Ujung bibir Jerry berkedut. Dia mendorong kepala Jessie yang mendekatinya. “Aku mau ganti adik.”Jessie memperagakan wajah jelek.Jules hanya bisa menggeleng, lalu melanjutkan makannya. Dia tidak bersedia ikut campur dalam percekcokan kekanak-kanakan kedua bocah cilik itu.Di perjalanan kembali ke Vila Blue Canyon, Claire memuji Jules sama pengertiannya seperti Jody.Javier menyipitkan matanya. “Kamu lebih suka bocah itu?”Claire pun terkejut sejenak dan tersenyum. “Sekarang kamu bahkan cemburu sama anak-anak? Nggak salah?”Javier menatapnya. “Sejak kapan bocah itu mirip Jody? Padahal dia masih kecil, tapi banyak sekali ide liciknya.”Tadi Javier juga melihat tatapan provokasi yang dilayangkan Jules kepada Jerry. Kesannya terhadap Jules tidaklah bagus.Sepertinya sikap anggota Keluarga Tanzil sama saja. Seorang anak yang usianya masih kecil saja bisa memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana setelah besar nanti?Claire hanya merasa bingung. Ketika melihat anak itu dilecehkan, dia menya
Cherry kepikiran dengan ucapan “sampai jumpa nanti” yang dikatakan Cahya tadi. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah kemalaman?Cahya tercium aroma wangi dan pedas dari dalam rumah. Dia pun mengerutkan keningnya. “Kamu beli makanan dari luar lagi?”Cherry menggaruk lehernya dengan canggung. “Ah, tadi aku pesan sedikit udang. Kamu mau ikut makan?”Setelah Cahya memasuki rumah, Cherry sungguh menyesali keputusannya. Kenapa dia malah memasukkan lelaki ke rumahnya di malam hari begini?Cahya menatap makanan dan beberapa kaleng bir di atas meja. “Apa kamu ingin minum?”Cherry sedang berjalan. Ketika mendengar ucapan itu, dia pun terbengong di tempat. Cherry segera menyimpan botol birnya. “Aku nggak minum, cuma buat stok, doang.”“Kamu lagi di rumah. Tidak masalah kalau kamu ingin minum.” Cahya duduk di sofa.Gerakan Cherry terhenti. Dia mengangkat kepalanya dengan kaget.Pada akhirnya, Cherry meminum bir. Mereka berdua pun bersulang.Cherry bertanya, “Bukannya kamu akan syuting film baru?”
Cherry membangkitkan tubuhnya dengan lemas, lalu pergi membukakan pintu.“Cherry, kenapa kamu nggak angkat telepon ….” Saat Candice ingin perhitungan dengan Cherry, tatapannya tertuju pada leher Cherry. Kedua matanya spontan terbelalak.Cherry menguap. “Aku bikin mode diam. Jadi, nggak keangkat, deh.”Menyadari Candice terus menatap bagian lehernya, Cherry pun menunduk dan mengusapnya. “Kamu lagi ngapain?”Candice mengangkat tangan dan menunjuknya. “Kerjaan siapa?”Awalnya Cherry merasa syok. Ketika kepikiran gambaran semalam, dia spontan menutup leher dan juga pintu, membiarkan Candice di luar sana.Candice kembali menekan pintu bel. “Cherry, jelaskan sama aku! Apa kamu menyembunyikan lelaki di dalam rumahmu!”Cherry berlari ke kamar mandi untuk becermin. Wajahnya seketika merona. Dia pun menutup wajahnya.Kenapa Cahya sadis sekali?Di Perusahaan Soulna.Claire dan Widya sedang membahas pekerjaan. Pada saat ini, terdengar suara Candice dari koridor. “Claire, aku sedih sekali.”Claire
“Bagaimanapun, Keluarga Tanzil telah membesarkan ibuku,” balas Javier dengan datar. Dia memang tidak menyukai Keluarga Tanzil, tapi dia masih mengingat budi mereka.Kening Cecilia tampak berkerut. “Aku tidak jelas dengan masalah Keluarga Tanzil. Tapi Kata Benn, Keluarga Tanzil sedang disibukkan dengan masalah pewaris mereka.”Javier juga mengernyitkan keningnya. “Bukankah Keluarga Tanzil hanya punya satu pewaris?”Cecilia mengatakan, Tetua Keluarga Tanzil memiliki dua anak laki-laki, tapi mereka dilahirkan dari istri yang berbeda. Anak dari mantan istrinya bernama Loman Tanzil, ayah kandung dari Hengky Tanzil. Setelah mantan istrinya meninggal, dia menikahi wanita yang umurnya sebaya dengan putra sulungnya, barulah ada Andreas.Itulah sebabnya Andreas hanya lebih tua delapan tahun daripada keponakannya, Hengky. Pewaris Keluarga Tanzil seharusnya adalah cucu sulung dari Loman Tanzil, Jules Tanzil.Namun, ibunya Andreas, istrinya Tetua Keluarga Tanzil, tidak ingin mewarisi kedudukan itu
