Setelah semuanya meninggalkan rumah Kiandra, Irwan pun akhirnya ikut berpamitan. Bu Rusmi meminta Kiandra untuk mengantar Irwan ke depan.
"Terimakasih ya mas, sudah mau bantu!" mereka berdiri di samping mobil angkot milik Irwan. Walaupun supir angkot, dia juga sedang kuliah semester akhir, anak rantau yang bekerja sambil kuliah dan kost di sebelah rumah mereka."Nggak perlu sungkan, kita kan bertetangga! Oh iya, kamu yakin nggak kuliah?" Irwan masih memikirkan percakapan di dalam tadi, yang ia tahu beberapa hari ini Kiandra begitu getol mencari kampus yang dekat dengan rumah dengan biaya murah, bahkan dia juga sempat bertanya padanya tentang kampus tempatnya kuliah."Iya mas, Kiandra nggak mungkin memaksakan untuk kuliah sedangkan bapak nggak bisa cari uang untuk beberapa waktu!"Plek
Tiba-tiba tangan Irwan mendarat di kepala Kiandra, mengusapnya dengan lembut. "Nanti pasti ada jalan!" sontak Kiandra mendongakkan kepalanya menatap wajah pria itu, walaupun terlihat hitam tapi jika di perhatikan dengan seksama, pria itu manis.'Ya ampun mas Irwan, ini maksudnya apa, mau bikin aku semakin jatuh cinta saja' batin Kiandra.Jantung Kiandra rasanya seperti disko. Tapi dengan cepat ia segera mengendalikan perasaannya karena dia tahu jika pria di depannya itu bukan suka sama dia, tapi sama Salsa.
"Kalian ngapain di luar? Kalian pacaran ya? Aku bilangin sama ibu ya!" Salsa sudah ingin berteriak tapi segera di tahan oleh Kiandra."Apaan sih Sa, mas Irwan sudah baik loh mau jemput bapak, kamu bukannya minta maaf malah mau cari gara-gara!" Kiandra sudah benar-benar kesal dengan saudarinya itu."Sudah nggak usah ribut, saya pulang dulu ya!" Irwan pun meninggalkan mereka berdua.Kiandra yang kesal pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Salsa. Rasanya sangat tidak adil, mereka tumbuh bersama-sama tapi Salsa mendapatkan semua yang ia inginkan sedangkan dirinya tidak.
Pagi ini saat salsa bahkan belum keluar dari kamarnya, tapi Kiandra sudah sibuk dengan segala pekerjaan rumah. Bu Rusmi ke rumah tetangga untuk bersih-bersih di sana dan mendapatkan bayaran.
Kini Kiandra sedang sibuk membuatkan sarapan sebelum ibunya pulang. Bu Rusmi pasti akan marah jika saat pulang makanannya belum matang."Buatkan aku susu hangat dong!" perintah Salsa, sepertinya ia baru bangun tidur, rambutnya juga terlihat masih berantakan.Kiandra hanya memicingkan matanya, ia benar-benar kesal dengan saudarinya itu.'Seperti tuan putri saja!'"Kamu budek ya?" Salsa benar-benar kesal hari ini, dan Kiandra hanya menoleh sebentar dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Brakkkk"Kamu sengaja ya?" Salsa menggebrak meja makan di depannya, kali ini Kiandra benar-benar menoleh padanya dengan tatapan tajam. Ia melempar lap yang ada di tangannya ke meja yang sama."Kamu tidak tahu ya kalau aku sedang sibuk, kamu punya tangan sendiri kan, buat sendiri kenapa!?""Cuma di mintai tolong aja gayanya sok banget sih!""Aku bukannya sok ya, aku sibuk dan tangan kamu nggak berfungsi memangnya?""Lama-lama kamu kok jadi nglunjak ya, aku harus segera berangkat dan kamu buat mood aku ilang!"Dari arah lain terdengar seseorang memasuki rumah dengan buru-buru, mungkin karena mendengar ribut-ribut di dalam rumah."Kalian apaan sih, pagi-pagi sudah ribut saja, kasihan tahu tetangga, mereka bisa ngeluh sama kita gara-gara kalian selalu ribut!" Bu Rusmi ternyata sudah kembali dan melerai mereka."Ini Bu, Kia perhitungan banget, aku kan buru-buru sudah terlambat buat datang ke kampus, aku cuma minta tolong buatin coklat hangat, dia malah teriak-teriak sama aku Bu!" 