Louis menunduk untuk melihat Candice. “Tapi masalah aku dengan Chelsea sudah masa lalu. Kalau kamu tidak suka, kelak aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi.”Candice tidak kepikiran Louis akan begitu memikirkan perasaannya. Dalam sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia bahkan merasa hatinya terlalu sempit dan tidak masuk akal.“Candice.” Louis memegang wajahnya, lalu mendekatinya. “Aku dan dia memang sudah berpacaran selama enam tahun, tapi tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Aku hanya pernah menyentuhmu saja.”Wajah Candice seketika memanas. Dia mendorong dada Louis, lalu menundukkan kepalanya. “Jangan bahas lagi.”Namun, Louis masih melanjutkan, “Semalam adalah pertama kalinya …. Kalau aku sudah menyakitimu, aku akan lebih hati-hati lain kali …. Uhm ….”Candice menutup mulutnya. Wajahnya semakin merah saja. “Aku sudah bilang jangan bahas lagi.”Louis menggenggam tangan Candice. Pikirannya seketika menjadi hampa. Louis membungkukkan tubuhnya untuk menciumnya. Hanya
Cherry menjawab dengan wajah datar, “Aku nggak kenal sama kamu.”“Sahabatku, Jude, sudah meninggal. Sekarang kamu malah melupakanku?” Si lelaki meletakkan tangannya di atas pundak Cherry. Dia mencondongkan tubuhnya ke sisi Cherry. “Sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, kamu semakin cantik saja.”Tangan si lelaki mulai menjulur ke bawah.Tetiba Claire berdiri, lalu menahan pergelangan tangannya. Kemudian, Claire menendang betis si lelaki hingga dia jatuh ke lantai.“Tadi kamu baru saja disiram minuman. Sekarang kamu malah berani pegang-pegang temanku di hadapan banyak orang. Apa kamu tahu perbuatanmu termasuk pelecehan?”Suara Claire menarik perhatian orang-orang. Raut wajah si lelaki sangatlah buruk. Dia berdiri, lalu tersenyum. “Dasar wanita jalang! Kepo sekali!”Si lelaki mengayunkan tinjunya untuk menyerang Claire. Claire mengelak, lalu menjatuhkannya ke lantai.Tamu di dalam restoran langsung berdiri. Ada yang maju untuk memotret dan ada juga yang bersorak tepuk tangan.Candice mena
Cahya menaikkan jendela mobilnya.Sampai jumpa nanti?Candice bertukar pandang dengan Candice. Mereka berdua spontan melihat ke sisi Cherry. Ucapan itu seolah-olah bukan tertuju pada mereka.Izza mengendarai mobil mengantar Candice ke rumah, lalu mengantar Cherry dan Claire.Claire memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Apa kamu baik-baik saja?”Cherry segera tersadar dari lamunannya. Dia pun tersenyum. “Aku baik-baik saja.”“Aku rasa Kenzi nggak akan melepaskanmu begitu saja. Beberapa hari ini kamu jangan keluar rumah sendiri.”Cherry merasa terkejut. Disusul, dia menunjukkan senyuman paksanya. “Tenang saja, aku tahu apa yang harus kuperbuat.”Mobil berhenti di depan Apartemen Genting. Setelah Cherry menuruni mobil, dia berpamitan kepada mereka. Izza pun baru mengendarai mobil meninggalkan tempat.Izza mengintip dari kaca spion tengah. “Nona, beberapa hari kemudian, aku harus kembali ke Negara Mardani.”Claire merasa gugup. “Apa terjadi sesuatu dengan Ayah?”Izza menggeleng. “Owl baik
Ujung bibir Jerry berkedut. Dia mendorong kepala Jessie yang mendekatinya. “Aku mau ganti adik.”Jessie memperagakan wajah jelek.Jules hanya bisa menggeleng, lalu melanjutkan makannya. Dia tidak bersedia ikut campur dalam percekcokan kekanak-kanakan kedua bocah cilik itu.Di perjalanan kembali ke Vila Blue Canyon, Claire memuji Jules sama pengertiannya seperti Jody.Javier menyipitkan matanya. “Kamu lebih suka bocah itu?”Claire pun terkejut sejenak dan tersenyum. “Sekarang kamu bahkan cemburu sama anak-anak? Nggak salah?”Javier menatapnya. “Sejak kapan bocah itu mirip Jody? Padahal dia masih kecil, tapi banyak sekali ide liciknya.”Tadi Javier juga melihat tatapan provokasi yang dilayangkan Jules kepada Jerry. Kesannya terhadap Jules tidaklah bagus.Sepertinya sikap anggota Keluarga Tanzil sama saja. Seorang anak yang usianya masih kecil saja bisa memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana setelah besar nanti?Claire hanya merasa bingung. Ketika melihat anak itu dilecehkan, dia menya
Cherry kepikiran dengan ucapan “sampai jumpa nanti” yang dikatakan Cahya tadi. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah kemalaman?Cahya tercium aroma wangi dan pedas dari dalam rumah. Dia pun mengerutkan keningnya. “Kamu beli makanan dari luar lagi?”Cherry menggaruk lehernya dengan canggung. “Ah, tadi aku pesan sedikit udang. Kamu mau ikut makan?”Setelah Cahya memasuki rumah, Cherry sungguh menyesali keputusannya. Kenapa dia malah memasukkan lelaki ke rumahnya di malam hari begini?Cahya menatap makanan dan beberapa kaleng bir di atas meja. “Apa kamu ingin minum?”Cherry sedang berjalan. Ketika mendengar ucapan itu, dia pun terbengong di tempat. Cherry segera menyimpan botol birnya. “Aku nggak minum, cuma buat stok, doang.”“Kamu lagi di rumah. Tidak masalah kalau kamu ingin minum.” Cahya duduk di sofa.Gerakan Cherry terhenti. Dia mengangkat kepalanya dengan kaget.Pada akhirnya, Cherry meminum bir. Mereka berdua pun bersulang.Cherry bertanya, “Bukannya kamu akan syuting film baru?”
Cherry membangkitkan tubuhnya dengan lemas, lalu pergi membukakan pintu.“Cherry, kenapa kamu nggak angkat telepon ….” Saat Candice ingin perhitungan dengan Cherry, tatapannya tertuju pada leher Cherry. Kedua matanya spontan terbelalak.Cherry menguap. “Aku bikin mode diam. Jadi, nggak keangkat, deh.”Menyadari Candice terus menatap bagian lehernya, Cherry pun menunduk dan mengusapnya. “Kamu lagi ngapain?”Candice mengangkat tangan dan menunjuknya. “Kerjaan siapa?”Awalnya Cherry merasa syok. Ketika kepikiran gambaran semalam, dia spontan menutup leher dan juga pintu, membiarkan Candice di luar sana.Candice kembali menekan pintu bel. “Cherry, jelaskan sama aku! Apa kamu menyembunyikan lelaki di dalam rumahmu!”Cherry berlari ke kamar mandi untuk becermin. Wajahnya seketika merona. Dia pun menutup wajahnya.Kenapa Cahya sadis sekali?Di Perusahaan Soulna.Claire dan Widya sedang membahas pekerjaan. Pada saat ini, terdengar suara Candice dari koridor. “Claire, aku sedih sekali.”Claire
“Bagaimanapun, Keluarga Tanzil telah membesarkan ibuku,” balas Javier dengan datar. Dia memang tidak menyukai Keluarga Tanzil, tapi dia masih mengingat budi mereka.Kening Cecilia tampak berkerut. “Aku tidak jelas dengan masalah Keluarga Tanzil. Tapi Kata Benn, Keluarga Tanzil sedang disibukkan dengan masalah pewaris mereka.”Javier juga mengernyitkan keningnya. “Bukankah Keluarga Tanzil hanya punya satu pewaris?”Cecilia mengatakan, Tetua Keluarga Tanzil memiliki dua anak laki-laki, tapi mereka dilahirkan dari istri yang berbeda. Anak dari mantan istrinya bernama Loman Tanzil, ayah kandung dari Hengky Tanzil. Setelah mantan istrinya meninggal, dia menikahi wanita yang umurnya sebaya dengan putra sulungnya, barulah ada Andreas.Itulah sebabnya Andreas hanya lebih tua delapan tahun daripada keponakannya, Hengky. Pewaris Keluarga Tanzil seharusnya adalah cucu sulung dari Loman Tanzil, Jules Tanzil.Namun, ibunya Andreas, istrinya Tetua Keluarga Tanzil, tidak ingin mewarisi kedudukan itu
Jules mendengus dingin. “Semua-semua suruh ketua kelas. Jadi, apa tugasmu sebagai wakil ketua kelas?”Jerry langsung berdiri sembari menopang kedua tangan di atas meja. Di saat dia hendak memaki, sebatang kapur dilempar mengenai belakang kepalanya.Jessie melihatnya sambil berkacak pinggang. “Kak, kamu jangan malas-malasan. Kami semua juga lagi bantu.”Teman-teman yang lain tidak berani meminta bantuan Jerry. Hanya saja, berbeda dengan Jessie.Jerry berdecak, lalu mengambil dekorasi dari atas meja. Dia membelalaki Jules, lalu berkata, “Iya, bukannya cuma gantung saja?”Lisa yang berdiri di samping Jessie pun tersenyum. “Jangan-jangan kakakmu masih kesal karena nggak terpilih menjadi ketua kelas?”Sebelum Jules pindah sekolah, Jerry adalah ketua kelas di kelas ini. Selain itu, nilainya selalu berada di peringkat pertama, tidak ada yang bisa menandinginya.Namun semuanya berubah sejak kedatangan Jules. Jerry pun selalu mendapat peringkat dua. Itulah sebabnya Jerry dan Jules bisa menjadi