Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 108. Candramaya Bangun

Share

108. Candramaya Bangun

last update Last Updated: 2025-01-03 23:59:28
Darma merasakan hatinya begitu sakit dan sesak, dia langsung memeluk tubuh dingin Indrayana lalu berbisik, "Dia akan bangun, Nak. Sadarlah! Jangan seperti ini."

Ranu Baya mengepalkan kedua tangannya, dia berusaha bersikap tenang dan menghibur putranya, "Dia hanya pingsan, dia akan bangun, Nak."

Indrayana menurut untuk pergi bersama Darma dan Ki Sentot. Mereka menuju sungai untuk menemani Indrayana mandi.

Tepat si saat Indrayana pergi untuk membersihkan diri, muncul dua orang tamu.

"Ketua ... Tuan Seno Aji dan Tuan Kebo Ireng datang," ujar Brama, salah satu paman Indrayana.

Ranu Baya mengernyit lalu meminta Cempaka untuk mengurus Candramaya. "Kamu urus Candramaya, Paman ada tamu," ujarnya.

Cempaka mengangguk, dia meminumkan ramuan itu dan memberikan salep pada bekas memar yang ada di tubuh gadis itu. Sedangkan untuk memar yang lumayan parah di perut Candramaya telah menghilang karena Ranu Baya menggunakan Ajian Aksamala.

"Kalian? Selarut ini. Ada apa?" tanya Ranu Baya yang merasa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   109. Kemalangan Candramaya

    Indrayana kaget lalu tangannya menarik kedua tangan Candramaya dan mencoba menjauhkan dari perutnya. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan cemas.Gadis itu meremas perutnya sendiri dan meringkuk. Wajahnya pucat pasi dengan alis tertekuk ke bawah. Dia terus merintih, "Pe-perutku sakittt!"Cempaka berdiri tertegun dengan wajah pucat, "Aku akan memanggil Paman." Gadis itu baru mau keluar kamar. Ranu Baya, Seno Aji dan Kebo Ireng sudah berada di ambang pintu. Mereka yang sedang duduk di ruang tamu mendengar suara rintihan Candramaya. Jadi mereka bergegas untuk memeriksa."Romo!" Indrayana memekik."Memang harus di keluarkan semua, jika tidak gadis itu bisa mati," ujar Ranu Baya panik. Dia mendekat keranjang. "Tutup pintunya!" titahnya.Seno Aji dan Kebo Ireng paham dan mereka keluar dan menutup pintu.Samar-samar dia mendengar apa yang di katakan mertuanya, "Apa yang harus dikeluarkan?" batin Candramaya. Dahinya telah berkeringat dingin, tenggorokannya juga terasa kering."Cempaka pega

    Last Updated : 2025-01-04
  • Keris Darah Candramaya   110. Gadis Pembawa Sial

    Candramaya mengedarkan pandangan dan tidak ada siapa pun di ruang tamu, semua kamar juga tertutup. Mungkin mereka sudah tidur karena hari memang sudah larut malam. Tapi pandangannya tertuju pada pintu utama yang sedikit terbuka. Dia berjalan mendekati pintu itu, samar-samar dia mendengar sebuah tangisan yang terdengar pilu. Dan suara itu tidak asing di telinganya. Semakin lama semakin jelas. Candramaya membuka sedikit pintu dan mengintip dari dalam. Mungkin terlihat tidak sopan, hanya saja dia sangat penasaran. Di teras depan rumah begitu terang dengan cahaya obor. Terlihat Ranu Baya berdiri, pandangannya lurus ke depan, tubuhnya terlihat dari samping. Dan ada sosok yang sedang bersimpuh di kakinya dan sedang menangis, dia adalah Indrayana. "Romoo ... to-tolong hidupkan kembali calon anak kamiii!" pinta Indrayana dengan suara terdengar parau. Deg!! Jantung Candramaya bergemuruh dan tenggorokannya terasa tercekat, dia dengar Indrayana mengatakan, 'Calon anak kami!' Walaup

