Share

45. Ini Nomor Sagara?!

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2025-03-07 20:33:48

“Berlian-berlian yang datang itu tolong sementara disimpan di gudang saja dan beri tulisan keterangan khusus tentang grade, tanggal pesan, dan tanggal datang. Kali ini saya yang akan memesan berliannya sendiri,” tukas Ranaya.

Beberapa karyawannya saling melempar pandang dalam diam. Sebagian dari mereka dapat bernapas lega sebab masalah ini akhirnya menemukan solusinya.

Sesudah itu mereka kompak menyahut, “Baik, Bu.”

Ranaya langsung menghubungi pemasok berlian andalannya, sementara timnya mulai bekerja lagi. Setelah selesai, ia mengatupkan bibir sambil berpikir sejenak.

Ranaya lalu menekan ponselnya erat, menatap layar dengan tatapan tajam sebelum akhirnya menelepon tim HRD.

“Saya ingin kalian membuka lowongan baru sesuai dengan kualifikasi yang saya kirimkan nanti,” ucapnya tegas sesudah teleponnya tersambung.

Tanpa menunggu lebih lama, Ranaya menutup panggilan itu dan bangkit dari tempat duduknya. Matanya menyapu seluruh ruangan meeting tempat timnya berkumpul sekilas sebelum pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   46. Tak Ada yang Kebetulan

    Tangan Ranaya langsung berkeringat. Dengan cepat, ia kembali menekan nomor itu demi memastikan bahwa matanya tidak salah lihat.Tetapi, foto yang menampilkan seorang pria tampan sedang tersenyum di sebuat tempat makan yang memiliki panorama indah tak berubah. Wajah itu … membuat napas Ranaya tersendat di tenggorokan.Nomor yang diberikan seorang ibu agar dirinya bisa mengucapkan terima kasih langsung kepada Om Baik yang telah menyelamatkan anaknya, ternyata milik suaminya sendiri!Tubuh Ranaya membeku.Jadi … selama ini, orang yang begitu baik kepada Radeva, yang membuat bocah itu tersenyum lebar dan bahagia … adalah Sagara?!Ia menggigit bibir bawahnya, pikirannya kacau. Kenapa harus dia?!Dan yang lebih membuat hatinya sesak, kenapa perasaan aneh ini muncul lagi? Seketika ada banyak pertanyaan berputar di kepalanya.Apa maksud semua ini? Kenapa Sagara dekat dengan Radeva? Apakah dia tahu sesuatu?Apakah Sagara sudah tahu jika Radeva adalah anaknya?!Ranaya mengusap wajahnya frustasi

    Last Updated : 2025-03-07
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   47. Finally, I Found You

    Seorang pria tampan dengan mata sipit dan bibir tipis yang menawan sedang menatapnya juga.Refleks mulut Ranaya bergerak menggumamkan sebuah nama.“Rio?” Matanya membelalak tak percaya.Pria itu mengulas senyum tipis. Masih memandang Ranaya, ia segera berdiri dan berderap ke arah perempuan tersebut."Loh, Ranaya … kita ketemu lagi." Senyumnya terkembang hingga mata yang serupa buah badam itu semakin hilang dan hanya meninggalkan dua garis horizontal lurus.Rio mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Ranaya. Mereka tergelak secara bersamaan.“Ya ampun, kebetulan sekali, ya! Ini bakso favoritmu juga?” Ranaya secara antusias mengguncangkan jabat tangan mereka.Rio sempat memindai sekilas sebelum menjawab, “Hmm, ini bakso baru, kan? Kemarin waktu pulang aku ke sini dan langsung suka. Kamu sering makan di sini juga?”“Iya, ini bakso langgananku, Rio.” Ranaya mengatakannya dengan penuh percaya diri.“Kalau begitu, tempat ini bakal jadi favoritku juga!”Mata Rio sempat melirik bocah l

    Last Updated : 2025-03-08
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   48. Rio Kalvari

    Ranaya terperangah. Darah di wajahnya seakan terkuras habis. Ia merasakan mati rasa dari kepala hingga ujung jari sampai sepasang kakinya membatu dan tak bisa digerakkan. Sekujur tubuhnya lemas bagai tak bertulang lagi.Kini mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Dan, seolah ada daya tarik magnet yang kuat, Ranaya tak mampu mengalihkan pandangannya.Anehnya, pria itu pun tampak mengalami hal yang sama.Ranaya buru-buru menundukkan wajah, merapatkan genggaman pada kantong belanjaan, dan melangkah hendak pergi. Ia tak ingin berlama-lama di sini, apalagi di dekat pria yang selama ini telah membuatnya terpuruk.Namun, tangan kuat itu mencekal pergelangannya."Ranaya, tolong jangan pergi dulu." Suara Sagara rendah, serak, dan memohon. "Aku ingin bicara sama kamu."Tubuh Ranaya menegang. Secepat mungkin ia menepis tangan pria tersebut, seolah sentuhan itu adalah duri yang menancap di kulitnya."Maaf, Mas. Aku nggak bisa,” ucapnya cepat.Ia kembali hendak melangkah, tapi Sagara menahan bah

    Last Updated : 2025-03-08
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   49. Jangan-jangan!

