Setelah selesai menjelaskan tentang kamar dan pemilik kamar itu, mereka pun keluar. Seorang pelayan yang menghampiri mereka.
"Antar dia ke kamarnya, beri pelayan pelayan!" "Baik tuan! Ayo!" Ajak pelayan itu dan Kiandra segera mengikutinya di belakang. Kak Leo keluar dari rumah itu dan mobil terlihat meninggalkan halaman rumah. "Nama saya Anna, saya kepala pelayan di sini. Di rumah ini ada lima pelayan dengan tugas masing-masing jadi pernah mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaanmu, nama kamu tadi siapa?" Wanita itu terus bicara sambil berjalan. "Saya Kiandra!" "Baiklah Kiandra! Setelah pekerjaanmu selesai jangan pernah pernah menampakkan diri di rumah utama tanpa ada panggilan dari rumah utama!"Wanita bernama Anna itu terus menjelaskan, sebenarnya perhatian Kiandra sedang tidak begitu fokus karena ia sedang menyibukkan matanya untuk mengabsen setiap ruangan yang ia lalui, rumah besar dengan interior modern.
"Kamu mendengarkan ku kan?" pertanyaan itu menyadarkan Kiandra bahwa sekarang dia tidak sedang konsentrasi.
"Iya."Mereka akhirnya keluar dari rumaj utama,
Kiandra di buat terkesima karena di balik rumah besar itu, di sisi lain dari kolam renang yang luas, ada berjejer kamar-kamar seperti kos-kosan. Hingga kepala pelayan berhenti di depan sebuah kamar yang berada di paling ujung."Sebenarnya satu kamar biasanya di huni dua orang, tapi karena tidak ada lagi yang kamarnya satu orang, jadi tidak ada pa pa ya kamu di kamar sendiri!""Tidak pa pa kak, terima kasih!"Kiandra sebenarnya merasa ini jauh lebih baik dari pada tinggal bersama orang lain yang belum dia kenal. Secara garis besar dia sudah tahu apa tugasnya, pokoknya hanya melayani pemilik rumah. Jika pemilik rumah sudah akan datang, ada orang yang akan mengabarinya dengan telepon yang menggantung di dinding kamarnya.
Setelah bi Anna pergi, kiandra pun segera melempar tas ranselnya ke tempat tidur begitu juga dengan tubuhnya yang sudah penat, ingin rasanya segera mandi. Dan istimewanya ternyata kamar itu juga di lengkapi dengan kamar mandi pribadi, memang tidak besar seperti kamar mandi pemilik rumah tapi kamar dan kamar mandi pelayan ternyata senilai dengan kos-kosan seharga enam ratus ribu per bulan, ada tv kecil, lemari kecil, kamar mandi dan satu dipan. Mungkin jika ada orang dua di kamar itu ada dua dipan tapi karena Kiandra sendiri jadi hanya ada satu dipan dan satu lemari, cukup menguntungkan baginya karena mungkin tidak akan ada yang tinggal dalam satu kamar dengannya.
Hingga sore hari, telpon yang menempel di dinding kamarnya berdering.
"Asisten Kiandra, tuan akan segera datang dalam waktu sepuluh menit!"
"Baik, saya siap-siap!"
Asisten? Pantas saja kiandra merasa aneh dengan seragamnya, tidak sama dengan seragam pelayan lainnya. Berdasarkan informasi dari beberapa pelayan muda yang tinggal di sebelah kamarnya, sebelumnya dalam satu bulan sudah berganti asisten sebanyak sepuluh kali, jadi rata-rata mereka hanya betah selama tiga hari.
Setelah suara seorang pria yang berbicara di balik telepon itu berhenti, kiandra pun segera bersiap-siap. Ia memakai seragamnya yang berbeda dengan yang lainnya itu dan segera berlari ke rumah utama. Tujuannya kini adalah ke kamar utama, menyiapkan air hangat handu, aroma terapi dan menyambutnya di depan pintu utama.
Sepuluh menit bukan waktu yang lama untuk menyiapkan semuanya, ia juga harus menyiapkan sendal saat majikannya melrpas sepatunya.
Hal yang membuat kiandra betah di dalam kamar mandi utama, ia bisa melihat idolanya terpampang begitu jelas di sana.
Sebuah mobil memasuki gerbang besar itu, Lamborghini keluaran terbaru. Terlihat begitu mewah dengan warna hitam mengkilat, dari situ sudah pasti pemiliknya bukan orang biasa. tapi yang membuat kiandra heran, ada orang yang begitu mengagumi artis idolanya seperti itu sampai memajang foto begitu besar di kamar mandi dan di kamar tidurnya.
'Mungkin dia seorang cewek, atau bisa jadi dia pacarnya Fabianski.' batin kiandra menduga-duga orang yang akan keluar dari dalam mobil itu.
Entah sejak kapan, pria yang ingin di panggil kak Leo itu juga sudah berdiri di samping mobil siap membukakan pintu mobil. Kiandra tetap berdiri jauh di depan pintu, tapi sebelum kak Leo membuka pintu mobil, dia melambaikan tangannya agar kiandra mendekat.
