Home / Romansa / Kepentok Cinta Mas Bian / Kehidupan Kiandra

Share

Kehidupan Kiandra

Setelah semuanya meninggalkan rumah Kiandra, Irwan pun akhirnya ikut berpamitan. Bu Rusmi meminta Kiandra untuk mengantar Irwan ke depan.

"Terimakasih ya mas, sudah mau bantu!" mereka berdiri di samping mobil angkot milik Irwan. Walaupun supir angkot, dia juga sedang kuliah semester akhir, anak rantau yang bekerja sambil kuliah dan kost di sebelah rumah mereka.

"Nggak perlu sungkan, kita kan bertetangga! Oh iya, kamu yakin nggak kuliah?" Irwan masih memikirkan percakapan di dalam tadi, yang ia tahu beberapa hari ini Kiandra begitu getol mencari kampus yang dekat dengan rumah dengan biaya murah, bahkan dia juga sempat bertanya padanya tentang kampus tempatnya kuliah.

"Iya mas, Kiandra nggak mungkin memaksakan untuk kuliah sedangkan bapak nggak bisa cari uang untuk beberapa waktu!"

Plek

Tiba-tiba tangan Irwan mendarat di kepala Kiandra, mengusapnya dengan lembut. "Nanti pasti ada jalan!" sontak Kiandra mendongakkan kepalanya menatap wajah pria itu, walaupun terlihat hitam tapi jika di perhatikan dengan seksama, pria itu manis.

'Ya ampun mas Irwan, ini maksudnya apa, mau bikin aku semakin jatuh cinta saja' batin Kiandra.

Jantung Kiandra rasanya seperti disko. Tapi dengan cepat ia segera mengendalikan perasaannya karena dia tahu jika pria di depannya itu bukan suka sama dia, tapi sama Salsa.

"Kalian ngapain di luar? Kalian pacaran ya? Aku bilangin sama ibu ya!" Salsa sudah ingin berteriak tapi segera di tahan oleh Kiandra.

"Apaan sih Sa, mas Irwan sudah baik loh mau jemput bapak, kamu bukannya minta maaf malah mau cari gara-gara!" Kiandra sudah benar-benar kesal dengan saudarinya itu.

"Sudah nggak usah ribut, saya pulang dulu ya!" Irwan pun meninggalkan mereka berdua. 

Kiandra yang kesal pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Salsa. Rasanya sangat tidak adil, mereka tumbuh bersama-sama tapi Salsa mendapatkan semua yang ia inginkan sedangkan dirinya tidak.

Pagi ini saat salsa bahkan belum keluar dari kamarnya, tapi Kiandra sudah sibuk dengan segala pekerjaan rumah. Bu Rusmi ke rumah tetangga untuk bersih-bersih di sana dan mendapatkan bayaran. 

Kini Kiandra sedang sibuk membuatkan sarapan sebelum ibunya pulang. Bu Rusmi pasti akan marah jika saat pulang makanannya belum matang.

"Buatkan aku susu hangat dong!" perintah Salsa, sepertinya ia baru bangun tidur, rambutnya juga terlihat masih berantakan.

Kiandra hanya memicingkan matanya, ia benar-benar kesal dengan saudarinya itu.

'Seperti tuan putri saja!'

"Kamu budek ya?" Salsa benar-benar kesal hari ini, dan Kiandra hanya menoleh sebentar dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Brakkkk

"Kamu sengaja ya?" Salsa menggebrak meja makan di depannya, kali ini Kiandra benar-benar menoleh padanya dengan tatapan tajam. Ia melempar lap yang ada di tangannya ke meja yang sama.

"Kamu tidak tahu ya kalau aku sedang sibuk, kamu punya tangan sendiri kan, buat sendiri kenapa!?"

"Cuma di mintai tolong aja gayanya sok banget sih!"

"Aku bukannya sok ya, aku sibuk dan tangan kamu nggak berfungsi memangnya?"

"Lama-lama kamu kok jadi nglunjak ya, aku harus segera berangkat dan kamu buat mood aku ilang!"

Dari arah lain terdengar seseorang memasuki rumah dengan buru-buru, mungkin karena mendengar ribut-ribut di dalam rumah.

"Kalian apaan sih, pagi-pagi sudah ribut saja, kasihan tahu tetangga, mereka bisa ngeluh sama kita gara-gara kalian selalu ribut!" Bu Rusmi ternyata sudah kembali dan melerai mereka.

"Ini Bu, Kia perhitungan banget, aku kan buru-buru sudah terlambat buat datang ke kampus, aku cuma minta tolong buatin coklat hangat, dia malah teriak-teriak sama aku Bu!" 

