Selesai berbicara, Claire berjalan ke sisi Gina, lalu berjongkok di hadapannya. Dia mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Perusahaan Jeewan bisa memonopoli pasar tanzanite juga karena merasa tanzanite memiliki ruang untuk berkembang, ‘kan? Sepertinya kita sepemikiran?”“Dari seluruh pasar perhiasan di Negara Makronesia, jarang sekali ada perhiasan yang menggunakan tanzanite. Anak muda zaman sekarang juga tidak paham seberapa indahnya tanzanite. Apa gunanya jika tanzanite hanya untuk disimpan saja?”Gina menatap tatapan tulus gadis muda di hadapannya. Selama beberapa tahun ini, memang ada banyak orang yang memohon untuk disuplai tanzanite, tetapi orang-orang itu tidak menyadari betapa bagusnya tanzanite, mereka semua hanya merasa tanzanite sangatlah langka.Masa penggalian tanzanite juga memiliki batas waktu tertentu. Dalam beberapa puluh tahun mendatang, mungkin tidak akan ditemukan tanzanite lagi. Pada saat itu, nilai koleksinya juga akan melampaui aqua marina.Barang
Wajah Javier terlihat sangat tampan. Hanya saja, semua itu pasti hanyalah halusinasi!Javier mengangkat kepalanya untuk menatap Claire. “Kamu sudah pulang?”Claire menyimpan tatapannya, lalu masuk ke ruangan dengan memegang kontrak. “Kenapa Tuan Javier santai sekali?”“Dengar-dengar, kamu sudah menunggu setengah hari di Perusahaan Jeewan, baru bisa bertemu dengan Bu Gina?”“Jangan-jangan Tuan Javier pasang kamera CCTV di tubuhku?” Claire memeriksa pakaiannya. Dia pasti telah memasangnya!Javier menggigit bibir bawahnya, lalu berjalan ke sisinya dengan perlahan. “Kenapa kamu tidak bilang kamu berasal dari Grup Angkasa?”Jika Claire pergi membahas kontrak kerja sama dengan nama perusahaan barunya, sepertinya dia akan dipersulit oleh Gina. Sebab, mereka tidak mengetahui kemampuannya, mana mungkin mereka akan menyetujuinya?Namun, jika Claire menyebut nama Grup Angkasa, Perusahaan Jeewan pasti akan mempertimbangkannya. Modal besar yang dimiliki Grup Angkasa telah terpampang jelas di depan
Claire mengenakan kemeja putih kerah tinggi dipadukan dengan celana kulot panjang pinggang tinggi berwarna krim. Selain itu, tampak sepotong kain sutra diikat di bagian pinggangnya. Penampilan Claire kelihatan sederhana dan fesyen.Pelayan membawa mereka ke dalam ruangan VIP. Tampak ada dua pengawal berseragam hitam sedang berjaga di depan pintu.“Tuan Javier.” Pengawal mengangguk untuk memberi hormat, lalu membukakan pintu.Dekorasi ruangan terlihat sangat berkelas. Tampak seorang lelaki paruh baya sedang duduk di tengah-tengah meja. Lelaki yang penuh wibawa ini tak lain adalah ayahnya Javier.Sepertinya dari latar belakang Keluarga Fernando yang hebat ini, persyaratan mereka dalam memilih calon menantu pasti sangatlah tinggi? Setidaknya calon menantu mereka harus berasal dari keluarga kerajaan atau anak dari keluarga kaya raya.Javier merangkul pinggang langsung Claire, membawanya ke depan. “Ayah, aku sudah membawa menantumu kemari.”Claire pun tertegun.Steven terus mengamati Claire
“Paman, kamu nggak usah kasih hadiah, nggak usah hambur-hamburkan uang.” Claire segera berdiri. Dia sungguh tidak enak hati untuk mengambil hadiah dari tangan senior.Steven mengeluarkan sebuah kotak, lalu membukanya di hadapan Claire. “Aku tidak tahu apakah kamu menyukainya atau tidak.”Di dalamnya terdapat sebuah gelang giok dengan harga selangit. Claire mengamatinya dengan saksama dan dia pun terbengong. “Ini … bukankah ini Imperial Green Jade?”Kedua mata Steven langsung berkilauan. “Ternyata kamu memahami jenis giok?”Javier pun tersenyum. “Ayah, Claire adalah desainer perhiasan. Tentu saja dia paham.”“Ternyata begitu. Pantas saja, seleranya sangat bagus. Hanya saja, Imperial Green Jade sangatlah langka, ia adalah barang berharga dari Keluarga Fernando sekaligus mahar di saat pernikahan ibunya Javier. Sebelum dia meninggal, dia pernah mengatakan ingin mewarisi gelang ini kepada calon menantunya.”Mendengar ucapan Steven, Claire semakin tidak berani untuk menerimanya. “Paman, Impe