    Last Updated : 2025-01-04
  • Keris Darah Candramaya   111. Pertemuan Dengan Bima Reksa

    Di Desa Pinus.Di pagi hari, Wismaya mengetuk pintu. Dia tidur larut malam. Entah mengapa perasaannya tidak enak dan merasa gelisah tanpa alasan.Tok! Tok!Berulang kali namun tidak ada jawaban. Justru pintu kamar sebelah yang terbuka, seorang gadis yang begitu lembut keluar dari kamar."Mereka tidak pulang, Tuan," ujar Kumala dengan lembut. Wajahnya tampak lesu dan kantung matanya menghitam, sepertinya dia tidak tidur sepanjang malam. "Baiklah kalau begitu," ujar Wismaya, acuh tak acuh. "Kalau begitu kita bersiap, kami akan mengantarmu pulang." "Mungkin lebih baik jika Candramaya tidak ikut, lagian dia bersama Indrayana. Mereka pasti baik-baik saja."Kumala tersenyum, tapi sebenarnya dia tidak rela untuk kembali pulang sebelum merebut Indrayana dari gadis angkuh itu. Gadis itu meremas kedua tangannya, dia bingung alasan apa yang akan dia katakan pada kakeknya nanti saat di rumah.Mereka akhirnya berpamitan dengan Wirata. Keempat orang itu pergi menuju desa kuningan dengan menaiki k

    Last Updated : 2025-01-05
  • Keris Darah Candramaya   112. Pangeran Kita Semua

    Wismaya tertawa mencibir, "Kamu memang sangat setia pada rajamu! Tapi kamu telah menghianati Rakyat Harsa Loka."Bima Reksa merasa tersinggung, walaupun yang dikatakan oleh Wismaya memang benar. Makanya dia hanya diam sambil mengatupkan rahangnya."Sampai kapan Tuan akan terus dimanfaatkan oleh Adi Wijaya? Sampai negeri ini hancur!" ujar Aji Suteja geram. Pria tua ini bebal dan bodoh.Bima Reksa mengerjab-erjabkan matanya yang terasa panas, dia menghela nafas panjang, "Kalian datang kemari karena ingin balas dendamkan? Kalau begitu tunaikan hasrat kalian. Asalkan lepaskan cucuku dan desa ini," pintanya dengan kepala menunduk. Pria itu akan menyerah, lagian dia sudah terlalu lama hidup.Orang sesabar dan setenang Wismaya saja bisa terpancing emosinya. Tapi sekuat tenaga dia tetap harus tenang. Orang tua di hadapannya adalah pelaku sekaligus saksi yang penting. "Apa kamu tidak ingin membersihkan namamu?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.Wajah Bima Reksa terangkat, tatapan ma

    Last Updated : 2025-01-06
  • Keris Darah Candramaya   113. Siasat Licik Kumala

    Di saat Kumala sedang asyik dengan khayalannya, pintu itu terbuka. Tubuhnya akhirnya terdorong dan jatuh. Gadis itu mendongak, wajahnya menegang. Sorot mata tajam dan wajah yang begitu manis menatapnya dengan jijik. Gadis itu menelan salivanya dengan kasar, "Tu-tuan!"Danumaya mendengkus kesal, tatapannya acuh tak acuh. "Dari pada sibuk menguping di sini! Lebih baik suguhkan minuman untuk tamumu," ujarnya dingin dan galak.Kumala mengangguk dengan cepat dan langsung berlari ke dalam. Danumaya mendengkus, "Dasar wanita pembawa bencana!" gumamnya.Danumaya kembali duduk bersama orang tua, dia diam dan merenung. "Candramaya pasti tidak tahu jati diri pemuda itu. Haruskah aku memberitahunya? Tapi rasanya tidak perlu. Jati dirinya sebentar lagi pasti terungkap," batinnya.Saking larutnya Danumaya dalam lamunannya, dia bahkan tidak sadar saat Kumala menghidangkan minuman dan kudapan. Kumala menaruh gelas dengan tangan gemetar, dia kira Danumaya sedang menatapnya dengan tajam. Jadi saat Ku