'Dia benar-benar bermuka dua' batin Kiandra kesal. Kalau sudah ada ibunya dia benar-benar yang paling di salahkan."Kamu jangan perhitungan sama adik kamu, lagi pula cuma minta tolong buatin coklat panas kan sekalian kamu masak, biarkan Salsa siap-siap, kasihan kalau dia sampai terlambat!""Tapi bu_""Jangan buat ibu semakin pusing!""Baiklah!"Salsa menjulurkan lidahnya dan berlalu meninggalkan mereka, "Sekalian, buatkan ibu kopi, pusing kepala ibu!""Baik Bu!"Begitulah gambaran kehidupan mereka setiap harinya. Terserah siapa yang salah tetap saja Kiandra yang akan di persalahkan. Sekeras apapun dia melawan tetap saja, mereka jauh lebih keras karena dua lawan satu, apalagi bapaknya yang juga kadang membela mereka. Walaupun sesekali hanya jadi pihak yang netral dan menenangkan Kiandra yang marah.Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kiandra memilih untuk segera pergi untuk mencari pekerjaan. Kalau tidak salah di tempat temannya ada yang sendang mencari karyawan baru, dari pada menunggu pak Adi yang belum jelas. Terlalu lama di rumah juga membuatnya kesal.Ia hanya punya sepeda butut, dari pada uangnya untuk membayar angkot lebih baik naik sepeda sekalian berolah raga. Ia sudah memakai kaos dengan gambar artis idolanya yang sedang naik daun sekarang. Fabiano sky, aktor tampan yang multitalenta dan di gemari oleh anak-anak remaja. Bahkan beberapa tas dan baju kiandra ada foto Bian. Ia memakai.Celana di bawah lutut tanpa jahitan di bawahnya, walaupun terlihat usam tapi masih pantas saja bagi anak muda. Bukan karena ia begitu gaul tapi memang tidak ada yang bisa ia gunakan untuk membelinya lagi. ia hanya akan membeli baju di hari raya saja, itupun kalau banyak bapaknya dapat THR, karena tahun lalu ada pandemi, jadi pak Tato tidak dapat THR jadi sudah pasti Kiandra tidak bisa membeli baju lebaran.
Hanya butuh waktu satu jam hingga ia sampai di tempat kerja temannya, sebuah warung makan yang lebih mirip seperti restauran di kota-kota besar. Ia tidak punya pulsa untuk menghubungi temannya itu, terpaksa ia harus langsung masuk dan bertanya pada salah satu karyawan di situ.
"Silahkan duduk mbak, mau pesan apa?""Maaf mbak, saya bukan mau makan, saya cari indah, indahnya ada kan mbak?""Oh indah, sebentar saya panggilkan, nggak pa pa duduk dulu!""Terimakasih mbak, saya nunggu di sana saja!" kiandra memilih menunjuk ke arah teras, ada beton yang bisa ia duduki. Ia tidak enak duduk di bangku pelanggan karena ia tidak makan.Setelah menunggu hingga beberapa menit akhirnya teman yang bernama indah itu pun muncul dengan pakaian yang sama seperti yang di pakai wanita tadi."Kia, ada apa?""Duduklah!" bukannya menjawab, Kiandra malah memintai Indah untuk duduk bersamanya.Akhirnya indah pun duduk, ia kembali menoleh pada Kiandra, "Ada apa Kia?""Yang kemarin kamu bilang ada lowongan masih tersedia nggak?"Indah langsung memanyunkan bibirnya, Kiandra sudah tahu jawabannya sekarang walaupun Indah belum mengatakannya."Sudah nggak ada ya?""Maaf ya Kia, sebenarnya kamu hanya terlambat satu hari, baru kemarin masuk anak barunya!""Nggak pa ndah, soalnya kemarin aku harus nungguin bapak aku dibeumag sakit!""Bapak kamu sakit?" Indah sepertinya belum tahu tentang kabar bapak Kiandra yang kecelakaan."Iya Ndah!""Tahu gitu aku minta bosku buat nungguin kamu, aku kira kamu nggak jadi kerja makannya bisa cari orang lain, maaf banget ya!"Kiandra tersenyum dan mengusap bahu temannya itu, "Nggak pa pa, belum rejeki aja kali Ndah! Kalau ada lagi, hubungi aku lagi ya siap tahu aku belum dapat kerja!""Pasti!"Bersambung
Setelah menemui Indah, Kiandra pun memutusakan untuk tidak langsung pulang. Ia terus berkeliling mencari kerja, ternyata benar jika hanya lulusan SMA saja pasti sangat sulit untuk mencari kerja.Banyak alasannya, mulai dari pengurangan karyawan, ada yang emang carinya yang sudah S1, bahkan Hany pegawai toko saja minta yang S1 jurusan ekonomi,"Memang kalau anak SMA nggak bisa ngitung apa?" gerutu Kiandra, kakinya sudah sangat capek mengayuh sepeda tapi tetap saja tidak ada hasilnya. Entah sumpah serapah apa yang ia ucapkan sepanjang jalan, lapar dan capek. Uang di dompetnya hanya tinggal lima belas ribu saja saya kalau buat beli makanan.Sudah sore, dia harus segera pulang sebelum ibunya marah-marah padanya. Kiandra pun kembali mengayuh sepedanya dengan sisa tenaganya. Ingin rasanya segera sampai di rumah dan makan, tapi bayangan seperti itu tidak pernah terlaksana, mana bisa makan kalau belum menyelesaikan pekerjaan rumah di sore hari.Ia seg
Kini Kiandra dan pak Adi sudah berada dalam bus yang sama, ia duduk tepat di samping pak Adi. Ini untuk pertama kalinya Kiandra pergi ke kota. Ia sudah membayangkan sebuah kota besar, dengan mobil-mobil mewah yang saling bersalipan di jalan raya yang luas bahkan bisa untuk perjalan empat mobil sekaligus tidak seperti jalan di kampungnya, hanya bisa untuk satu mobil dan satu motor. Kalau ada dua mobil yang saling berpapasan, salah satunya harus berhenti terlebih dulu.Walaupun malam hari, Kiandra masih sangat bersemangat untuk melihat kelap-kelip lampu kota, benar-benar pemandangan yang jarang ia jumpai di kampung.Sesekali pak Adi menceritakan sesuatu jika menjumpai sesuatu yang menarik dan dia tahu ceritanya dan Kiandra berfitur bersemangat untuk mendengarkannya.Butuh waktu lima sampai enam jam untuk sampai di kota, entah jam berapa akhirnya mata Kiandra tidak mampu untuk terjaga kembali. Pak Adi pun akhirnya meminta Kiandra untuk tidur agar pagi-pagi sekali s
Pria itu kembali memperhatikan penampilan Kiandra dari atas hingga bawah, sepertinya ia sedang menilai penampilan Kiandra saat ini, memang tidak jauh-jauh dari penampilan orang kampung dengan sepatu sport yang sudah tidak begitu bersih karena sudah ada banyak jahitan di sekelilingnya agar tetap kuat."Sudah lulus SMP?"'Hahh ...' Kiandra benar-benar tercengang, bisa-bisanya pria di depannya mengatakan kalau dia baru lulu SMP. Memang sih tubuhnya mungil dan masih pantas untuk lulus SMP. Tapi apa iya orang di depannya itu menganggapnya lulusan SMP."Saya lulus SMA pak, eh maksudnya kak Leo, baru tahun ini! Ijasah aja belum keluar, saya juga belum cap tiga jari!"Pria itu mengeryitkan matanya, "Banyak omong juga ternyata kamu!""Saya hanya menjawab pertanyaan kak Leo!" Kiandra merasa tidak enak karena di anggap banyak bicara, walaupun memang kenyataannya iya. Hanya saat di rumah saja ia sedikit malas untuk bicara apalagi sa
Setelah selesai menjelaskan tentang kamar dan pemilik kamar itu, mereka pun keluar. Seorang pelayan yang menghampiri mereka. "Antar dia ke kamarnya, beri pelayan pelayan!" "Baik tuan! Ayo!" Ajak pelayan itu dan Kiandra segera mengikutinya di belakang. Kak Leo keluar dari rumah itu dan mobil terlihat meninggalkan halaman rumah. "Nama saya Anna, saya kepala pelayan di sini. Di rumah ini ada lima pelayan dengan tugas masing-masing jadi pernah mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaanm
KiandraPria tampan yang baru saja keluar dari mobil itu membuka kaca mata hitamnya dan menyerahkan pada kak Leo. Aku benar-benar di buat tercengang bahkan bibirku tidak mampu berkata-kata lagi."Dia siapa?" tanyanya pada kak Leo.Kak Leo melotot pada ku agar segera kembali ke posisi Semula. Aku pun kembali menunduk memberi hormat."Kenalkan dirimu!" Perintah kak Leo padaku.Jelas bibir ini begitu gugup, ada Fabian Sky di depanku , kira-kira aku bisa mengatakan apa sekarang. Aku pun kembali ke posisi semulaikh, mimpi apa aku semalam hingga harus melayani seorang pria yang bahkan dalam mimpi pun aku Tidka mampu menyentuhnya. Pria yang selalu di eluh-eluhkan oleh para gadis bukn hanya di kampungnya tapi di seluruh negri ini.Jika Salsa tahu aku berkerja dengan siapa, dia pasti akan menangis semalaman gara-gara ini, ingin rasany
Aku segera menyiapkan baju tidur pria yang sudah membuat beberapa anak perempuan seusiaku mengidolakannya.CklekSuara pintu kamar mandi yang kembali di buka berhasil membuat dadaku Skot jantung lagi, dia benar-benar penuh kejutan.Kepalaku langsung menunduk, tidak berani menatap tubuh yang terbuka itu, hanya sebuah handuk lamat-lamat aku menatap dari bawah."Bajunya sudah siap mas!" bibirku bergetar bahkan hanya untuk mengucapkan hal itu.Kakinya melangkah mendekat padaku, iya dia sepertinya benar-benar mendekat hingga hanya tersisa sekitar tiga langkah saja, ahhh pikiranku sudah melayang bebas sekarang."Aku butuh kopi panas, nama kopiku!"'Ampun deh, aku lupa!' ingin rasanya segera berlari sebelum pria maskulin itu menendang bokongku."Maaf mas, saya lupa!""Pergilah, dalam lima menit kalau tidak kembali aku akan menghukummu!"'lima menit?' dia gila atau apa, dari kamar utama ke dapur bukan jarak yang singkat, bi
Pagi ini, aku tentu bangun lebih pagi dari biasanya, bangun jam tiga dini hari. Menyiapkan semua keperluan mas Bian karena ternyata kak Leo sudah mengirimiku banyak sekali pesan agar menyiapkan persis seperti yang ada di dalam daftar.Mas Bian begitu tampan dengan kaos polos yang di lapisi dengan jaket demin dan celana gelap, sebuah sepatu bermerk menjadi pelengkap penampilannya yang luar biasa. Aku berjalan di belakangnya dengan membawa sebuah koper besar.Sebuah mobil sudah siap membawa kali ke sebuah lokasi.Berada seperti orang yang istimewa untuk mas Bian, aku duduk di depan sayangnya bukan di samping mas Bian."Kamu nggak punya baju lain ya?""Hah?" aku segera menoleh ke belakang, aku yakin yang di tanya pasti aku bukan pak sopir karena hanya ada kita bertiga di dalam mobil yang bentuknya long itu. Dulu aku hanya bisa melihatnya di tv tapi sekarang aku aku berada di dalamnya. Sedikit mual tapi tidak pa pa lah, masih bisa aku tahan juga.
Bukan urusanku juga, aku memilih merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk itu, karena udaranya begitu sejuk dan tubuhku juga terasa capek, perlahan mata ini mulai terpejam.Hingga suara ketukan di pintu kembali membuat mataku terbuka lebar."Mas Bian kembali lagi ya?" tanyaku sambil tangan ini mulai membuka pintu.Seorang wanita cantik sudah berdiri di depan pintu, mata kami saling bertemu. Rasanya memang tidak asing wajah itu, tapi aku lupa melihatnya di mana.Wanita itu tampak terkejut melihat aku di dalam kamar itu, sepertinya karena dia langsung memelongokkan kepalanya ke dalam kamar dan mencari sesuatu."Kamu siapa?" tanyanya saat sudah kembali ke posisi semula.'Kenapa dia yang tanya? Seharusnya kan aku yang tanya!' aku merasa aneh dengan wanita di depanku itu, aku lupa jika kamar yang aku tempati saat ini adalah kamar mas Bian, mungkin wanita di depanku itu memang tamunya mas Bian."Cari mas Bian ya?""Kamu siapa?" seka