“Masalah enam tahun lalu mungkin hanyalah sebuah kecelakaan bagimu.” Javier menatapnya, lalu berkata dengan nada datar, “Tapi bukan bagiku.”Seandainya Javier merasa semua itu hanyalah sebuah kecelakaan belaka, dia juga tidak akan mencari Claire.Mungkin boleh dikatakan bahwa obat waktu itu telah menemukan Javier dengan seorang wanita yang diidamkannya. Javier menyukai kecantikannya dan juga perasaan ketika bersama dengannya. Sepertinya dia telah terjerumus terhadap wanita itu. Dia pun tidak bisa melupakannya lagi.Di dalam lingkungan pertemanan Javier, tentu saja dia pernah bertemu dengan banyak wanita cantik, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang membuat hatinya begitu bergejolak. Bahkan, Kayla juga tidak bisa melakukannya.Javier mengangkat dagu Claire dengan perlahan, lalu meraba bibir delimanya. “Meski selama enam tahun ini Kayla selalu berada di sisiku, aku tidak pernah sekali pun menyentuhnya. Aku tidak dapat mengendalikan diriku ketika bersama wanita pada m
“Kamu beri dia hasil desain di atas meja itu.”“Berikan kepadanya lagi?”“Iya.” Claire mengangkat kepalanya. “Setelah dia menerima semua itu, dia pasti akan semakin serakah lagi. Aku ingin membuat dia menjadi semakin angkuh lagi. Aku akan memuaskan dirinya.”Fendra menuruti apa keinginan Claire. Dia diam-diam menyerahkan hasil desain itu kepada Franklin. Setelah Franklin mendapatkannya, dia langsung menyerahkannya kepada Kayla.Dengan adanya hasil desain ini, mana mungkin Kayla tidak merasa gembira. Bagaimanapun, sekarang Perusahaan Vienna bisa bertahan juga berkat hasil karya Franklin. Seandainya dia bisa …..Kepikiran apabila Franklin bersedia menjadi desainer bayangan, Kayla pun akan merasa sangat antusias. Saking antusiasnya, Kayla langsung mengunggah hasil desain itu ke Facebook dengan mencantumkan namanya sendiri.Sesuai dugaan, baru saja diunggah beberapa jam, unggahan itu menjadi viral.Claire juga sudah melihat Facebook yang diunggah Kayla. Dia memperlihatkannya kepada Fendra.
Mungkin karena Kayla sedang tenar sekarang. Jadi, dia pun diundang! Pokoknya Imelda sungguh bangga lantaran putrinya bisa diundang ke acara mewah seperti Gala Sosialita!Rendy berjalan naik ke lantai dua. Saat ini, suasana di ruangan terasa agak tertekan.Imelda pun berkata dengan tersenyum, “Aku ke atas untuk lihat ayahmu dulu.”Imelda mengikutinya ke dalam kamar. Melihat raut wajah Rendy yang begitu muram, Imelda pun merangkul lengannya dan berkata, “Suamiku, ada apa?”Rendy menyingkirkan tangannya. “Kamu itu seorang ibu, kenapa kamu memanjakan putrimu seperti ini?”Imelda yang tiba-tiba dimarah pun merasa bingung. “Memangnya ada apa dengan Kayla?”“Jelas-jelas hasil karya itu bukan hasil desain Kayla. Kalian bisa membohongi semua orang, membohongi Ibu, tapi kamu tidak bisa membohongiku.”Rendy kenal jelas dengan putrinya yang satu ini. Seandainya hasil desain itu adalah hasil karya Claire, mungkin Rendy masih bisa memercayainya. Sebab, Rendy jelas dengan kemampuan Claire. Namun jika
Claire spontan tersenyum. “Kayla nggak berpenampilan polos lagi?”Sekarang dia ingin beralih ke gaya seksi?Ketika Kayla menemukan keberadaan Claire, raut wajahnya langsung berubah.Wanita jalang itu! Kenapa dia bisa berada di sini?Hmph! Bagus juga dia di sini.“Hehe, bahkan kamu juga mendapat undangan, ya?” Kayla berinisiatif untuk berjalan ke sisinya.“Iya, sebenarnya aku juga kaget melihatmu di sini.” Claire berlagak kaget.Sepertinya Kayla sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya dirinya bisa mendapatkan undangan itu?Kalya tersenyum bangga. “Mungkin karena aku terlalu terkenal. Claire, karier di dunia perhiasanku telah dimulai.”“Oh ya?” Claire terlihat sangat santai. “Dunia perhiasan tidaklah gampang. Hati-hati namamu akan tercemar nantinya.”Kayla menggertakkan giginya. “Heh, aku lihat sepertinya kamu yang takut? Betul juga, kamu sudah meninggalkan Perusahaan Vienna dalam waktu lama, tapi tidak ada satu pun hasil karya dari perusahaan barumu. Sekarang malahan Perusahaan Vienna
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs