“Tidak, aku masih seorang perampok. Karena aku tak akan menyelamatkan warga tanpa imbalan. Semua harus ada bayaran,” terang Boy knight. Mereka pun makan bersama setelah itu karena selama perjalanan mereka selalu terjaga, kini mereka habiskan waktu untuk istirahat dan tertidur pulas.
***
Suara angin malam berhembus dari langit ke alam dunia. Membawakan bintang-bintang bertaburan indah mengisi langit malam, menyenangkan setiap makhluk hidup yang memandang. Di saat itu, lolongan serigala mulai bermunculan mencari jalan hidup atas petunjuk para Dewa melalui garis bintang.
Begitu pula dengan Boy Knight dan kedua rekannya. Mereka sedang dalam keadaan segar bugar mengemasi setiap perbekalan secukupnya bersiap untuk melakukan petualangan. Atas bantuan Vichnight sebagai seorang pendeta yang mampu mengetahui petunjuk arah tujuan melalui para bintang, berkomunikasi dengan sang Dewi Bumi –Dementer.
Wahai Dewi Bumi, malam ini kami akan memulai safar yang melelahkan
Tunjukilah kamu jalan termuda untuk mencapai tujuan
Atas karuniamu, Dewi Dementer sampaikanlah setiap jalan yang harus kami tempuh
Melalui suara-suara dan tingkah laku makhluk hidup
Bersama karunia Dewa-dewi Olympus di Nirwana! Tunjukilah kami bintang yang peling terang sebagai titik pusat tujuan kami berkelana
Lindungilah kami dari segala mara bahaya, jadikanlah setiap musuh tunduk atas kekuatan yang kami miliki.
Vichnight membuka mata menyudahi sembahyangnya, ia memperhatikan langit, menyadari adanya petunjuk Dewa. Burung hantu datang menyambut mereka, bertengger di atap wisma kecil kediaman mereka.
“Tanda dari sang Dewa-dewi sudah terlihat,” ucap Vichnight, “kita akan mendapat tuntunan Mereka.” Boy knight menghunuskan pedang. Mengomando kedua rekannya untuk segera melangkah. Tiba-tiba, seoseorang menghalangi jalan mereka.
“Kalian tak akan pergi tanpa aku,” serunya, dia tak lain adalah Zanagos.
“Ini bukan urusanmu, Zanagos. Kita akan melakukan pertarungan besar, bukan permainan,” sergah Boy Knight, “kau takkan bisa bertahan hidup!” Boy Knight mulai merendahkannya.
“Aku bisa menunjukkan arah. Aku juga akan menjadi perisaimu.”
Boy Knight menghunuskan pedangnya. Bersiap untuk menyerang Zanagos. “Kalau begitu kuuji kepantasanmu untuk ikut dalam perjalanan ini,” tantang Boy Knight. Zanagos membuat kuda-kuda seperti orang petinju.
Boy Knight maju menyerangnya. Zanagos berhasil menghindar, Boy Knight terkejut. Zanagos mulai menyerang, Boy Knight tak ada kesempatan untuk menghindar sehingga pukulan Zanagos berhenti tepat di depan wajahnya.
“Kau lembek! Serang aku sekarang juga!” amuk Boy Knight.
“Aku tak mau kau kehabisan tenaga hanya untuk uji coba ini,” ucap Zanagos.
“Cih ... sombong sekali,” umpat Boy Knight. Dia menyalakan kedua pedangnya sesuai elemen masing-masing. “Kalau begitu jatuhkan aku jika kau ingin membuktikan kelayakanmu!” perintahnya. Boy Knight pun menyabet pedangnya dengan cepat, banyak orang tak punya waktu untuk menghindarinya.
Pukulan Zanagos menghentikan sabetan maut Boy Knight dengan nyala api. Seketika itu nyala apinya padam, Boy Knight terkejut bukan main. Kemampuan thelisi Zanagos dapat menetralisir thelisi lawan. Boy Knight mengayunkan pedang yang satunya dengan hembusan angin mematikan. Seketika itu menghantam lengan Zanagos, hembusan angin itu raib seketika.