'Dia benar-benar bermuka dua' batin Kiandra kesal. Kalau sudah ada ibunya dia benar-benar yang paling di salahkan.

"Kamu jangan perhitungan sama adik kamu, lagi pula cuma minta tolong buatin coklat panas kan sekalian kamu masak, biarkan Salsa siap-siap, kasihan kalau dia sampai terlambat!"

"Tapi bu_"

"Jangan buat ibu semakin pusing!"

"Baiklah!"

Salsa menjulurkan lidahnya dan berlalu meninggalkan mereka, 

"Sekalian, buatkan ibu kopi, pusing kepala ibu!"

"Baik Bu!"

Begitulah gambaran kehidupan mereka setiap harinya. Terserah siapa yang salah tetap saja Kiandra yang akan di persalahkan. Sekeras apapun dia melawan tetap saja, mereka jauh lebih keras karena dua lawan satu, apalagi bapaknya yang juga kadang membela mereka. Walaupun sesekali hanya jadi pihak yang netral dan menenangkan Kiandra yang marah.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kiandra memilih untuk segera pergi untuk mencari pekerjaan. Kalau tidak salah di tempat temannya ada yang sendang mencari karyawan baru, dari pada menunggu pak Adi yang belum jelas. Terlalu lama di rumah juga membuatnya kesal.

Ia hanya punya sepeda butut, dari pada uangnya untuk membayar angkot lebih baik naik sepeda sekalian berolah raga. Ia sudah memakai kaos dengan gambar artis idolanya yang sedang naik daun sekarang. Fabiano sky, aktor tampan yang multitalenta dan di gemari oleh anak-anak remaja. Bahkan beberapa tas dan baju kiandra ada foto Bian. Ia memakai.

Celana di bawah lutut tanpa jahitan di bawahnya, walaupun terlihat usam tapi masih pantas saja bagi anak muda. Bukan karena ia begitu gaul tapi memang tidak ada yang bisa ia gunakan untuk membelinya lagi. ia hanya akan membeli baju di hari raya saja, itupun kalau banyak bapaknya dapat THR, karena tahun lalu ada pandemi, jadi pak Tato tidak dapat THR jadi sudah pasti Kiandra tidak bisa membeli baju lebaran.

Hanya butuh waktu satu jam hingga ia sampai di tempat kerja temannya, sebuah warung makan yang lebih mirip seperti restauran di kota-kota besar. Ia tidak punya pulsa untuk menghubungi temannya itu, terpaksa ia harus langsung masuk dan bertanya pada salah satu karyawan di situ.

"Silahkan duduk mbak, mau pesan apa?"

"Maaf mbak, saya bukan mau makan, saya cari indah, indahnya ada kan mbak?"

"Oh indah, sebentar saya panggilkan, nggak pa pa duduk dulu!"

"Terimakasih mbak, saya nunggu di sana saja!" kiandra memilih menunjuk ke arah teras, ada beton yang bisa ia duduki. Ia tidak enak duduk di bangku pelanggan karena ia tidak makan.

Setelah menunggu hingga beberapa menit akhirnya teman yang bernama indah itu pun muncul dengan pakaian yang sama seperti yang di pakai wanita tadi.

"Kia, ada apa?"

"Duduklah!" bukannya menjawab, Kiandra malah memintai Indah untuk duduk bersamanya.

Akhirnya indah pun duduk, ia kembali menoleh pada Kiandra, "Ada apa Kia?"

"Yang kemarin kamu bilang ada lowongan masih tersedia nggak?"

Indah langsung memanyunkan bibirnya, Kiandra sudah tahu jawabannya sekarang walaupun Indah belum mengatakannya.

"Sudah nggak ada ya?"

"Maaf ya Kia, sebenarnya kamu hanya terlambat satu hari, baru kemarin masuk anak barunya!"

"Nggak pa ndah, soalnya kemarin aku harus nungguin bapak aku dibeumag sakit!"

"Bapak kamu sakit?" Indah sepertinya belum tahu tentang kabar bapak Kiandra yang kecelakaan.

"Iya Ndah!"

"Tahu gitu aku minta bosku buat nungguin kamu, aku kira kamu nggak jadi kerja makannya bisa cari orang lain, maaf banget ya!"

Kiandra tersenyum dan mengusap bahu temannya itu, "Nggak pa pa, belum rejeki aja kali Ndah! Kalau ada lagi, hubungi aku lagi ya siap tahu aku belum dapat kerja!"

"Pasti!"

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status