Dengan ragu kiandra pun mendekat dan berdiri di samping kak Leo.
"Kalau dia keluar, tundukkan kepalamu beri hormat, mengerti!" bisiknya pada kiandra. Kiandra pun menganggukan kepalanya tanda mengerti.
Tangan kak Leo menarik handle pintu mobil hingga mobil yang sudah tidak terkunci itu terbuka sekarang.
Karena menunduk, Kiandra bisa melihat kaki pemilik mobil itu. Tidak sama dengan yang dia pikirkan, itu kaki seorang pria bukan wanita cantik seperti yang dia pikirkan.
Rasa penasaran berhasil memancing kiandra untuk perlahan mengangkat kepalanya. Tapi saat mengangkat kepalanya dia malah terkejut di buatnya hingga pekikkan keluar dari mulutnya. Tubuhnya juga sampai terlonjak kebelakang, kedua telapak tangannya langsung ia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara.
Pria tampan yang baru saja keluar dari mobil itu membuka kaca mata hitamnya dan menyerahkan pada kak Leo.
"Dia siapa?" tanyanya pada kak Leo.
Kak Leo melotot pada kiandra agar segera kembali ke posisi Semula. Kiandra pun kembali menunduk memberi hormat.
"Kenalkan dirimu!"
KiandraPria tampan yang baru saja keluar dari mobil itu membuka kaca mata hitamnya dan menyerahkan pada kak Leo. Aku benar-benar di buat tercengang bahkan bibirku tidak mampu berkata-kata lagi."Dia siapa?" tanyanya pada kak Leo.Kak Leo melotot pada ku agar segera kembali ke posisi Semula. Aku pun kembali menunduk memberi hormat."Kenalkan dirimu!" Perintah kak Leo padaku.Jelas bibir ini begitu gugup, ada Fabian Sky di depanku , kira-kira aku bisa mengatakan apa sekarang. Aku pun kembali ke posisi semulaikh, mimpi apa aku semalam hingga harus melayani seorang pria yang bahkan dalam mimpi pun aku Tidka mampu menyentuhnya. Pria yang selalu di eluh-eluhkan oleh para gadis bukn hanya di kampungnya tapi di seluruh negri ini.Jika Salsa tahu aku berkerja dengan siapa, dia pasti akan menangis semalaman gara-gara ini, ingin rasany
Aku segera menyiapkan baju tidur pria yang sudah membuat beberapa anak perempuan seusiaku mengidolakannya.CklekSuara pintu kamar mandi yang kembali di buka berhasil membuat dadaku Skot jantung lagi, dia benar-benar penuh kejutan.Kepalaku langsung menunduk, tidak berani menatap tubuh yang terbuka itu, hanya sebuah handuk lamat-lamat aku menatap dari bawah."Bajunya sudah siap mas!" bibirku bergetar bahkan hanya untuk mengucapkan hal itu.Kakinya melangkah mendekat padaku, iya dia sepertinya benar-benar mendekat hingga hanya tersisa sekitar tiga langkah saja, ahhh pikiranku sudah melayang bebas sekarang."Aku butuh kopi panas, nama kopiku!"'Ampun deh, aku lupa!' ingin rasanya segera berlari sebelum pria maskulin itu menendang bokongku."Maaf mas, saya lupa!""Pergilah, dalam lima menit kalau tidak kembali aku akan menghukummu!"'lima menit?' dia gila atau apa, dari kamar utama ke dapur bukan jarak yang singkat, bi
Pagi ini, aku tentu bangun lebih pagi dari biasanya, bangun jam tiga dini hari. Menyiapkan semua keperluan mas Bian karena ternyata kak Leo sudah mengirimiku banyak sekali pesan agar menyiapkan persis seperti yang ada di dalam daftar.Mas Bian begitu tampan dengan kaos polos yang di lapisi dengan jaket demin dan celana gelap, sebuah sepatu bermerk menjadi pelengkap penampilannya yang luar biasa. Aku berjalan di belakangnya dengan membawa sebuah koper besar.Sebuah mobil sudah siap membawa kali ke sebuah lokasi.Berada seperti orang yang istimewa untuk mas Bian, aku duduk di depan sayangnya bukan di samping mas Bian."Kamu nggak punya baju lain ya?""Hah?" aku segera menoleh ke belakang, aku yakin yang di tanya pasti aku bukan pak sopir karena hanya ada kita bertiga di dalam mobil yang bentuknya long itu. Dulu aku hanya bisa melihatnya di tv tapi sekarang aku aku berada di dalamnya. Sedikit mual tapi tidak pa pa lah, masih bisa aku tahan juga.
Bukan urusanku juga, aku memilih merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk itu, karena udaranya begitu sejuk dan tubuhku juga terasa capek, perlahan mata ini mulai terpejam.Hingga suara ketukan di pintu kembali membuat mataku terbuka lebar."Mas Bian kembali lagi ya?" tanyaku sambil tangan ini mulai membuka pintu.Seorang wanita cantik sudah berdiri di depan pintu, mata kami saling bertemu. Rasanya memang tidak asing wajah itu, tapi aku lupa melihatnya di mana.Wanita itu tampak terkejut melihat aku di dalam kamar itu, sepertinya karena dia langsung memelongokkan kepalanya ke dalam kamar dan mencari sesuatu."Kamu siapa?" tanyanya saat sudah kembali ke posisi semula.'Kenapa dia yang tanya? Seharusnya kan aku yang tanya!' aku merasa aneh dengan wanita di depanku itu, aku lupa jika kamar yang aku tempati saat ini adalah kamar mas Bian, mungkin wanita di depanku itu memang tamunya mas Bian."Cari mas Bian ya?""Kamu siapa?" seka
Dari pada penasaran, aku pun memilih mendekati mas Bian. Dia sedang berselancar dengan benda pipihnya itu, entah apa yang sedang ia lakukan. Tidak lupa aku membawa sebotol minuman dingin untuknya, siapa tahu dia haus."Mas Bian haus nggak?" tanyaku setelah sampai di depannya. Pria yang selalu aku idolakan itu memilih mendongakkan kepalanya dan menatap ke arahku.Aku segera menyodorkan botol minuman dingin di tanganku."Kamu yang beli?""Bukan, om itu yang kasih!" ucapku sambil menunjuk pria brewok yang memakai kacamata sedang membagikan minuman."Duduklah!" mas Bian menepuk bangku kosong di sampingnya.Dengan senang hati dong aku duduk, memang dari tadi itu yaang aku inginkan, duduk bersebelahan sama mas Bian, tapi sayang sekali seandainya saja aku tadi yang berpose mesra sama mas Bian, pasti tambah seneng.Kami hanya saling diam, mas Bian juga tidak menanyakan apapun padaku padahal aku sudah di sampingnya, matanya tampak masih mengawas
"Kamu ternyata cantik juga, anak kecil!" ucap mas Bian sambil mengusap kepalaku, jelas aku kesal. Aku harus menjelaskan berapa kali lagi agar pria idaman hatiku itu tidak memanggilku anak kecil, rasanya pengen gigit aja kalau boleh."Ayo!" sekali lagi, mas Bian benar-benar ingin buat aku Skot jantung, ia menarik tanganku dan melingkarkan ya di lengannya yang kekar hingga aku bisa merasakan kerasnya otot lengan mas Bian. Walaupun aku tidak pernah lihat tapi aku yakin jika pria itu memang pecinta olah raga.'Ehh tunggu! Sepertinya aku melupakan sesuatu!' kalau aku semesra ini sama mas Bian lalu bagaimana dengan mbak Tere, dia kan pacarnya mas Bian.Aku menghentikan langkahku saat sampai di depan pintu lift sebelum pintu itu terbuka."Mas, bagaimana dengan mbak Tere? Bukankan nanti mbak Tere marah saat lihat kita seperti ini?"Mas Bian menoleh padaku dan semakin mengeratkan tanganku yang ada di lengannya,"Dia milih pergi sama pak Kenan, jadi janga
Aku memilih meninggalkan makananku dan menghampiri mas Bian, mbak Tere harus mendapat pelajaran atas apa yang di lakukan pada mas Bian ku.'Cie, mas Bian ku, aku jadi malu sendiri menyebutnya mas Bian ku, tapi mau bagaimana, jika ada yang menelantarkan dia, aku jelas dengan tangan terbuka memungutnya!'Aku dengan semangat membara, berjalan dengan pasti menghampiri pria pujaan hatiku, aku sampai lupa kalau kali ini sendalku jauh lebih tinggi dari batu bata.Hingga sebuah kursi mematahkan semangatku, karena sendal hak tinggiku menyenggol kaki kursi hingga membuat tubuhku limbung.brukkkkksepertinya aku mendarat di tempat yang tepat, sangat tepat. Bibirku mendarat di bibirnya, hingga tubuh ini seakan tidak mampu bergerak lagi.'Bibir mas Bian begitu manis!'Mata kami bertemu, aku seperti es krim yang meleleh seketika hingga sebuah tangan menarikku dengan paksa bangun dari tubuh mas Bian.PlakkkkkSebuah tamparan kera
Aku seakan ingin menghentikan waktu untuk saat ini saja, saat di mana hanya ada aku dan mas Bian saja.Mas Bian terus menarik tanganku walaupun sebenarnya aku enggan kembali, aku tahu setelah ini sudah pasti mas Bian akan pergi dengan yang lain atau dia akan memilih tidur di tempat lain seperti yang ia katakan tadi pagi.Hingga kami sampai juga di ujung lorong, ku lihat ada seseorang yang sedang duduk berjongkok di depan kamar kami, walaupun gelap tapi aku bisa melihat siapa wanita itu, dia mbak Tere.Mas Bian melambatkan langkahnya, sepertinya ia masih enggan untuk bertemu dengan wanita itu.Hingga jarak kami semakin dekat, wanita itu segera berdiri dan hampir berjalan menghampiri kami tapi segera ia urungkan saat melihat tangan kami yang saling bertaut."Bian!""Ada apa kamu ke sini?" mas Bian masih menampakkan wajah dinginnya.Srekkk