Tentu saja Johan menyadarinya. Tidak ada perubahan ekspresi apa-apa di wajahnya. Dia pun bertanya pada Candice dengan tersenyum, “Sepertinya kalian masih belum berhasil mengumpulkan murid yang ingin bergabung dalam klub?”Candice tersenyum canggung. Olivia adalah mantan murid Johan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Pak Guru, Candice sudah sangat berusaha untuk merekrut anggota. Bukankah masih ada waktu tiga hari? Hari ini kami rekrut beberapa, besok dan lusa kami rekrut lagi beberapa anggota. Anggota kami memang nggak banyak, tapi cukup kok untuk pertunjukan.”Johan mengangguk dengan puas. “Tidak masalah, aku percaya dengan kemampuan kalian. Perkembangan musik tradisional memang harus mengandalkan generasi seperti kalian.”Olivia dan Johan mengobrol sejenak di samping. Hanya tersisa Candice dan Louis di tempat.Candice tidak tahu apakah dirinya seharusnya tinggal di tempat atau pergi. Saat dia merasa galau, tetiba Louis menyuruh Candice untuk menjulurkan tangannya.Candice merasa bi
Louis menunduk untuk melihat Candice. “Tapi masalah aku dengan Chelsea sudah masa lalu. Kalau kamu tidak suka, kelak aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi.”Candice tidak kepikiran Louis akan begitu memikirkan perasaannya. Dalam sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia bahkan merasa hatinya terlalu sempit dan tidak masuk akal.“Candice.” Louis memegang wajahnya, lalu mendekatinya. “Aku dan dia memang sudah berpacaran selama enam tahun, tapi tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Aku hanya pernah menyentuhmu saja.”Wajah Candice seketika memanas. Dia mendorong dada Louis, lalu menundukkan kepalanya. “Jangan bahas lagi.”Namun, Louis masih melanjutkan, “Semalam adalah pertama kalinya …. Kalau aku sudah menyakitimu, aku akan lebih hati-hati lain kali …. Uhm ….”Candice menutup mulutnya. Wajahnya semakin merah saja. “Aku sudah bilang jangan bahas lagi.”Louis menggenggam tangan Candice. Pikirannya seketika menjadi hampa. Louis membungkukkan tubuhnya untuk menciumnya. Hanya
Cherry menjawab dengan wajah datar, “Aku nggak kenal sama kamu.”“Sahabatku, Jude, sudah meninggal. Sekarang kamu malah melupakanku?” Si lelaki meletakkan tangannya di atas pundak Cherry. Dia mencondongkan tubuhnya ke sisi Cherry. “Sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, kamu semakin cantik saja.”Tangan si lelaki mulai menjulur ke bawah.Tetiba Claire berdiri, lalu menahan pergelangan tangannya. Kemudian, Claire menendang betis si lelaki hingga dia jatuh ke lantai.“Tadi kamu baru saja disiram minuman. Sekarang kamu malah berani pegang-pegang temanku di hadapan banyak orang. Apa kamu tahu perbuatanmu termasuk pelecehan?”Suara Claire menarik perhatian orang-orang. Raut wajah si lelaki sangatlah buruk. Dia berdiri, lalu tersenyum. “Dasar wanita jalang! Kepo sekali!”Si lelaki mengayunkan tinjunya untuk menyerang Claire. Claire mengelak, lalu menjatuhkannya ke lantai.Tamu di dalam restoran langsung berdiri. Ada yang maju untuk memotret dan ada juga yang bersorak tepuk tangan.Candice mena
Cahya menaikkan jendela mobilnya.Sampai jumpa nanti?Candice bertukar pandang dengan Candice. Mereka berdua spontan melihat ke sisi Cherry. Ucapan itu seolah-olah bukan tertuju pada mereka.Izza mengendarai mobil mengantar Candice ke rumah, lalu mengantar Cherry dan Claire.Claire memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Apa kamu baik-baik saja?”Cherry segera tersadar dari lamunannya. Dia pun tersenyum. “Aku baik-baik saja.”“Aku rasa Kenzi nggak akan melepaskanmu begitu saja. Beberapa hari ini kamu jangan keluar rumah sendiri.”Cherry merasa terkejut. Disusul, dia menunjukkan senyuman paksanya. “Tenang saja, aku tahu apa yang harus kuperbuat.”Mobil berhenti di depan Apartemen Genting. Setelah Cherry menuruni mobil, dia berpamitan kepada mereka. Izza pun baru mengendarai mobil meninggalkan tempat.Izza mengintip dari kaca spion tengah. “Nona, beberapa hari kemudian, aku harus kembali ke Negara Mardani.”Claire merasa gugup. “Apa terjadi sesuatu dengan Ayah?”Izza menggeleng. “Owl baik
Ujung bibir Jerry berkedut. Dia mendorong kepala Jessie yang mendekatinya. “Aku mau ganti adik.”Jessie memperagakan wajah jelek.Jules hanya bisa menggeleng, lalu melanjutkan makannya. Dia tidak bersedia ikut campur dalam percekcokan kekanak-kanakan kedua bocah cilik itu.Di perjalanan kembali ke Vila Blue Canyon, Claire memuji Jules sama pengertiannya seperti Jody.Javier menyipitkan matanya. “Kamu lebih suka bocah itu?”Claire pun terkejut sejenak dan tersenyum. “Sekarang kamu bahkan cemburu sama anak-anak? Nggak salah?”Javier menatapnya. “Sejak kapan bocah itu mirip Jody? Padahal dia masih kecil, tapi banyak sekali ide liciknya.”Tadi Javier juga melihat tatapan provokasi yang dilayangkan Jules kepada Jerry. Kesannya terhadap Jules tidaklah bagus.Sepertinya sikap anggota Keluarga Tanzil sama saja. Seorang anak yang usianya masih kecil saja bisa memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana setelah besar nanti?Claire hanya merasa bingung. Ketika melihat anak itu dilecehkan, dia menya
Cherry kepikiran dengan ucapan “sampai jumpa nanti” yang dikatakan Cahya tadi. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah kemalaman?Cahya tercium aroma wangi dan pedas dari dalam rumah. Dia pun mengerutkan keningnya. “Kamu beli makanan dari luar lagi?”Cherry menggaruk lehernya dengan canggung. “Ah, tadi aku pesan sedikit udang. Kamu mau ikut makan?”Setelah Cahya memasuki rumah, Cherry sungguh menyesali keputusannya. Kenapa dia malah memasukkan lelaki ke rumahnya di malam hari begini?Cahya menatap makanan dan beberapa kaleng bir di atas meja. “Apa kamu ingin minum?”Cherry sedang berjalan. Ketika mendengar ucapan itu, dia pun terbengong di tempat. Cherry segera menyimpan botol birnya. “Aku nggak minum, cuma buat stok, doang.”“Kamu lagi di rumah. Tidak masalah kalau kamu ingin minum.” Cahya duduk di sofa.Gerakan Cherry terhenti. Dia mengangkat kepalanya dengan kaget.Pada akhirnya, Cherry meminum bir. Mereka berdua pun bersulang.Cherry bertanya, “Bukannya kamu akan syuting film baru?”
Cherry membangkitkan tubuhnya dengan lemas, lalu pergi membukakan pintu.“Cherry, kenapa kamu nggak angkat telepon ….” Saat Candice ingin perhitungan dengan Cherry, tatapannya tertuju pada leher Cherry. Kedua matanya spontan terbelalak.Cherry menguap. “Aku bikin mode diam. Jadi, nggak keangkat, deh.”Menyadari Candice terus menatap bagian lehernya, Cherry pun menunduk dan mengusapnya. “Kamu lagi ngapain?”Candice mengangkat tangan dan menunjuknya. “Kerjaan siapa?”Awalnya Cherry merasa syok. Ketika kepikiran gambaran semalam, dia spontan menutup leher dan juga pintu, membiarkan Candice di luar sana.Candice kembali menekan pintu bel. “Cherry, jelaskan sama aku! Apa kamu menyembunyikan lelaki di dalam rumahmu!”Cherry berlari ke kamar mandi untuk becermin. Wajahnya seketika merona. Dia pun menutup wajahnya.Kenapa Cahya sadis sekali?Di Perusahaan Soulna.Claire dan Widya sedang membahas pekerjaan. Pada saat ini, terdengar suara Candice dari koridor. “Claire, aku sedih sekali.”Claire
“Bagaimanapun, Keluarga Tanzil telah membesarkan ibuku,” balas Javier dengan datar. Dia memang tidak menyukai Keluarga Tanzil, tapi dia masih mengingat budi mereka.Kening Cecilia tampak berkerut. “Aku tidak jelas dengan masalah Keluarga Tanzil. Tapi Kata Benn, Keluarga Tanzil sedang disibukkan dengan masalah pewaris mereka.”Javier juga mengernyitkan keningnya. “Bukankah Keluarga Tanzil hanya punya satu pewaris?”Cecilia mengatakan, Tetua Keluarga Tanzil memiliki dua anak laki-laki, tapi mereka dilahirkan dari istri yang berbeda. Anak dari mantan istrinya bernama Loman Tanzil, ayah kandung dari Hengky Tanzil. Setelah mantan istrinya meninggal, dia menikahi wanita yang umurnya sebaya dengan putra sulungnya, barulah ada Andreas.Itulah sebabnya Andreas hanya lebih tua delapan tahun daripada keponakannya, Hengky. Pewaris Keluarga Tanzil seharusnya adalah cucu sulung dari Loman Tanzil, Jules Tanzil.Namun, ibunya Andreas, istrinya Tetua Keluarga Tanzil, tidak ingin mewarisi kedudukan itu
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka