Share

Bab 3

Author: Elvia Azra
last update Last Updated: 2024-10-22 11:42:20
Cambuk itu menimpa ibuku, tapi ibuku tidak kelihatan kesakitan.

Dia berbalik, lalu menatap langsung ke arah Ravel.

"Ravel, kamu benar-benar salah paham kepada Clara. Jangan pukul dia. Sekarang duduk dan bicarakan dengan baik-baik. Kalau kamu terus seperti ini, kamu pasti akan menyesalinya."

"Menyesal? Aku menyesal nggak memukulnya lebih awal. Seharusnya aku menamparnya saat melihat hasil tes kehamilannya."

"Tua bangka, kamu pikir kamu bisa melindunginya? Kamu selalu memintaku untuk melepaskannya. Kenapa kamu nggak mengajari putrimu menjadi seorang wanita yang benar?"

"Hari ini aku akan menegakkan keadilan dan juga akan menghabisimu."

Ravel mengangkat tangannya, lalu mencambuk beberapa kali lagi.

Ibuku takut aku akan terluka.

Jadi, dia maju seraya memelukku erat-erat.

Dia menahan cambuk itu dengan sekuat tenaga.

Saat mendengar teriakan kesakitan ibuku, seluruh hatiku terkoyak.

Demi melindungi ibuku, aku rela mengorbankan martabatku.

Aku memohon pada Ravel dengan putus asa.

"Berhenti memukulnya, Ravel. Tolong, aku mohon berhenti!"

"Aku benar-benar nggak pernah bersama dengan pria lain."

"Tolong, demi pernikahan kita selama bertahun-tahun ... tolong berhenti memukul ibuku."

Ibuku sudah tidak bisa menahannya lagi.

Dihadapkan dengan permohonanku, Ravel tetap saja tidak berhenti.

Dia justru berteriak, "Beraninya kamu mengungkit soal pernikahan kita? Apa aku memperlakukanmu dengan buruk selama bertahun-tahun pernikahan kita? Kamu belum bisa memberiku anak dan aku nggak pernah menekanmu. Bahkan di saat ibuku memintaku untuk bercerai, aku menolaknya. Sedangkan kamu, bagaimana kamu memperlakukanku?"

Setelah beberapa pukulan cambuk berturut-turut ....

Aku merasa bahwa ibuku yang sedang melindungiku sudah tidak punya kekuatan yang tersisa di tubuhnya.

Saat ini, Ravel menghentikan tangannya dan ibuku langsung melunak seperti mi.

Aku segera mengelus punggungnya.

Tanganku berlumuran darah.

Aku berteriak.

"Bu, Bu, bangun, bangun!"

Ibuku pingsan.

Seberapa kerasnya aku berteriak, aku tetap tidak bisa membangunkannya.

Melihat keadaan ibuku seperti ini, Ravel menjadi panik.

Dia mengulurkan tangan, memeriksa hidung ibuku dan menyadari bahwa ibuku masih bernapas.

Ravel seketika menghela napas lega.

Ravel menggendong ibuku, lalu membaringkannya di sofa.

Aku melihat tas yang tergeletak di atas meja kopi, berlari, lalu mengeluarkan ponsel untuk menelepon nomor darurat.

Tanpa diduga, Ravel datang dan langsung mengambil ponselku setelah melihatnya.

"Kamu menelepon siapa? Nggak mungkin Edo, 'kan? Sudah kubilang, dia nggak akan punya waktu untuk menyelamatkanmu sekarang."

Aku menyahut dengan nada cemas, "Aku menelepon nomor darurat. Ibuku pingsan. Dia harus pergi ke rumah sakit."

"Nggak boleh telepon!"

Ravel mengambil ponselku, lalu langsung melemparkannya ke lantai.

Ponsel itu langsung hancur seketika.

"Aku lihat kamu ini ingin menelepon kekasihmu."

"Ravel, kamu sudah gila, ya?"

Aku sangat cemas hingga air mataku mengalir. Aku juga menampar Ravel dengan seluruh kekuatanku.

Tamparan ini membuat Ravel naik pitam lagi.

"Sial, beraninya kamu memukulku?"

Dia mengangkat kakinya, lalu menendang perutku.

Aku segera menutupi perutku dengan tanganku.

Dia menendang tanganku.

Tindakanku ini membuat Ravel menjadi benar-benar gila.

"Kamu jelas sekali sedang melindungi anak itu. Aku sangat mencintaimu, tapi pada akhirnya kamu malah berusaha melindungi anak orang lain!"

Ravel menendang tanganku dengan keras secara bergantian.

Tanganku hampir patah karena tendangannya.

"Sudah cukup, berhenti memukulnya!" sahut seseorang. Kekejaman Ravel menyebabkan tetangga yang berada di luar maju. Dia berseru, "Kamu akan menyebabkan masalah besar kalau terus seperti ini!"

Ravel langsung mengambil asbak di atas meja, lalu melemparkannya ke arah orang tersebut.

"Pak Tua, jangan ikut campur masalah orang!"

Para tetangga yang tinggal di daerah sini memang sudah cukup tua.

Melihat Ravel yang matanya sudah memerah, mereka semua langsung pergi.

Ravel berbalik dan terus menendangku.

"Clara, kamu bisa-bisanya selingkuh dengan Edo. Kamu tahu kalau aku sangat membencinya."

Ravel dan Edo bisa dibilang sebagai teman kuliah yang baik, tetapi Edo sering menindas Ravel saat di kampus.

Edo sering menyuruh Ravel untuk membeli makanan tanpa memberinya uang. Edo juga selalu menceritakan hal-hal kotor kepada teman sekelas perempuannya tentang Ravel.

Suatu kali saat ujian akhir, Edo mematikan jam alarm Ravel, juga menyalin skripsi milik Ravel. Edo juga sering menganggap dirinya sebagai ayah Ravel.

Ayah mertuaku sudah lama meninggal dunia, jadi Ravel sangat sensitif dengan sebutan "Ayah".

Edo tidak berubah meski sudah diingatkan berkali-kali.

Keduanya bertengkar hebat saat hari wisuda.

Tidak ada yang menyangka bahwa Edo akan menjadi bos Ravel tiga tahun setelah lulus.

Demi bertahan hidup, Ravel harus tunduk pada Edo.

Ravel hidup dengan rasa gentar di tempat kerja.

Oleh karena itu, aku tahu bagaimana perasaan Ravel sekarang.

Namun, aku tidak mengerti. Ravel jelas-jelas sangat membenci Edo, tapi bukannya pergi memukuli Edo, dia justru datang untuk memukulku.

Apakah karena Edo adalah laki-laki?

Aku akhirnya melihat dengan jelas orang di depanku, yang terus mengatakan bahwa dia mencintaiku.

Aku mengerti mengapa ayahku selalu mengatakan bahwa Ravel berbahaya, seperti bajingan.

Rasa sakit itu membawaku kembali ke dunia nyata.

Tanganku perlahan-lahan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Aku menatap Ravel seraya berkata kepadanya, "Ravel, kalau anak ini benar-benar anakmu dan kamu menggugurkannya seperti ini ... apa kamu akan menyesalinya?"

Ravel justru menjawab dengan mengejutkan, "Dia nggak mungkin adalah anakku. Kuberi tahu saja padamu, aku sudah memeriksanya empat tahun lalu. Aktivitas spermaku sangat rendah, mustahil kalau aku bisa punya anak."

"Kamu benar-benar sudah memeriksanya?"

Selama bertahun-tahun ini, kami belum punya anak.

Bukan hanya Ravel yang berada di bawah tekanan besar, tetapi aku juga demikian.

Ibu mertuaku menatap perutku setiap hari dan memaksaku minum sup obat yang terbuat dari kecoa dan kelabang.

Suatu kali, aku hampir mati karena keracunan makanan.

Namun, Ravel tidak pernah mengatakan bahwa dia sudah pernah memeriksa masalah spermanya.

Dia jelas tahu itu bukan masalahku, tetapi dia justru membiarkan ibunya memperlakukanku seperti ini.

Saat Ravel mengatakan bahwa dia mencintaiku, dia jelas berbohong.

Aku benar-benar kecewa.

Aku pun melepaskan tanganku dan membiarkan dia menendang perutku dengan keras.

Bersama dengan rasa sakit yang menusuk, arus hangat tiba-tiba mengalir di bawahku.

Pada saat yang sama, ponsel Ravel tiba-tiba berdering.

Dia segera menjawabnya. Itu adalah panggilan dari Pusat Tes DNA.

"Pak Ravel, hasilnya sudah keluar. Anak dalam perut Bu Clara memang benar anakmu."

Related chapters

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 4

    Pengeras suara ponsel Ravel dinyalakan, jadi aku juga mendengar kalimat ini.Aku melihat Ravel berdiri di sana, memegang ponselnya sambil tercengang.Wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan."Bagaimana mungkin?"Darah yang mengalir di bawah tubuhku makin deras.Aku merasa bahwa anak yang susah payah aku dapatkan ini, perlahan-lahan mulai meninggalkanku.Aku merasa sangat sedih.Jika panggilan telepon ini datang satu menit lebih awal, apakah anakku bisa diselamatkan?Namun, meski demikian, Ravel masih tidak percaya bahwa anak ini adalah anaknya.Dia berlutut, menjambak rambutku dengan tangannya, memaksaku untuk mendongak."Clara, apa yang kamu berikan pada orang-orang di Pusat Tes DNA, sampai mereka membantumu untuk berbohong padaku?"Aku tersenyum sedih seraya menjawab, "Ravel, apa menurutmu aku semampu itu? Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengujinya sendiri lagi."Saat dia hendak mengatakan sesuatu, sekelompok orang bergegas masuk ke rumahku.Orang pertama yang bergegas masuk ad

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 5

    Atas isyarat dari dokter, perawat mengambil janin itu lagi.Janinnya berumur dua bulan dan sudah berbentuk mirip seperti manusia.Ia meringkuk di sana dengan tenang.Anakku.Inilah anak yang kutunggu-tunggu selama tujuh tahun.Aku menangis tersedu-sedu sejenak.Dokter menghiburku dengan berkata bahwa aku akan memilikinya lagi suatu hari nanti.Aku ingin menyimpan janin itu, tetapi dokter mengatakan bahwa itu adalah limbah medis dan tidak bisa dibawa pulang.Sampai pada akhirnya aku keluar dari ruang operasi dan melihat ayahku.Setelah memberitahunya tentang hal itu ....Ayahku memberi tahu dokter bahwa itu adalah barang bukti, dokter pun memberikannya kepada kami.Aku bertanya kepada ayahku, "Di mana Ibu? Bagaimana keadaannya?""Ibumu baik-baik saja, cuma sedikit terluka di bagian luar. Dia pingsan karena tekanan darah tinggi," jawab ayahku. Ayahku tampak menua beberapa tahun. Dia tersenyum padaku dan menyuruhku untuk menjaga diriku sendiri, "Tunggu kamu agak membaik, aku akan menganta

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 6

    Setelah melampiaskan emosinya, Ravel mengangkat kepalanya lagi."Walaupun dia nggak selingkuh dengan Edo, Clara masih berhubungan dengan orang lain. Kalau nggak begitu, dari mana asal anak dalam perutnya itu?"Aku menyahut dengan dingin, "Percaya atau nggak, itu anakmu.""Nggak mungkin, sama sekali nggak mungkin," bantah Ravel. Dia masih membela dirinya, "Dokter bilang aktivitas spermaku rendah, jadi aku nggak mungkin bisa punya anak.""Aktivitas sperma rendah bukan berarti nggak memiliki sperma, cuma berarti sulit hamil, tapi masih ada kemungkinan hamil." Mendengar hal tersebut, seorang petugas polisi di dekatnya langsung mengeluh, "Kamu menemui di dokter mana? Kenapa nggak kompeten sekali."Ravel tidak memercayai hal ini, lalu menjawab, "Aku memeriksanya di rumah sakit khusus pria, Rumah Sakit Bahagia di Jalan Bahagia. Para dokter di sana jauh lebih hebat darimu.""Rumah Sakit Bahagia?" Petugas polisi itu tertawa setelah mendengarnya, lalu menyahut, "Kalau begitu, kamu pergi ke tempa

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 7

    Sampai Ravel dibawa pergi, dia tetap mengatakan bahwa dia mencintaiku.Saat memikirkan tujuh tahun yang kuhabiskan bersamanya ....Kemudian, pukulannya yang menghantamku ....Aku tidak tahu apakah cinta ini benar atau salah.Ketika mengetahui bahwa Ravel akan dipenjara, ibu mertuaku yang sudah lama tidak terlihat, tiba-tiba datang.Begitu bertemu, dia mulai memohon padaku."Clara, aku tahu ada kesalahpahaman antara kamu dan Ravel. Kesalahpahaman ini dimulai karena aku. Ibu minta maaf padamu, seharusnya aku nggak memakai pakaian dalammu."Dia berkata sambil menampar wajahnya sendiri.Sikapnya tampak sangat tulus."Kamu dan Ravel sudah bersama selama bertahun-tahun. Jangan merusak pernikahan kalian hanya karena masalah sepele ini."Aku menjadi marah ketika mendengarnya, "Apa ini masalah sepele? Ravel memukul punggung ibuku dan menggugurkan anakku. Kalau kamu bilang ini masalah sepele, kalau begitu aku akan mencambuk punggungmu juga."Ibu mertuaku mundur.Dia mulai menghindari hal yang se

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 8

    Pembawa acara memang profesional.Dalam situasi ini, informasi dari ibu mertua jelas lebih menarik.Dia segera bertanya padaku apa yang terjadi.Aku tidak punya pilihan selain mengikuti kata-katanya dan menceritakan keseluruhan cerita.Termasuk fakta bahwa ibu mertuaku yang mencari seorang pria, tetapi membiarkan aku yang disalahkan. Kemudian, aku juga mengatakan tentang putranya yang memukulku sampai keguguran.Ruang siaran langsung heboh."Memukul istri sendiri sampai keguguran? Memangnya ini sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia?""Saat aku melihat bibi ini, aku sudah merasa kalau dia bukan orang baik. Dia kelihatan galak.""Ini sangat menarik, selingkuh dengan memakai pakaian dalam menantu sendiri. Benar-benar di luar nalar."Ibu mertuaku sangat cemas sehingga dia menutupi kamera dengan tangannya.Dia tidak bisa mengalahkan juru kamera.Dia pun mengalihkan fokusnya padaku."Clara, kamu sudah keterlaluan. Sudahlah kalau ayahmu memanfaatkan kekuasaannya untuk memenjarakan anakku,

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 1

    Pada tahun ketujuh pernikahan kami, Ravel Yanuar, suamiku dan aku akhirnya dikaruniai anak pertama kami.Ketika aku memberi tahu tes kehamilan dengan senang hati padanya, dia mengerutkan kening sambil bertanya kepadaku ...."Anak siapa ini?"Aku menjawab sambil tertegun, "Tentu saja anakmu.""Kita sudah menikah selama tujuh tahun dan belum dikaruniai anak juga. Saat aku bekerja ke luar kota selama dua bulan, kamu tiba-tiba hamil. Kamu pasti bohong, 'kan?"Saat aku mendengar kalimat ini, hatiku langsung terkesiap.Anak ini sudah berumur dua bulan. Bagaimana mungkin tidak sesuai dengan waktunya?Ibu mertuaku tertawa sinis di sebelah sambil menyahut, "Aku bertanya-tanya kenapa kamu sering keluar malam. Ternyata kamu pergi mencari pria lain."Aku sering keluar pada malam hari karena aku bekerja lembur.Aku pun dibuat menangis karena kesal oleh pasangan ibu dan anak itu.Akhirnya aku menyahut keras, "Kalau kamu nggak percaya, kita lakukan tes DNA saja!"Tanpa diduga, Ravel langsung menyetuj

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 2

    Aku mengangkat ponsel Ravel, lalu segera melihatnya.Layarnya menunjukkan riwayat obrolan antara Ravel dan istrinya Edo.Edo Tanjaya adalah teman kuliah Ravel.Aku sudah pernah bertemu dengan istri Edo beberapa kali. Kami juga bisa dianggap sebagai teman.Dalam riwayat obrolan tersebut, istri Edo memberi tahu Ravel bahwa aku dan Edo sudah berselingkuh.Ravel awalnya tidak percaya, sampai istri Edo mengirimkan sebuah foto.Foto sebuah pakaian dalam yang seksi.Aku sangat tidak asing dengan pakaian dalam tersebut. Aku pernah memakainya pada malam sebelum Ravel melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.Aku pikir ini mungkin kesalahpahaman.Aku segera menjelaskan padanya, "Ravel, ini bukan pakaian dalamku."Saat mendengar ini, Ravel menjadi makin geram.Dia mendekat, mengambil ponsel itu, lalu mengetuk dua kali di layarnya.Kemudian, Ravel menjambak rambutku dan menempelkan ponsel itu langsung ke mataku."Sialan, perhatikan baik-baik. Kalau ini bukan punyamu, lalu punya siapa?"Terlihat ad

    Last Updated : 2024-10-22

Latest chapter

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 8

    Pembawa acara memang profesional.Dalam situasi ini, informasi dari ibu mertua jelas lebih menarik.Dia segera bertanya padaku apa yang terjadi.Aku tidak punya pilihan selain mengikuti kata-katanya dan menceritakan keseluruhan cerita.Termasuk fakta bahwa ibu mertuaku yang mencari seorang pria, tetapi membiarkan aku yang disalahkan. Kemudian, aku juga mengatakan tentang putranya yang memukulku sampai keguguran.Ruang siaran langsung heboh."Memukul istri sendiri sampai keguguran? Memangnya ini sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia?""Saat aku melihat bibi ini, aku sudah merasa kalau dia bukan orang baik. Dia kelihatan galak.""Ini sangat menarik, selingkuh dengan memakai pakaian dalam menantu sendiri. Benar-benar di luar nalar."Ibu mertuaku sangat cemas sehingga dia menutupi kamera dengan tangannya.Dia tidak bisa mengalahkan juru kamera.Dia pun mengalihkan fokusnya padaku."Clara, kamu sudah keterlaluan. Sudahlah kalau ayahmu memanfaatkan kekuasaannya untuk memenjarakan anakku,

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 7

    Sampai Ravel dibawa pergi, dia tetap mengatakan bahwa dia mencintaiku.Saat memikirkan tujuh tahun yang kuhabiskan bersamanya ....Kemudian, pukulannya yang menghantamku ....Aku tidak tahu apakah cinta ini benar atau salah.Ketika mengetahui bahwa Ravel akan dipenjara, ibu mertuaku yang sudah lama tidak terlihat, tiba-tiba datang.Begitu bertemu, dia mulai memohon padaku."Clara, aku tahu ada kesalahpahaman antara kamu dan Ravel. Kesalahpahaman ini dimulai karena aku. Ibu minta maaf padamu, seharusnya aku nggak memakai pakaian dalammu."Dia berkata sambil menampar wajahnya sendiri.Sikapnya tampak sangat tulus."Kamu dan Ravel sudah bersama selama bertahun-tahun. Jangan merusak pernikahan kalian hanya karena masalah sepele ini."Aku menjadi marah ketika mendengarnya, "Apa ini masalah sepele? Ravel memukul punggung ibuku dan menggugurkan anakku. Kalau kamu bilang ini masalah sepele, kalau begitu aku akan mencambuk punggungmu juga."Ibu mertuaku mundur.Dia mulai menghindari hal yang se

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 6

    Setelah melampiaskan emosinya, Ravel mengangkat kepalanya lagi."Walaupun dia nggak selingkuh dengan Edo, Clara masih berhubungan dengan orang lain. Kalau nggak begitu, dari mana asal anak dalam perutnya itu?"Aku menyahut dengan dingin, "Percaya atau nggak, itu anakmu.""Nggak mungkin, sama sekali nggak mungkin," bantah Ravel. Dia masih membela dirinya, "Dokter bilang aktivitas spermaku rendah, jadi aku nggak mungkin bisa punya anak.""Aktivitas sperma rendah bukan berarti nggak memiliki sperma, cuma berarti sulit hamil, tapi masih ada kemungkinan hamil." Mendengar hal tersebut, seorang petugas polisi di dekatnya langsung mengeluh, "Kamu menemui di dokter mana? Kenapa nggak kompeten sekali."Ravel tidak memercayai hal ini, lalu menjawab, "Aku memeriksanya di rumah sakit khusus pria, Rumah Sakit Bahagia di Jalan Bahagia. Para dokter di sana jauh lebih hebat darimu.""Rumah Sakit Bahagia?" Petugas polisi itu tertawa setelah mendengarnya, lalu menyahut, "Kalau begitu, kamu pergi ke tempa

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 5

    Atas isyarat dari dokter, perawat mengambil janin itu lagi.Janinnya berumur dua bulan dan sudah berbentuk mirip seperti manusia.Ia meringkuk di sana dengan tenang.Anakku.Inilah anak yang kutunggu-tunggu selama tujuh tahun.Aku menangis tersedu-sedu sejenak.Dokter menghiburku dengan berkata bahwa aku akan memilikinya lagi suatu hari nanti.Aku ingin menyimpan janin itu, tetapi dokter mengatakan bahwa itu adalah limbah medis dan tidak bisa dibawa pulang.Sampai pada akhirnya aku keluar dari ruang operasi dan melihat ayahku.Setelah memberitahunya tentang hal itu ....Ayahku memberi tahu dokter bahwa itu adalah barang bukti, dokter pun memberikannya kepada kami.Aku bertanya kepada ayahku, "Di mana Ibu? Bagaimana keadaannya?""Ibumu baik-baik saja, cuma sedikit terluka di bagian luar. Dia pingsan karena tekanan darah tinggi," jawab ayahku. Ayahku tampak menua beberapa tahun. Dia tersenyum padaku dan menyuruhku untuk menjaga diriku sendiri, "Tunggu kamu agak membaik, aku akan menganta

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 4

    Pengeras suara ponsel Ravel dinyalakan, jadi aku juga mendengar kalimat ini.Aku melihat Ravel berdiri di sana, memegang ponselnya sambil tercengang.Wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan."Bagaimana mungkin?"Darah yang mengalir di bawah tubuhku makin deras.Aku merasa bahwa anak yang susah payah aku dapatkan ini, perlahan-lahan mulai meninggalkanku.Aku merasa sangat sedih.Jika panggilan telepon ini datang satu menit lebih awal, apakah anakku bisa diselamatkan?Namun, meski demikian, Ravel masih tidak percaya bahwa anak ini adalah anaknya.Dia berlutut, menjambak rambutku dengan tangannya, memaksaku untuk mendongak."Clara, apa yang kamu berikan pada orang-orang di Pusat Tes DNA, sampai mereka membantumu untuk berbohong padaku?"Aku tersenyum sedih seraya menjawab, "Ravel, apa menurutmu aku semampu itu? Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengujinya sendiri lagi."Saat dia hendak mengatakan sesuatu, sekelompok orang bergegas masuk ke rumahku.Orang pertama yang bergegas masuk ad

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 3

    Cambuk itu menimpa ibuku, tapi ibuku tidak kelihatan kesakitan.Dia berbalik, lalu menatap langsung ke arah Ravel."Ravel, kamu benar-benar salah paham kepada Clara. Jangan pukul dia. Sekarang duduk dan bicarakan dengan baik-baik. Kalau kamu terus seperti ini, kamu pasti akan menyesalinya.""Menyesal? Aku menyesal nggak memukulnya lebih awal. Seharusnya aku menamparnya saat melihat hasil tes kehamilannya.""Tua bangka, kamu pikir kamu bisa melindunginya? Kamu selalu memintaku untuk melepaskannya. Kenapa kamu nggak mengajari putrimu menjadi seorang wanita yang benar?""Hari ini aku akan menegakkan keadilan dan juga akan menghabisimu."Ravel mengangkat tangannya, lalu mencambuk beberapa kali lagi.Ibuku takut aku akan terluka.Jadi, dia maju seraya memelukku erat-erat.Dia menahan cambuk itu dengan sekuat tenaga.Saat mendengar teriakan kesakitan ibuku, seluruh hatiku terkoyak.Demi melindungi ibuku, aku rela mengorbankan martabatku.Aku memohon pada Ravel dengan putus asa."Berhenti mem

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 2

    Aku mengangkat ponsel Ravel, lalu segera melihatnya.Layarnya menunjukkan riwayat obrolan antara Ravel dan istrinya Edo.Edo Tanjaya adalah teman kuliah Ravel.Aku sudah pernah bertemu dengan istri Edo beberapa kali. Kami juga bisa dianggap sebagai teman.Dalam riwayat obrolan tersebut, istri Edo memberi tahu Ravel bahwa aku dan Edo sudah berselingkuh.Ravel awalnya tidak percaya, sampai istri Edo mengirimkan sebuah foto.Foto sebuah pakaian dalam yang seksi.Aku sangat tidak asing dengan pakaian dalam tersebut. Aku pernah memakainya pada malam sebelum Ravel melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.Aku pikir ini mungkin kesalahpahaman.Aku segera menjelaskan padanya, "Ravel, ini bukan pakaian dalamku."Saat mendengar ini, Ravel menjadi makin geram.Dia mendekat, mengambil ponsel itu, lalu mengetuk dua kali di layarnya.Kemudian, Ravel menjambak rambutku dan menempelkan ponsel itu langsung ke mataku."Sialan, perhatikan baik-baik. Kalau ini bukan punyamu, lalu punya siapa?"Terlihat ad

  • Kesalahpahaman yang Berujung Kehilangan Anakku   Bab 1

    Pada tahun ketujuh pernikahan kami, Ravel Yanuar, suamiku dan aku akhirnya dikaruniai anak pertama kami.Ketika aku memberi tahu tes kehamilan dengan senang hati padanya, dia mengerutkan kening sambil bertanya kepadaku ...."Anak siapa ini?"Aku menjawab sambil tertegun, "Tentu saja anakmu.""Kita sudah menikah selama tujuh tahun dan belum dikaruniai anak juga. Saat aku bekerja ke luar kota selama dua bulan, kamu tiba-tiba hamil. Kamu pasti bohong, 'kan?"Saat aku mendengar kalimat ini, hatiku langsung terkesiap.Anak ini sudah berumur dua bulan. Bagaimana mungkin tidak sesuai dengan waktunya?Ibu mertuaku tertawa sinis di sebelah sambil menyahut, "Aku bertanya-tanya kenapa kamu sering keluar malam. Ternyata kamu pergi mencari pria lain."Aku sering keluar pada malam hari karena aku bekerja lembur.Aku pun dibuat menangis karena kesal oleh pasangan ibu dan anak itu.Akhirnya aku menyahut keras, "Kalau kamu nggak percaya, kita lakukan tes DNA saja!"Tanpa diduga, Ravel langsung menyetuj

DMCA.com Protection Status