    Ranaya terpegun. Air muka pria itu benar-benar serius. “Kamu ingin bilang apa?” tanyanya. Tatapan Ranaya tetap tertuju pada Rio yang baru saja hendak membuka mulutnya seolah ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Namun, sebelum kata-kata itu bisa keluar, suara langkah kaki kecil berlari dari dalam rumah membuat mereka berdua menoleh. "Ma! Kok nggak bilang kalau Mama udah pulang?" rengek Radeva. Bocah kecil berusia lima tahun itu langsung menubruk tubuh Ranaya, melingkarkan kedua tangannya ke pinggang sang ibu. Bibir mungilnya mengerucut. Wajahnya terlipat kesal. Sontak hal itu membuat Ranaya tertawa. Ranaya menarik tangan Radeva dan menempatkan putranya tersebut di pangkuannya. "Kamu sih sibuk main sendiri. Kan di sini ada Om, kenapa nggak kamu ajak main tadi?" tanyanya seraya mengusap puncak kepala sang putra. Radeva melempar tatapannya pada Rio. Tubuh kecilnya semakin mengerut dan tenggelam dalam lengan Ranaya. Ia tak menjawab, hanya sepasang matanya yang jernih terus

    Last Updated : 2025-03-09
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   50. Ranaya dan Radeva?

    "Nggak." Ranaya menggeleng. Tidak mungkin Rio yang mengirim pesan-pesan itu menggunakan nomor asing. Ia jelas mengenal Rio. Mana mungkin pria itu kurang kerjaan sampai mengurusi rumah tangganya? Apalagi baru kemarin Rio meminta nomor ponselnya secara langsung. Walau begitu, Ranaya sebenarnya ingat jika Rio pernah mendiamkannya satu hari setelah tahu jika dirinya menyukai kakak kelas bernama Sagara Wiratama. Ranaya menghela napas, mengabaikan pikirannya yang terus berputar. Ia sudah cukup sibuk hari ini dan tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Ia memutuskan akan menanyakannya langsung kepada pria tersebut, apakah ia mengenal nomor asing yang mengiriminya foto dan pesan misterius itu. *** Pagi ini, ia langsung turun ke area produksi guna mengecek langsung bagaimana proses pembuatan perhiasan berlian edisi khusus. Matanya teliti mengamati setiap detail, memastikan barang yang telah selesai diproduksi sesuai standar QC-nya. "Bagaimana? Apakah ada kendala dalam produ

    Last Updated : 2025-03-09
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   51. Superman Mama

    Jangan-jangan, Radeva itu sebenarnya anak Ranaya?!Jika benar demikian, apa Radeva adalah darah dagingnya sendiri mengingat kemiripan mereka?Tangan Sagara mengepal. Pikirannya langsung berputar cepat menyusun semua kemungkinan yang pernah ia abaikan selama ini.Apakah mungkin kecelakaan malam itu … membuat Ranaya hamil?!Napasnya tercekat. Ia tak bisa lagi tinggal diam. Ia harus mengejar wanita itu dan mendapatkan jawabannya.Tanpa berpikir panjang, Sagara bergegas menuruni eskalator. Langkahnya cepat sehingga orang-orang di depannya otomatis menyingkir memberi jalan. Ia bahkan nyaris menabrak beberapa orang.“Ranaya!” serunya lantang.Suara Sagara menggema di langit-langit mall, membuat sebagian besar pengunjung menoleh ke arahnya. Tapi pria itu tidak peduli.Ranaya yang hendak keluar dari mall tersentak mendengar suara itu. Ia menoleh. Matanya melebar ketika mendapati Sagara sedang berlari ke arahnya.Belum sempat Radeva menoleh, dengan gerakan cepat Ranaya berjongkok, menyambar da

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   52. Cucu Hadiwijaya

    “Belcelai itu apa, Oma?”Ida hampir menjatuhkan wadah tepung yang sedang diaduknya. Matanya mengerjap cepat, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Namun, melihat Radeva yang masih asyik mengaduk adonan kue di hadapannya, Ida yakin bocah itu benar-benar mengucapkan pertanyaan tersebut.Jantungnya mencelos. Bagaimana bisa cucu kecilnya tahu istilah itu?“Deva, Sayang, coba ulangi lagi. Tadi kamu bilang apa, Nak?” tanya Ida berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun hatinya sedikit gelisah.Radeva menoleh, mata jernihnya berkedip polos. “Belcelai, Oma. Itu apa?” ungkapnya kembali.Bocah itu menatap lekat Ida seolah ingin membaca pikiran neneknya. Ida menelan ludah. Ia menurunkan spatula, lalu mengusap kedua tangannya dengan kain sebelum mendekat ke cucunya.“Bercerai itu artinya berpisah, Sayang,” jelasnya hati-hati. “Memangnya kenapa? Apa yang pernah kamu dengar dari kata itu tadi?”Alis Ida saling tertaut menunggu jawaban cucunya. Ia mengatupkan mulut rapat-rapat demi menye

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   53. Suami Idaman

    Siang itu, di sebuah butik pakaian mewah, Tantri tampak sibuk memilah-milah baju. Jemarinya menyusuri deretan gaun dan blus yang tergantung rapi di rak. Pandangannya berbinar ketika menemukan sebuah dress cantik berwarna peach."Nah, gini loh, Pa," paparnya sambil mengangkat dress itu ke hadapan suaminya, Harto. "Sekali-kali kita hiburan kayak gini, beli baju biar tetap happy. Kalau happy kan kita bisa awet muda."Harto yang sedari tadi hanya mengikuti Tantri dengan tatapan bosan akhirnya mendesah pelan. "Mau hiburan gimana sih, Ma? Tahu sendiri perusahaan lagi nggak baik-baik saja, malah sempat-sempatnya belanja baju," keluhnya frustasi.Tapi, tak lama kemudian matanya menangkap sebuah kemeja batik cokelat elegan yang tergantung di salah satu rak. Tanpa pikir panjang, Harto menyambar baju itu dan menunjukkannya kepada Tantri."Kalau ini gimana, Ma? Cocok nggak buat Papa?" tanyanya. Sepasang alis tebalnya naik-turun menunggu jawaban Tantri hingga kacamata yang terbingkai di netranya i

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   110. Penuh “R” (TAMAT)

    "Papa!”“Papa ....”“Depa bisa manggil Papa benelan, kan?”Ini adalah pertanyaan Radeva kesekian kalinya yang ia ucapkan setelah mengetahui bahwa Sagara adalah ayah kandungnya. Bahkan selama perjalanan dari Indonesia hingga negeri sakura. Sampai-sampai mereka sempat memergoki jika dalam tidur pun Radeva sering menggumamkan kata "Papa" di alam bawah sadarnya.Sagara yang tengah menggendong Radeva mengulum senyum, apalagi anak mungil itu masih menatapnya dengan mata bulat nan berbinar.Sagara mengangguk sambil mempererat pelukannya. “Bisa dong, Sayang. Kamu adalah anak Papa. Benar-benar anak Papa,” ucapnya lembut, diselingi cubitan gemas di pipi anaknya.Di sebelah mereka, Ranaya menghela napas. Suara itu—panggilan “Papa”—seolah mengguncang hatinya juga, mengaduk-aduk emosi yang selama ini ia kunci rapat. Sebagian dirinya masih tak percaya kalau momen ini nyata. Kalau mereka, akhirnya, berdiri di sini sebagai sebuah keluarga.Berikutnya pupil Ranaya membesar sewaktu matanya tertuju kepa

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   109. Ayah Om Papa!

    Ranaya menggenggam ponsel Rio lebih erat. Matanya berair. Dalam diamnya, ia sadar Sagara tidak benar-benar tinggal diam. Pria itu diam-diam bekerja di balik layar untuk membantunya.Sagara bahkan tak pernah bilang bahwa ia akan melakukan ini, pikirnya.Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang hangat mengalir dalam dadanya. Perasaan campur aduk antara sakit hati, penyesalan, dan harapan. Ia memandangi layar televisi itu lama sekali, seolah tak ingin kehilangan sosok Sagara yang selama ini ia anggap sebagai pria dingin tanpa empati.Kini Ranaya tahu. Kadang cinta tidak selalu hadir dalam bentuk pelukan atau kata-kata manis. Bisa jadi wujud cinta itu adalah perjuangan dalam diam.Dan mungkin ... Sagara mencintainya lebih dari yang ia sangka."Saya tidak bisa tinggal diam melihat perusahaan kami diinjak-injak.” Suara tegas Sagara kembali membelai telinga Ranaya dan membuyarkan lamunannya. Pria itu masih berjuang dalam wawancara live yang disiarkan oleh banyak stasiun berita."Ber

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   108. Tersingkap

    Rio menutup laptopnya dan memandang Ranaya dengan sorot mata penuh percaya diri. "Bagaimana planningku tadi? Bisa kamu terima, kan?" tanyanya. Suaranya tenang tapi mengandung tekanan di dalamnya. Ranaya tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu mengusap pelan dagunya yang tegang. Ia mencoba merangkum semua pemetaan strategi yang barusan dipaparkan Rio. Langkah demi langkah untuk memulihkan kepercayaan customer Flare & Co terdengar logis, bahkan cukup menjanjikan. Harus ia akui, temannya ini sangat jenius. Trik-trik yang dijabarkan secara detail bisa membuatnya terpukau. "Tapi ... cara itu tadi nggak bakal memengaruhi customer tempatmu bekerja, kan? Gold Mulia? Mana mungkin kamu bunuh diri dengan memihak perusahaanku?" Ranaya mengerutkan kening, menatap Rio penuh keraguan. Rio hanya mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Enggak kok, tenang. Kan Gold Mulia punya teknik sendiri nanti. Lagipula, aku juga nggak akan sepenuhnya nyebrang ke Flare & Co

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   107. Lemme Help You

    Ranaya dan Sagara langsung bergerak cepat. Dengan raut wajah panik, keduanya mendekati etalase yang kini menjadi sorotan orang banyak.“Sebentar, tenang dulu,” ucap Sagara kepada semua orang saat di dekat perempuan yang berteriak tadi. “Maaf, bolehkah saya memeriksa cincin itu?”Tangan kanan Sagara terulur sopan kepada aktris yang cukup ternama tersebut. Perempuan yang diajak bicara secara spontan melepas cincin yang tersemat di salah satu jarinya, lantas menyerahkan kepada Sagara dengan ekspresi kecewa.Sagara mengamati cincin itu dengan teliti. Mata tajamnya yang bagai elang memeriksa hingga detail. Dari setiap lekuk, permata, bahkan berlian memang menyerupai desain mereka.Tetapi … tunggu dulu. Perlahan keningnya menimbulkan kerutan. Ada yang aneh di sini.“Ini sepertinya bukan berlian kita, Ran,” gumamnya pelan dengan rahang mengeras. “Coba lihat dulu.”Tangan Sagara menyodorkan benda berkilau tersebut kepada Ranaya yang sudah pucat pasi. Kini cincin yang dimaksud sudah beralih di

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   106. Kalau Hari Itu Ada

    "Belcelai? Kayak yang dilakukan Mama dan Om Papa, dong?"Ucapan Radeva yang polos menggema di udara seperti petir di siang bolong. Sepanjang koridor apartemen itu seketika hening.Ranaya, Sagara, dan Tantri sama-sama tercekat. Tatapan mereka membeku, lantas saling bertaut satu sama lain, seperti mengandung beragam rasa yang tak mampu diutarakan masing-masing.Sagara tampak menahan napas. Ranaya kaku. Sementara itu, Tantri susah payah menelan salivanya."Eh, kita masuk aja yuk!" ajak Tantri tiba-tiba, berusaha memecah suasana yang mendadak tegang. Tangannya langsung menggamit lengan Ranaya dan Radeva sekaligus, kemudian menarik mereka ke dalam apartemen.“Nggak enak dilihatin tetangga kalau ngobrol di lorong kayak gini,” kilahnya sedikit memaksakan tawa yang tersembur samar.Mau tak mau, Ranaya dan Radeva mengikuti langkahnya. Sagara menyusul pelan dari belakang. Jujur, pikirannya masih terpaku pada celetukan anak itu tadi. Ia tak menyangka jika Radeva masih mengingat kata “bercerai” y

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   105. Mengganti Masa Emas

    [Subject: Hasil Pemeriksaan DNA antara Sdr. Sagara Wiratama dan An. Radeva Elvano AtmajaKepada Yth.Bapak Sagara Wiratamadi TempatDengan hormat,Bersama email ini, kami sampaikan hasil resmi pemeriksaan DNA yang telah dilakukan oleh Laboratorium Genetika Klinik GenLab Diagnostics terhadap sampel biologis Bapak Sagara Wiratama dan anak atas nama Radeva Elvano Atmaja.Berdasarkan analisis 24 lokus genetik yang diperiksa, diperoleh hasil kecocokan biologis 99,9999%, yang secara ilmiah menyimpulkan bahwa Sdr. Sagara Wiratama adalah ayah biologis dari An. Radeva Elvano Atmaja.Laporan lengkap dan sertifikat hasil pemeriksaan terlampir dalam bentuk PDF untuk dapat Bapak telaah lebih lanjut.Apabila Bapak membutuhkan informasi tambahan atau klarifikasi lebih lanjut terkait hasil ini, silakan menghubungi kami melalui kontak yang tersedia.Demikian kami sampaikan. Terima kasih atas kepercayaan Bapak terhadap layanan kami.Hormat kami,Dr. Antonius Setiawan, Sp.AndKepala LaboratoriumGenLab

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   104. Recovery Phase

    Untuk beberapa waktu, Andra bergeming. Bola matanya bergerak sewaktu mengamati Sherly. Namun, gurat wajahnya tampak tenang seperti permukaan air tanpa adanya hantaman gelombang.“Maka … saya akan tetap ada di sini membantu kamu, sampai kamu tahu bahwa kamu bisa, Sherly,” ungkapnya.Sherly memandang Andra dengan tatapan yang sulit percaya. Rahang perempuan itu terlihat keras. Lagian, siapa yang bisa dipercayai lagi olehnya? Bahkan sekarang ia juga meragukan diri sendiri kalau ia pantas dicintai.Satu-satunya tempat nyaman untuk pulang, yaitu Mayang yang merupakan ibu kandungnya sendiri pun sudah mengkhianatinya dengan semudah itu.Apalagi … pria asing yang kini sedang duduk berhadapan dengannya?Sherly kembali menyunggingkan senyum tipis yang penuh keraguan. Ia tentu saja menyepelekan peran seorang pria muda yang belum berpengalaman baginya. Ditambah usia pria tersebut masih seumuran dengan sosok yang turut menyumbang rasa depresinya.“Aku tetep nggak percaya,” papar Sherly to the poin

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   103. Api Cemburu

    Tangan Rio bergerak pelan. Jari-jarinya menyentuh lembut ujung bibir Ranaya, mengusap sisa saus yang tertinggal di sana. Mata elang Sagara membulat sempurna. Tubuhnya menegang. Darahnya terasa mendidih saat itu juga.Tangannya langsung bergerak cepat menampar cangkir espresso yang ada di depannya hingga terguling. Sontak cairan hitam pekat itu tumpah dan sebagian besar mengenai lengan Rio. Sontak Rio segera menarik tangannya dari bibir Ranaya.“Argh! Panas! Panas!” teriak Rio sambil refleks berdiri, tangannya menggeliat dan segera membuka kancing lengan kemejanya. Ia meniup dan mengibas-ngibas tangan itu dengan panik.Ranaya pun langsung berdiri untuk turut membantu. “Rio?! Kamu nggak apa-apa?” Suaranya meninggi. Matanya membesar.Menyaksikan kehebohan itu, Sagara hanya duduk diam. Tapi rahangnya mengeras.“Gila, kamu sengaja, ya?!” Rio membentak, tatapannya tajam menuding ke arah Sagara.Sagara membalas dengan sorot mata dingin. “Kamu jangan asal nuduh kalau nggak tahu apa-apa,” kata

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   102. Banyak Saus di Mulut

    Langkah-langkah kaki berdetak mantap di lantai pabrik yang dingin, menggema lembut di antara deru mesin produksi perhiasan yang tak henti berdengung. Ranaya masih berdiri di depan mesin cetak berlian. Kini pandangannya tertuju kepada satu arah di mana sosok itu melangkah menghampiri. Tubuh Ranaya menegang, tapi bukan bunyi mesin atau hasil produksi yang menyebabkannya.“Gimana proses produksinya? Lancar, kan?”Suara itu. Suara bariton dengan tone menenangkan tapi cukup untuk membangunkan kenangan-kenangan lama yang tak pernah benar-benar padam. Apalagi malam itu, di mana ia dan pria tersebut nyaris berciuman.Ranaya perlahan mengerjapkan mata. Di balik cahaya pagi yang menembus jendela besar pabrik, berdiri Sagara dengan kemeja putih yang lengannya digulung sebatas siku. Kedua tangan pria tersebut tenggelam dalam saku celana hitamnya.Sorot mata elang Sagara tajam, sialnya pria itu masih saja tampan di pandangan Ranaya.Tetapi, kemudian Ranaya menegakkan kepalanya. Ia sudah berprinsi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status