    Last Updated : 2025-01-06
  • Keris Darah Candramaya   115. Ceria dan hangat

    Wajah Kumala terlihat kejam dan sorot matanya begitu dingin. Tapi saat kereta kuda itu berhenti di depan rumah besar itu. Wajahnya berubah lembut dan sorot matanya tampak bersinar. Sekian banyak orang-orang yang berkumpul di depan rumah, ada satu yang menarik perhatian yaitu sosok Arya Balaaditya. Wajahnya mungkin sudah tua dan berkeriput tapi jejak ketampanannya masih ada.Danumaya langsung mengenalinya karena pria itu wajahnya sangat mirip dengan Indrayana. Sedangkan Indrayana tidak ada diantara kerumunan itu hanya ada Candramaya yang duduk di samping seorang gadis yang jauh lebih tua darinya."Adik ... " panggil Danumaya. Pemuda itu berjalan mendekatinya dengan suka cita. Hanya saja seperti biasa, gadis itu tidak menunjukan ekspresi apapun. Datar dan dingin.Kumala berjalan dengan malu-malu, dia menyapa Candramaya, "Candramaya ... "Candramaya hanya diam, dia bahkan membuang muka. Dia muak dengan gadis itu.Cempaka merasa tidak enak, namun dia juga tidak bisa menegur Candramaya. D

    Last Updated : 2025-01-06
  • Keris Darah Candramaya   1. Malam berdarah

    Brak!!!Suara pintu terdobrak paksa, membuat Candramaya kecil langsung loncat ke dalam pangkuan Ibunya. Wanita berusia 27 tahun yang duduk di sisi ranjang dengan perasaan was-was. Padmasari mendekap tubuh munyil putrinya yang menggigil ketakutan. Tangannya mengelus pucuk surai Candramaya menyalurkan rasa aman dan nyaman. Padmasari menatap suaminya dengan cemas. Dia sedang berdiri di depan pintu kamar, sambil memegang pedang yang masih di dalam sarungnya.Terdengar suara rintik hujan yang mulai terdengar deras begitu juga dengan suara gaduh pertaruangan. "Menyingkir! Kalian bukan tandinganku!""Dasar pengacau! Serang!"Cuaca malam itu sangat buruk. Menciptakan suasana mencengkam, seiring dengan suara eraman dan teriakkan. Damarjati menoleh ke arah istrinya yang sedang memeluk putri semata wayangnya. Tatapannya dalam dan lekat, begitu juga perasaannya yang berkecambuk. Setelah menyaksikan para pengawalnya yang sedang bertarung dengan penyusup mulai terlihat kewalahan.Candramaya kec

    Last Updated : 2024-02-20
  • Keris Darah Candramaya   2. Lebih Baik Menjadi Bangkai

    "Akhh!"Damarjati meringis, dia menekan dadanya yang terasa remuk dan terbakar. Ajian pria itu tidak asing di mata Damarjati. Saat mengingatnya mata Damarjati membulat, dia bergumam, "Ajian Tapak Geni!"Padmasari berlari untuk menghampiri suaminya yang duduk terkulai di lantai. Tubuhnya menunduk meraih tubuh suaminya yang terlihat lemah.Wajah Padmasari pucat saat melihat bekas telapak tangan berwarna hitam pada kain yang Damarjati kenakan. Dan buru-buru menyibak kain yang menutup dada suaminya.Mata Padmasari memerah dan berair, dia sangat sedih saat melihat dada suaminya yang terkena pukulan berwarna merah kehitaman seperti daging gosong. Dengan bibir yang bergetar dia berkata, "Ini Ajian Tapak Geni, kang mas!" Ucapnya."Hosh! Hosh!" Nafas Damarjati terdengar berat. "Kau benar!" Padmasari sadar, pria ini bukan tandingannya ataupun suaminya. Namun Padmasari ataupun Damarjati tidak akan pernah tunduk kepada calon raja yang gemar dengan selangkangan wanita. Pria bengis itu terlihat

    Last Updated : 2024-02-22

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   115. Ceria dan hangat

    Wajah Kumala terlihat kejam dan sorot matanya begitu dingin. Tapi saat kereta kuda itu berhenti di depan rumah besar itu. Wajahnya berubah lembut dan sorot matanya tampak bersinar. Sekian banyak orang-orang yang berkumpul di depan rumah, ada satu yang menarik perhatian yaitu sosok Arya Balaaditya. Wajahnya mungkin sudah tua dan berkeriput tapi jejak ketampanannya masih ada.Danumaya langsung mengenalinya karena pria itu wajahnya sangat mirip dengan Indrayana. Sedangkan Indrayana tidak ada diantara kerumunan itu hanya ada Candramaya yang duduk di samping seorang gadis yang jauh lebih tua darinya."Adik ... " panggil Danumaya. Pemuda itu berjalan mendekatinya dengan suka cita. Hanya saja seperti biasa, gadis itu tidak menunjukan ekspresi apapun. Datar dan dingin.Kumala berjalan dengan malu-malu, dia menyapa Candramaya, "Candramaya ... "Candramaya hanya diam, dia bahkan membuang muka. Dia muak dengan gadis itu.Cempaka merasa tidak enak, namun dia juga tidak bisa menegur Candramaya. D

  • Keris Darah Candramaya   113. Siasat Licik Kumala

    Di saat Kumala sedang asyik dengan khayalannya, pintu itu terbuka. Tubuhnya akhirnya terdorong dan jatuh. Gadis itu mendongak, wajahnya menegang. Sorot mata tajam dan wajah yang begitu manis menatapnya dengan jijik. Gadis itu menelan salivanya dengan kasar, "Tu-tuan!"Danumaya mendengkus kesal, tatapannya acuh tak acuh. "Dari pada sibuk menguping di sini! Lebih baik suguhkan minuman untuk tamumu," ujarnya dingin dan galak.Kumala mengangguk dengan cepat dan langsung berlari ke dalam. Danumaya mendengkus, "Dasar wanita pembawa bencana!" gumamnya.Danumaya kembali duduk bersama orang tua, dia diam dan merenung. "Candramaya pasti tidak tahu jati diri pemuda itu. Haruskah aku memberitahunya? Tapi rasanya tidak perlu. Jati dirinya sebentar lagi pasti terungkap," batinnya.Saking larutnya Danumaya dalam lamunannya, dia bahkan tidak sadar saat Kumala menghidangkan minuman dan kudapan. Kumala menaruh gelas dengan tangan gemetar, dia kira Danumaya sedang menatapnya dengan tajam. Jadi saat Ku

  • Keris Darah Candramaya   112. Pangeran Kita Semua

    Wismaya tertawa mencibir, "Kamu memang sangat setia pada rajamu! Tapi kamu telah menghianati Rakyat Harsa Loka."Bima Reksa merasa tersinggung, walaupun yang dikatakan oleh Wismaya memang benar. Makanya dia hanya diam sambil mengatupkan rahangnya."Sampai kapan Tuan akan terus dimanfaatkan oleh Adi Wijaya? Sampai negeri ini hancur!" ujar Aji Suteja geram. Pria tua ini bebal dan bodoh.Bima Reksa mengerjab-erjabkan matanya yang terasa panas, dia menghela nafas panjang, "Kalian datang kemari karena ingin balas dendamkan? Kalau begitu tunaikan hasrat kalian. Asalkan lepaskan cucuku dan desa ini," pintanya dengan kepala menunduk. Pria itu akan menyerah, lagian dia sudah terlalu lama hidup.Orang sesabar dan setenang Wismaya saja bisa terpancing emosinya. Tapi sekuat tenaga dia tetap harus tenang. Orang tua di hadapannya adalah pelaku sekaligus saksi yang penting. "Apa kamu tidak ingin membersihkan namamu?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.Wajah Bima Reksa terangkat, tatapan ma

