Home / Rumah Tangga / Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali / 72. Apakah Saatnya Membuka Hati?

Share

72. Apakah Saatnya Membuka Hati?

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2025-03-20 19:59:01

Ranaya melirik ke arah dapur di mana Rio tengah sibuk meracik minuman. Laki-laki itu berdiri dengan lengan baju tergulung, menuangkan cokelat panas ke dalam empat cangkir dan sesekali berbincang seru bersama Ida.

Sementara itu, di meja ruang tamu, Radeva menggambar dengan dahi terlipat serius. Bahkan bocah tersebut tanpa sadar memanyunkan bibir. Tangan kecilnya menekan krayon biru ke kertas seakan itu adalah proyek terpenting dalam hidupnya.

“Aku jadi lobot es yang bisa ngelualin badai salju!” seru Radeva antusias sembari mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.

Ranaya tersenyum kecil, lalu kembali menatap Rio yang kini berjalan ke arahnya dengan membawa nampan berisi cokelat panas.

"Nih, buat ibu bos dan anak bos kecil," ujar Rio dengan nada bercanda sambil menyerahkan satu cangkir ke Ranaya dan satu ke Radeva.

Ranaya menerimanya dengan anggukan. Tetapi, tangannya justru tak sengaja menyentuh jari Rio. Seketika ia menarik tangannya cepat-cepat, dan mulai termenung. Lagi-lagi tidak a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   73. Giliran Mayang Beraksi

    Pandangan Sagara langsung memaku. Tangannya buru-buru menyambar amplop putih tersebut. Sebelum membukanya, ia melemparkan tatapan menghunjam penuh ketidakpercayaan pada Sherly.Sagara lalu mengeluarkan sebuah hasil USG dari amplop putih tersebut. Seketika matanya melebar.Sherly mengamati bagaimana reaksi pria itu dan menyunggingkan senyum kecil yang penuh kemenangan. Kedua alisnya terangkat."Gimana, Sayang? Kamu masih nggak percaya?" kejarnya.Alih-alih langsung menyahut pertanyaan Sherly, Sagara justru meremas perlahan amplop itu dengan ekspresi sulit ditebak. Jantungnya berdetak kencang.Netra Sagara tampak menerawang. Namun, sejujurnya kini otaknya sedang berputar lebih cepat.Sherly menatapnya lekat-lekat. Senyum puas masih bertengger di bibirnya. Pasalnya ia sudah berhasil memalsukan hasil USG itu, lebih tepatnya menukar dengan milik orang lain sebab ada salah satu temannya yang kebetulan menjadi dokter baru-baru ini.Berkat rayuan dan tipu daya Sherly, akhirnya dokter tersebut

    Last Updated : 2025-03-21
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   74. Sebuah Pesan yang Dihindari Ranaya

    Tantri bergerak hendak mengejar sosok yang baru saja berbalik pergi, tapi tangannya dicekal oleh Mayang.“Siapa sih?” Mayang bertanya heran, matanya mengikuti arah pandang Tantri.Tantri menggigit bibir ragu. Sejenak matanya menyapu pemandangan di sekitarnya. Sebagian pengunjung pasar menoleh ke arah Tantri dan terheran-heran. Ia bahkan harus merelakan kepergian Ida yang tampak semakin cepat mengayunkan langkah.“Ida,” lirih Tantri akhirnya. “Besanku dulu itu, lo.”Mayang mengangkat alis, lalu melirik sekilas ke arah yang dimaksud. Ia kemudian tertawa kecil dan menepuk lengan Tantri pelan.“Masa, sih? Mungkin kamu salah lihat kali. Udah lama banget, kan? Lagipula, apa urusan dia masih di sini?”Tantri menatap Mayang, lantas kembali melirik ke arah wanita yang ia duga sebagai Ida. Ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Tadi, perempuan itu menggandeng bocah laki-laki. Siapa ya anak itu?Di sisi lain, ketika Tantri sudah tak menatap ke arahnya, Radeva yang berjalan cepat mengikuti

    Last Updated : 2025-03-21
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   75. Rio Bukan Papa Radeva

    Di dalam mobil yang melaju tenang, Sagara melirik bocah di sebelahnya yang tengah bersenandung pelan. Ada kehangatan aneh yang merayap di dadanya. Sesuatu yang entah kenapa sulit ia jelaskan."Deva, habis ini mau ke mana?" tanya Sagara berusaha mengalihkan pikirannya.Radeva sontak menoleh. Sepasang matanya yang bulat dan jernih berbinar. “Telselah Om. Depa ke mana-mana mau, kok,” ungkapnya.“Hmm ….” Sagara berpikir sejenak selagi menyetir. “Kalau makan mau, kan?”"Mau dong! Depa juga sedikit lapel sekalang." Radeva mengaku dengan polosnya.Seketika Sagara tergelak menyaksikan tingkah anak kecil itu. Kepalanya manggut-manggut mengerti."Nah, pas banget. Om tahu tempat makan ayam goreng terenak di sini."Tak butuh waktu lama, mobil mereka berhenti di sebuah restoran yang tampak cukup ramai. Begitu Sagara keluar, ia segera bergerak ke sisi lain mobil untuk membantu Radeva. Tapi sebelum sempat membukakan pintu, bocah itu sudah lebih dulu menarik tuasnya dan turun dengan antusias.Sayangn

    Last Updated : 2025-03-22
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   76. Dusta yang Terkuak

    Sherly masih tertawa kecil saat Sagara menghampirinya. Tawa yang sejak tadi mengisi ruang kantor itu kini menggantung di bibirnya.“Mau ngomong apa?” Alis Sherly saling tertaut.Sagara melirik arlojinya sekilas, lalu dengan nada datar ia berkata, "Aku harus menemui klien sebentar. Cepat siap-siap dan ikut aku."Sherly berkedip beberapa kali, lalu tersenyum ceria. "Oke, tunggu sebentar."Ia lalu berpamitan pada rekan-rekannya, melambai dengan riang sebelum menyusul Sagara yang telah lebih dulu berjalan menuju lift. Sagara tidak banyak bicara, tetapi sorot matanya yang tajam menandakan bahwa ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.Tanpa diketahui Sherly, Sagara mengulum senyum tipis.Begitu mereka memasuki mobil, Sherly segera bersiap. Laptop, buku catatan, dan alat tulis sudah di tangannya, seperti biasa saat ia menemani atasannya bertemu klien. Ia duduk manis di samping Sagara, sesekali melirik ke arah pria itu.“Kamu tadi ke mana aja? Kok lama, Sayang?” tanya perempuan tersebut.Dengan

    Last Updated : 2025-03-22
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   77. Mengejar yang Telah Terbuang

    Sagara hampir saja berlari mengejar Ranaya saat tangannya kembali direnggut. Sherly menariknya dengan erat, seakan tidak ingin kehilangan."Jangan pergi!" Sherly berkata dengan suara bergetar. Matanya memohon. "Aku nggak akan biarkan kamu jatuh cinta lagi sama perempuan itu!"Sagara menatapnya dengan jijik. "Lepasin, Sher!"Ia berusaha untuk melepaskan lengannya dari rengkuhan tangan Sherly. Namun, usahanya tampak sia-sia. Perempuan itu sekarang terlalu obsesi dengan dirinya."Nggak!" Sherly mencengkeram lebih erat. "Lagian mana mungkin sih kamu mau mengejar sesuatu yang udah kamu buang?!"Kata-kata itu menusuk telak. Sagara mengatupkan rahang, dadanya terasa sesak. Ia tahu Sherly sengaja menusuk titik lemahnya, titik di mana ia mengalami penyesalan terberat yang menghantuinya selama beberapa tahun terakhir."Dasar gila!" desis Sagara dengan dingin. Tanpa ragu, ia menepis tangan Sherly hingga perempuan itu terhuyung ke belakang. Tak peduli lagi dengan jeritan terkejut Sherly, ia berla

    Last Updated : 2025-03-23
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   78. Keinginan Bunuh Diri

    Lidah Tantri kelu. Tenggorokannya tercekat, sementara dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana harus bersikap. Di satu sisi hatinya dipenuhi kekecewaan yang begitu dalam, tetapi di sisi lain, ia juga tidak tega melihat Mayang menangis tersedu di bahunya.Mayang mencengkeram lengan Tantri erat-erat seolah tidak ingin melepaskannya. Tangisannya semakin keras. Bahu wanita itu bergetar hebat.“Tolong, Tantri! Aku mohon … aku mohon .…” Suara Mayang lirih. Nyaris tertelan oleh isakannya sendiri.Tantri memejamkan mata sejenak, mencoba meredam emosi. Ini semua keterlaluan! Bagaimana mungkin Sherly tega berbohong hanya demi menikahi Sagara? Apa yang ada di kepala anak itu memangnya?Tiba-tiba suara langkah kaki mendekat dari belakang. Tantri membuka mata, lantas menoleh pelan.“Ada apa ini?”Suara berat dan berwibawa itu membuat ruangan terasa semakin sunyi. Harto berdiri di ambang pintu, mengenakan kaus polo dan celana santai. Tangannya baru saja selesai menyelipk

    Last Updated : 2025-03-23
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   79. Kerinduan Tantri

    "Tapi, Ran … jangan bilang ini anakmu?"Suasana pasar yang riuh tak mampu meredam degup jantung Ranaya yang tiba-tiba berpacu kencang. Napasnya seperti tersekat di tenggorokan saat mendengar suara lembut, namun sarat ketegangan dari Tantri.Radeva, bocah kecil berusia lima tahun itu, menoleh dengan polos ke arah Tantri. Matanya yang jernih seperti memindai sosok wanita yang baru saja memanggil ibunya. Ia tentu saja tahu kalau dirinya sedang dibicarakan oleh wanita asing itu."Iya, Ma. Ini anakku," aku Ranaya dengan suara sedikit bergetar.Ranaya mengeratkan genggaman tangannya pada Radeva, menarik anak itu sedikit lebih dekat ke tubuhnya. Sejujurnya dari tadi pikirannya berpacu untuk mencari kata-kata yang tepat. Namun, akhirnya ia memilih untuk menghadapi kenyataan saja.Tantri tampak mengernyit selama memandangi bocah kecil di gandengan Ranaya. Raut wajahnya jelas menyiratkan ketidaksukaan. Tatapannya lalu beralih kepada Ranaya dan menggeleng pelan."Nggak mungkin," ucapnya setengah

    Last Updated : 2025-03-24
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   80. Sagara dalam Sosok yang Tersembunyi

    Sagara mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras, urat-urat di lehernya menegang. Wajahnya merah padam menahan amarah yang sudah di ambang batas."Brengsek! Jangan berani-beraninya kamu ngancem aku!"Teriakannya menggema di kafe yang ramai pengunjung. Matanya menyalang, menatap Rio seakan ingin meremukkan pria itu hidup-hidup. Ia tak terima jika ada seseorang yang ikut campur tentang kehidupannya, apalagi tentang hal yang menjadi ketakutannya selama ini.Bagaimanapun Rio, si pria kurang ajar itu tak berhak membahasnya!Namun, detik berikutnya, kepalanya mendadak berdenyut kencang. Pusing. Pandangannya bergetar. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.Masa lalu itu .…Bayangan mengerikan yang selama ini terkubur jauh di dalam pikirannya kini muncul kembali ke permukaan. Tubuhnya menegang, rasa mual naik ke tenggorokan.Di hadapannya, Rio mengulum senyum simpul. Wajahnya penuh kemenangan."Kenapa? Bukannya impas?" Suaranya merendah. Tapi nada mengejek itu begitu kentara."Karena

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   100. Aku Bukan Orang Gila!

    “Serius kamu, Sagara? Sherly mau bunuh diri di kantor kita?!”Tantri memekik kaget sewaktu Sagara menjelaskan secara singkat perihal Sherly yang nekat mengancam bunuh diri kalau Sagara tak kembali mencintai perempuan itu.“Iya, Ma. Aku nggak tahu kenapa tiba-tiba dia begini.” Sagara memutar setir dengan perasaan cemas yang menggelegak. Mata Sagara tampak lincah memperhatikan keramaian jalan malam ini.Ia memang tak mengacuhkan Sherly akhir-akhir ini, tetapi ia tak pernah menyangka jika perempuan tersebut menjadi senekat ini demi mendapatkan perhatiannya.Pandangan Tantri lantas berlabuh ke jalanan depan. Ia memandang dengan tatapan kosong. Apa sikap Sherly ada kaitannya dengan kejadian siang tadi di Kos Melati?“Gila ya itu anak! Kenapa harus gedung kantor kita!” Sagara yang frustasi mengomel panjang lebar selama perjalanan. Tanpa bertanya pun, jelas ia sudah tahu bahwa dari foto yang ia terima barusan, Sherly sedang berada di lingkungan Wiratama.Tak lama kemudian, mobil yang mereka

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   99. Menyelamatkan Satu Jiwa

    Ranaya tercengang. Jarak mereka kini begitu dekat. Netranya tak berkedip dengan napas yang tengah tertahan.Ia tahu, sebenarnya posisinya sangat berbahaya sekarang. Tetapi, entah mengapa, ia tak menghindar. Lebih tepatnya tidak ada keinginan untuk menjauh dari pria di hadapannya sekarang.Tubuh Ranaya menegang seiring wajah Sagara yang perlahan mulai bertambah dekat. Tangan pria itu kini merambat dan mulai mengusap kedua bahunya, lalu mengalir lembut menyapu lengan hingga membuat degup jantung Ranaya menggila.Selanjutnya Ranaya memejamkan mata. Otot-otot di sekujur tubuhnya seketika kaku dengan desiran aneh yang mulai merebak. Kulit Ranaya meremang, apalagi napas hangat Sagara seperti sedang menggelitiki wajahnya.Tanpa diketahui Ranaya, Sagara menarik dua ujung bibirnya. Mata elangnya mengamati paras cantik Ranaya seakan mengulitinya hidup-hidup.Salah satu tangan Sagara kemudian menyambar pensil dan remote AC yang ada di dekat Ranaya. Ia menegakkan badannya lagi, lalu dengan santai

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   98. Konstelasi Bintang

    Ranaya langsung menegakkan badan begitu melihat Sagara tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya. Sejak kapan pria itu ada di sini? Otaknya mulai bangun dan mencerna semuanya.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Ranaya cepat. Saat menegakkan punggung, ia pun terkesiap sebab jas pria tersebut sudah membungkus tubuhnya.Dengan gerakan buru-buru, ia menanggalkan jas itu, melipatnya, kemudian menyerahkan kepada sosok pria yang masih berdiri dengan bibir tipis terkatup rapat di depannya. “Oh iya, ini, aku nggak membutuhkannya,” tambahnya.Sagara mau tak mau menerima jas tersebut kembali. Setelahnya, Ranaya berusaha membangkitkan konsentrasi dan berkutat lagi pada desainnya.Sagara memandang wanita itu sembari menghela napas. Namun, seperti seseorang yang kesabarannya telah terkuras habis, ia lekas menarik kursi di depannya dan langsung duduk menghadap Ranaya.“Dengar, aku tahu soal desain kamu yang bocor, Ranaya. Karena itu aku ke sini, ingin meluruskan proyek kita.” Ia mengatakannya dengan nada