Jules mendengus dingin. “Semua-semua suruh ketua kelas. Jadi, apa tugasmu sebagai wakil ketua kelas?”Jerry langsung berdiri sembari menopang kedua tangan di atas meja. Di saat dia hendak memaki, sebatang kapur dilempar mengenai belakang kepalanya.Jessie melihatnya sambil berkacak pinggang. “Kak, kamu jangan malas-malasan. Kami semua juga lagi bantu.”Teman-teman yang lain tidak berani meminta bantuan Jerry. Hanya saja, berbeda dengan Jessie.Jerry berdecak, lalu mengambil dekorasi dari atas meja. Dia membelalaki Jules, lalu berkata, “Iya, bukannya cuma gantung saja?”Lisa yang berdiri di samping Jessie pun tersenyum. “Jangan-jangan kakakmu masih kesal karena nggak terpilih menjadi ketua kelas?”Sebelum Jules pindah sekolah, Jerry adalah ketua kelas di kelas ini. Selain itu, nilainya selalu berada di peringkat pertama, tidak ada yang bisa menandinginya.Namun semuanya berubah sejak kedatangan Jules. Jerry pun selalu mendapat peringkat dua. Itulah sebabnya Jerry dan Jules bisa menjadi
“Kak Jules, apa lenganmu baik-baik saja?”Melihat adiknya berlari pergi memperhatikan Jules, ujung bibir Jerry pun berkedut. Oke! Bagus!Jules tersenyum kepadanya. “Aku baik-baik saja.”Jessie menunduk. “Terima kasih sudah menyelamatkan kakakku. Kata Ibu, kami harus menikahi orang yang menyelamatkan kami. Kamu sudah menyelamatkan Kak Jerry, setelah dia besar nanti, kalian bisa menikah.”Jules kehabisan kata-kata.Jerry sungguh ingin muntah darah saat ini. Dia segera menarik adiknya, lalu menutup mulutnya. “Apa kamu gila? Aku itu anak laki-laki, dia juga anak laki-laki. Mana mungkin kita menikah?”Jessie memiringkan kepalanya, lalu bertanya, “Lelaki sama lelaki nggak boleh, ya?”Keduanya menjawab dengan serempak, “Nggak boleh!”Jerry dan Jules saling bertukar pandang. Keduanya mendengus, lalu memalingkan kepalanya.Jessie kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Oh ya, bukannya ada dua orang yang memegang tangga? Kenapa mereka malah melepaskan tangan mereka?”Jules menatap mereka tanpa bersua
Baru saja Claire mengantar Izza ke bandara, dia pun menerima panggilan dari Cherry.Claire mengangkat panggilan. Belum sempat dia berbicara, terdengar suara ricuh dari ujung telepon. Ada suara Cherry dan juga suara lelaki yang sedang mengancam.Claire seketika merasa kondisi tidaklah bagus. Tetiba panggilan pun diakhiri.Claire kembali menelepon, tetapi telepon sudah dalam keadaan tidak aktif. Claire menyadari sesuatu, lalu segera menghubungi Roger.Di sisi lain, Kenzi menendang ponsel Cherry. Ponsel membentur dinding. Alhasil, layar ponsel retak. Ponsel pun tidak bisa digunakan lagi.Kenzi berjalan maju untuk menjambak rambut Cherry, memaksa Cherry untuk bertatapan dengannya. “Berani telepon! Memangnya kamu ingin diselamatkan siapa? Kedua wanita waktu itu?”Raut wajah Cherry berubah pucat. Kulit kepalanya terasa sakit lantaran dijambak. “Apa kamu nggak takut ayahku akan mengetahuinya?”“Ayahmu?” Kenzi tertawa. Raut wajahnya tampak muram. “Sekarang ayahmu sudah mundur dari pemerintah.
Claire sungguh merasa geram. Dia mengangkat vas bunga di meja, hendak menghantamkannya. Namun, langkahnya langsung dihalangi oleh Roger. “Nyonya, jangan sampai memakan korban jiwa.”Claire tersenyum sinis. “Orang seperti ini pantas mati.”“Setelah dia mati, kamu pun akan terlibat dalam masalah ini. Jangan sampai kamu terlibat dalam kasus pembunuhan. Serahkan dia kepadaku. Kamu jaga Nona Cherry saja.” Roger tahu Claire telah kehilangan akal sehatnya. Seandainya Roger tidak menghalanginya, sepertinya dia benar-benar akan menghantam Kenzi dengan vas bunga.Saat ini, Claire baru menenangkan dirinya. Dia melempar vas bunga, lalu berjalan ke sisi Cherry. Cherry memeluk pakaiannya yang compang-camping meringkuk di sofa. Tubuhnya tampak gemetar.Claire langsung membungkus tubuhnya dengan jas, lalu membawanya keluar ruangan. Claire pun berkata dengan nada rendah, “Sekarang semuanya sudah baik-baik saja.”Kedua kaki Cherry terasa lemas. Wajahnya juga kelihatan sangat pucat. Meski dia sudah berha