  • Keris Darah Candramaya   111. Pertemuan Dengan Bima Reksa

    Di Desa Pinus.Di pagi hari, Wismaya mengetuk pintu. Dia tidur larut malam. Entah mengapa perasaannya tidak enak dan merasa gelisah tanpa alasan.Tok! Tok!Berulang kali namun tidak ada jawaban. Justru pintu kamar sebelah yang terbuka, seorang gadis yang begitu lembut keluar dari kamar."Mereka tidak pulang, Tuan," ujar Kumala dengan lembut. Wajahnya tampak lesu dan kantung matanya menghitam, sepertinya dia tidak tidur sepanjang malam. "Baiklah kalau begitu," ujar Wismaya, acuh tak acuh. "Kalau begitu kita bersiap, kami akan mengantarmu pulang." "Mungkin lebih baik jika Candramaya tidak ikut, lagian dia bersama Indrayana. Mereka pasti baik-baik saja."Kumala tersenyum, tapi sebenarnya dia tidak rela untuk kembali pulang sebelum merebut Indrayana dari gadis angkuh itu. Gadis itu meremas kedua tangannya, dia bingung alasan apa yang akan dia katakan pada kakeknya nanti saat di rumah.Mereka akhirnya berpamitan dengan Wirata. Keempat orang itu pergi menuju desa kuningan dengan menaiki k

  • Keris Darah Candramaya   110. Gadis Pembawa Sial

    Candramaya mengedarkan pandangan dan tidak ada siapa pun di ruang tamu, semua kamar juga tertutup. Mungkin mereka sudah tidur karena hari memang sudah larut malam. Tapi pandangannya tertuju pada pintu utama yang sedikit terbuka. Dia berjalan mendekati pintu itu, samar-samar dia mendengar sebuah tangisan yang terdengar pilu. Dan suara itu tidak asing di telinganya. Semakin lama semakin jelas. Candramaya membuka sedikit pintu dan mengintip dari dalam. Mungkin terlihat tidak sopan, hanya saja dia sangat penasaran. Di teras depan rumah begitu terang dengan cahaya obor. Terlihat Ranu Baya berdiri, pandangannya lurus ke depan, tubuhnya terlihat dari samping. Dan ada sosok yang sedang bersimpuh di kakinya dan sedang menangis, dia adalah Indrayana. "Romoo ... to-tolong hidupkan kembali calon anak kamiii!" pinta Indrayana dengan suara terdengar parau. Deg!! Jantung Candramaya bergemuruh dan tenggorokannya terasa tercekat, dia dengar Indrayana mengatakan, 'Calon anak kami!' Walaup

  • Keris Darah Candramaya   109. Kemalangan Candramaya

    Indrayana kaget lalu tangannya menarik kedua tangan Candramaya dan mencoba menjauhkan dari perutnya. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan cemas.Gadis itu meremas perutnya sendiri dan meringkuk. Wajahnya pucat pasi dengan alis tertekuk ke bawah. Dia terus merintih, "Pe-perutku sakittt!"Cempaka berdiri tertegun dengan wajah pucat, "Aku akan memanggil Paman." Gadis itu baru mau keluar kamar. Ranu Baya, Seno Aji dan Kebo Ireng sudah berada di ambang pintu. Mereka yang sedang duduk di ruang tamu mendengar suara rintihan Candramaya. Jadi mereka bergegas untuk memeriksa."Romo!" Indrayana memekik."Memang harus di keluarkan semua, jika tidak gadis itu bisa mati," ujar Ranu Baya panik. Dia mendekat keranjang. "Tutup pintunya!" titahnya.Seno Aji dan Kebo Ireng paham dan mereka keluar dan menutup pintu.Samar-samar dia mendengar apa yang di katakan mertuanya, "Apa yang harus dikeluarkan?" batin Candramaya. Dahinya telah berkeringat dingin, tenggorokannya juga terasa kering."Cempaka pega

  • Keris Darah Candramaya   108. Candramaya Bangun

    Darma merasakan hatinya begitu sakit dan sesak, dia langsung memeluk tubuh dingin Indrayana lalu berbisik, "Dia akan bangun, Nak. Sadarlah! Jangan seperti ini." Ranu Baya mengepalkan kedua tangannya, dia berusaha bersikap tenang dan menghibur putranya, "Dia hanya pingsan, dia akan bangun, Nak." Indrayana menurut untuk pergi bersama Darma dan Ki Sentot. Mereka menuju sungai untuk menemani Indrayana mandi. Tepat si saat Indrayana pergi untuk membersihkan diri, muncul dua orang tamu. "Ketua ... Tuan Seno Aji dan Tuan Kebo Ireng datang," ujar Brama, salah satu paman Indrayana. Ranu Baya mengernyit lalu meminta Cempaka untuk mengurus Candramaya. "Kamu urus Candramaya, Paman ada tamu," ujarnya. Cempaka mengangguk, dia meminumkan ramuan itu dan memberikan salep pada bekas memar yang ada di tubuh gadis itu. Sedangkan untuk memar yang lumayan parah di perut Candramaya telah menghilang karena Ranu Baya menggunakan Ajian Aksamala. "Kalian? Selarut ini. Ada apa?" tanya Ranu Baya yang merasa

  • Keris Darah Candramaya   107. Anak Itik Yang Kehilangan Induknya

    Indrayana memang berlari, tapi tidak di atas tanah. Pemuda itu lari di atas dahan-dahan pohon dengan begitu cepat. Bahkan dalam sekejap sosok itu telah menghilang dalam gelapnya hutan.Kebo Ireng menelan salivanya dengan susah payah lalu berkata, "Dia juga punya ilmu meringankan tubuh."Seno Aji pun sama syoknya, "Ayo kita susul sebelum hari semakin larut," pungkasnya sambil menepuk pundak Kebo Ireng.Mereka berdua menuju kudanya dan kembali melanjutkan perjalanan. Pada akhirnya yang menyelamatkan mereka adalah sosok yang selama ini mereka ragukan.***Di Tanah Para Dewa.Indrayana telah melewati dinding gaib. Dari Kejauhan rumahnya tampak terang benderang. Satu-satunya rumah di tempat itu. Besar dan mempunyai banyak kamar. Semua orang yang tinggal di Tanah Para Dewa hidup satu atap layaknya satu keluarga besar.Obor-obor telah di nyalakan di sepanjang jalan dari dinding gaib hingga menuju rumahnya. Dia semakin mempercepat langkahnya. Pemuda itu berjalan di jalan yang sekelilingnya di

  • Keris Darah Candramaya   106. Senja Berdarah

    Kebo Ireng dan Seno Aji mengangguk. Kebo Ireng menopang tubuh lemah gadis itu. Sedangkan Seno Aji, dia berniat membantu Indrayana. Namun tiba-tiba Indrayana menarik tali di pinggangnya dan menghantamkannya ke sebuah pohon. Duarr!!! Seno Aji dan Kebo Ireng terlonjak kaget, mata mereka melebar. Hanya satu kali ayuan? Pohon besar itu hancur. Seno Aji Akhirnya mengurunkan niatnya. Tanpa sadar Barja melangkah mundur, dia bergidig ngeri. Hanya saja dia menganggap dirinya kekal dan tidak bisa mati, karena memiliki Ajian Rawa Rontek. Pria itu kembali tegak dengan dagu terangkat. Sangat jumawa. Indrayana berjalan maju sambil menyeret cemetinya. "Apakah itu ikat pinggang?" tanya Kebo Ireng, mengerjab-erjabkan matanya. Candramaya menyeringai, "Heh! Riwayatnya telah berakhir," ujarnya lirih. "Kamu melakukan kesalahan dengan menyakiti istriku!" Indrayana mengeram dengan gigi bekertak. Mata elangnya menghunus tajam. Barja menyeringai, dia tertawa terbahak-bahak, "Jadi gadis itu istrimu? Ta

DMCA.com Protection Status