“Aku bisa memblokir kemampuan lawan dengan kedua kepalan tanganku ini,” kata Zanagos, seketika ia menyerang kaki Boy Knight, itu adalah serangan dadakan ketika Boy Knight melemahkan pijakannya. Sehingga Boy Knight terjatuh seketika. Boy Knight merasa dipermalukan, ia tak bisa mengukur seberapa pesat perkembangan kekuatan dan keahlian Zanagos dalam bela diri.
Boy Knight segera berdiri menggerakkan tubuhnya bagai pemanasan. “Baiklah, aku tak punya pilihan lain,” ucapnya, menghela nafas. “Pendeta, manakah yang harus kita pilih. Petunjuk Dewa atau arahan darinya.” Pandangannya menunjuk Zanagos, kemudian menatap Vichnight untuk meminta jawabannya.
“Dewi Dementer berbisik padaku ‘kita akan mendapati makhluk hidup sebagai petunjuk.’ Manusia termasuk makhluk hidup. Itu berarti kita mendapati Zanagos sebagai penuntun dari Dewi Bumi itu sendiri,” terang Vichnight. Boy Knight pun menyetujuinya. Zanagos ikut mengembara bersama mereka.
Tujuan mereka adalah kastil kegelapan di lembah Yenokhea. Dikabarkan banyak warga sekitar diteror untuk memberikan tumbal setiap tahunnya ke dalam kastil kegelapan tersebut. Boy Knight dan lainnya bermaksud membebaskan penduduk dari teror yang menghantui para penduduk sekitar.
Bersambung
Perjalanan baru di negara Bornuza. Seperti apakah rintangan yang akan di hadapi Boy Knight dan teman-temannya? Stay reading! Terima kasih sudah mampir, mohon dukungan, ya! Semoga hari-hari kalian menyenangkan!
Salam manis: Hanazawa-kun
Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka. “Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!” Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang. &
Asap mencekik terus meluas mengurung area gladiator. Para peserta lain tak mampu menahannya. Mereka hanya terunduk kaku, terasa leher dicekik tak bisa melawan. Bahkan beberapa orang sampai melompat ke jurang dengan sukarela demi lepas dari siksaan cekikan asap misterius. Satu pendekar berkepala terang berdiri tanpa takut. Tubuhnya bisa bergerak leluasa seperti biasa. Tangannya mengepal dan siap menyerang. Sang prajurit Athena yang mengendalikan asap tersebut terbelalak menyaksikannya.“Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini,” ucap pria berkepala terang alias gundul, siapa lagi kalau bukan Zanagos.”Matilah kau prajurit Athena!” gerakannya beg
Tangan kanan mengangkat pedang, muncul energi petir menyala. Saxomenes ayunkan senjata mautnya. Energi listrik besar itu menyambar ke arah target dengan telak. Namun, target masih bisa berdiri tegak. “Kau hebat buronan. Tapi setiap seranganmu akan menjadi senjataku,” ucap pria yang menjadi target tersebut. Pria itu memukulkan tangan kirinya muncul energi listrik dahsyat meluncur ke arah target. Saxomenes pun menerima serangan itu dengan pedangnya. Anehnya serangan itu merambat dari pedang menuju ke tubuhnya. “Ini benar-benar menyenangkan,” ucapnya. Tubuhnya teraliri energi listrik yang baru saja menyambarnya. Di tambah dia kombinasikan dengan kekuatannya sendiri, energi petir menyelimuti seluruh tubuhnya. Tanah pun retak pada pijakan kedua kakinya meski tanpa dia pancal.
Semua pendekar berkumpul di ruangan selanjutnya, mereka berada di sebuah ruangan dengan meja makan yang terbilang mewah pada zaman itu. Kue ambrosia, keju feta, aneka buah dan nektar serta minuman anggur dan air mineral yang segar. Vichnight menganjurkan untuk tidak meminum anggur karena sedang dalam medan perang, Boy Knight dan Saxomenes menyetujuinya. “Para pendekar hebat, seusai makan. Kalian akan mendapatkan undian untuk kompetisi selanjutnya, perhatikanlah dengan baik piring tempat kalian makan tersebut!” Seusai makan mereka semua melihat telapak piring masing-masing. Mereka menemukan undian yakni berupa ikon yang berbeda-beda. Ada dua orang dari mereka mendapatkan gambar yang sama yakni s
Kegelapan menyelimuti ruangan. Boy Knight dalam keadaan babak belur menerima serangan dari anjing Kerberos yang amat ganas. Dia perhatikan setiap sisi ruangan tak ada gunanya, hanya indera pendengar dan perabanya yang bisa difungsikan. Dia layangkan tubuhnya ke arah kanan yang diyakini keberadaan Kerberos. Namun, tidak terlihat wujudnya. Tiba-tiba dari atas keluar tembakan energi kegelapan, untung dia bisa menangkisnya dengan sabetan pedang di tangan kanan, energi itu pun meledak. Spontan dia rasakan cakaran dipunggungnya, ternyata Kerberos menyerangnya dengan cara mengalihkan perhatian. Punggung Boy Knight mengucurkan darah segar. Bola kegelapan tak memberinya kesempatan beristirahat demi melepaskan rasa perih atas lukanya. Sebagai pendekar tangguh, Boy Knight pun dapat mengatasi rasa sakitnya mes
Kedua wanita dengan kekuatan Mahadahsyat saling beradu di ruangan benteng. Miss. Shadow dengan kekuatan kegelapannya melawan Rifailos dengan tombak yang dia sebut sebagai senjata suci Kentaur. Rifailos memiliki insting bertarung yang begitu unggul, menghindari dan menangkis setiap serangan Miss. Shadow dengan tepat. Rifailos menyerangnya, meghujamkan tombak ke arah tubuh Miss. Shadow tapi selalu dihalangi oleh energi kegelapan yang menjadi perisai baginya. Namun, kali ini pertahanan perisai itu pun mulai hancur. Rifailos dengan cepat menghujamkan tombaknya, Miss. Shadow menangkisnya dengan tangan kanannya. Alhasil, tangan kanannya pun tergores, mengucurkan darah dengan deras. Wanita Kentaur itu tak memberi belas kasihan, dia menyeran
Sebelum terjun ke medan perang, seorang panglima perkasa membuatkan makanan spesial untuk putri tercintanya. Ia tinggal bersama putri tersebut sendirian karena istrinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Panglima Hegemonia adalah seorang panglima kerajaan Athena yang tinggal di negeri Bornuza, ia bekerja menjaga sebuah pangkalan militer kerajaan Athena di negara Bornuza. Putrinya bernama Elanza. Gadis belia yang berumur sekitar 10 tahun itu adalah anak yang berbakat dalam bertempur dan mempunyai fisik yang kuat, dia memasuki akademi pendekar Akrisios dan termasuk dari deretan murid yang unggul. Thelisi-nya adalah ber-transformasi menjadi anji
Ketiga pendekar yang lolos dari kompetisi sebelumnya berkumpul di sebuah ruangan terbuka kastil Kegelapan. Awan begitu gelap pekat. Angin berhembus kencang serta suara guntur menggelegar ke sana ke mari. Ketiga pendekar tangguh itu adalah Boy Knight, Saxomenes dan Miss. Shadow. Boy Knight mendekati Saxomenes. Saxomenes pun menunduk menyambut pemuda yang ada di hadapannya, ia merasa bersalah karena melukai tangan kanannya. “Jadi kau mengalahkan Vichnight?” tanya Boy Knight. “Iya, seperti itulah.” Mendengar jawaban itu seutas senyum terbentuk dari wajah Boy Knight, ia tepuk punggung Saxomenes.
Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di
Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.
Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.
Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per
Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang
Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.
Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep
Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!
Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.