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   97. Desain Kembar Pesaing

    Acel menahan geram. Lidahnya terasa pahit. Kata pria itu sudah tak menyukai Ranaya dan memilih dirinya. Namun, sekarang buktinya apa?Rio malah tak mengangkat teleponnya demi bisa berduaan dengan Ranaya. Semalam adalah malam yang seharusnya mereka habiskan untuk dinner romantis, namun Rio tak pernah muncul. Sekarang ia justru duduk dengan nyaman di sisi Ranaya, seolah tak terjadi apa-apa.Dengan gemetar, Acel mengangkat ponselnya. Ia membidik momen yang membuat amarahnya membuncah itu. Lalu, jari-jarinya dengan cepat mengirimkan hasil fotonya pada Rio.[Wah, selamat menikmati tehnya. Kabari kalau sudah selesai bermain-main.]Begitu pesannya terkirim, Acel langsung menyimpan ponsel, berderap kembali ke mobilnya dan mulai menyalakan mesin. Ia melajukan kendaraan dengan kasar meninggalkan tempat itu tanpa berminat menoleh ke belakang sekali pun.Di sisi lain, Rio sedang meraih cangkir tehnya ketika tatapannya tak sengaja singgah ke arah ponselnya yang menyala dan berbunyi singkat, tanda

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   96. Penyesalan Selalu Datang di Akhir

    "Mama?""Mama kok bisa ada di sini?!"Kini raut muka Harto penuh ketegangan dan keterkejutan. Ia mengabaikan lainnya dan hanya fokus kepada istrinya yang sudah berwajah merah padam. Tampak ujung bibir Tantri berkedut."Harusnya aku yang tanya! Kenapa Papa ada di sini padahal pamitnya kumpul komunitas?!" geram Tantri. Suaranya meninggi. Ia sudah tak bisa lagi menahan ledakan emosi yang tak terbendung.Harto kelabakan. Ia berusaha menyusun kata, tapi lidahnya kelu. Sekilas, matanya melirik Mayang yang berdiri di ambang pintu kamar, masih dalam keadaan rambut basah dan mengenakan daster tipis. Tatapan kosong wanita itu justru membuat semuanya terasa lebih nyata."Ma, aku bisa jelasin. Tadi itu … tadi itu aku nggak—""Tadi kenapa?! Kamu sudah bohong! Kamu pergi ke sini janjian sama Mayang, kan? Sudah berapa ronde sampai dia basah kuyup kayak gitu?! Bungkusan nasi itu kamu belikan buat dia juga, kan?!" potong Tantri langsung.Mendengar itu, Sherly menoleh kaget. Matanya membelalak mendenga

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   95. Kos Melati

    “Setahuku di sini sih, Te. Masa ada Kos Melati lain?” gumam Sherly seraya memandangi papan nama di atas gerbang.Taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan kompleks rumah kos yang tampak asri, dengan dominasi cat hijau muda yang sudah mulai pudar di beberapa bagian. Area kos ini tepat berada di belakang sebuah kampus seperti yang Sherly maksud.Tadi setelah menyelesaikan masakan mereka, dan makan bersama, keduanya memutuskan untuk kemari sambil membawa makanan hasil kegiatan masak tersebut.Sopir taksi yang mengantar mereka menoleh ke belakang. “Benar, Bu. Kos Melati adanya cuma di sini saja, kok,” terangnya ikut melebur ke dalam percakapan Tantri dan Sherly.Tantri manggut-manggut mengerti sembari memindai lanskap di luar kaca jendela taksi.“Oh, gitu ya … baik, baik, terima kasih banyak infonya, Pak,” ungkapnya kepada sang sopir.Dari pantulan spion di depan, pria itu mengunggah senyum ramah. “Iya, sama-sama, Bu.”Usai membayar ongkos taksi, Tantri melangkah turun lebih dulu, lalu

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   94. Keganjilan Harto

    Tantri baru saja selesai menaburkan garam ke ikan yang sedang ia goreng di atas wajan besar ketika ponselnya berbunyi pelan. Satu pesan masuk dari Sagara.[Ma, pagi ini aku dan Radeva sudah melakukan tes DNA. Bantu doa ya semoga hasilnya akurat dan memuaskan. Kita tinggal tunggu hasilnya bersama.]Tantri menatap layar ponsel itu cukup lama. Senyum kecil kemudian mengembang di bibirnya yang semula sempat menegang karena panasnya dapur.“Alhamdulillah ….” gumamnya pelan.Ia mengembuskan napas lega. Setidaknya satu langkah penting sudah dilakukan. Hati kecilnya selalu merasa bahwa Radeva adalah anak Sagara. Matanya tak pernah bisa bohong, dari cara anak itu berbicara sampai tertawa hingga dua lesung pipinya menyembul, semuanya sama persis seperti Sagara dulu.Kini segalanya akan segera terjawab, batinnya.Namun sebelum ia sempat membalas pesan itu, bel rumah tiba-tiba berbunyi.Tantri buru-buru menyeka tangannya dengan handuk kecil di dekatnya, lantas berjalan cepat ke pintu depan. Ketik

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   93. Tes DNA Paternitas

    Diam-diam, Acel mengirimkan sejumlah desain terbaru Flare & Co ke Rio. Dengan jari lincah, ia menekan tombol "kirim" pada ponselnya. Matanya kemudian berbinar penuh kemenangan.Ini adalah langkah besar! Sebuah tiket emas yang akan semakin mendekatkannya dengan Rio.Di tempat lain, di tengah jalannya rapat yang dipenuhi suara diskusi serius, ponsel Rio bergetar pelan di atas meja. Ia melirik layar sebentar sebelum meraihnya. Begitu melihat isi pesan, bibirnya terangkat membentuk senyum miring.Rio menggeser satu per satu gambar desain perhiasan yang dikirim Acel. Setiap detail yang rumit dan elegan itu memancarkan keahlian tangan Ranaya yang tak tertandingi. Pria sipit itu mengangguk pelan, mengagumi keindahan rancangan-rancangan Ranaya."Sayang sekali, Ran. Kamu sudah mengecewakanku," gumamnya sambil mengetuk pelipisnya menggunakan jemari."Andaikan kamu mendengar nasihatku untuk nggak melakukan kerja sama dan dekat dengan Sagara lagi, semuanya nggak bakal seperti ini. Aku terpaksa m

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   92. Jangan Bodoh Ya, Sher!

    Ranaya masih berdiri di ruang tamu dengan perasaan was-was. Pikirannya berkelindan dengan berbagai pertanyaan yang belum menemukan jawaban. Apa yang sebenarnya diinginkan Tantri dan Harto darinya? Bagaimana mereka bisa tahu keberadaannya di sini?Dan yang paling membuatnya cemas: apakah Sagara juga sudah tahu tempat tinggalnya sekarang?"Ranaya, kamu duduk saja dulu. Radeva biar ikut Ibu," ucap Ida dengan suara lembut tapi penuh penekanan.Ranaya memandang putranya dengan enggan. Radeva yang sedari tadi memegangi tangannya erat, tampak ragu untuk melepaskan genggaman ibunya. Matanya menatap Ranaya seakan meminta kepastian."Ayo, Deva, sama Oma dulu." Ida kembali membujuk. Tangannya terulur kepada Radeva.Dengan berat hati, Radeva akhirnya melepaskan genggaman tangan Ranaya dan berjalan perlahan ke arah neneknya. Ranaya menatap punggung kecil itu sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke depan. Ia bergegas duduk di sofa yang ditempati Ida tadi, dan menghadapi kedua tamunya.Ranaya tent

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status