Candice ingin bernapas. Namun, dirinya ditindih hingga tidak bisa bergerak. Hingga Candice tidak meronta lagi, Louis baru melepaskannya.Louis mengusap wajahnya, lalu mendekati bibirnya. Jari Louis mengusap rambut yang menempel di bibir Candice. “Kalaupun kamu suka sama dia, aku juga tidak akan memberimu kesempatan, apalagi membatalkan pernikahan. Semuanya tidak mungkin. Candice, aku ingin diri dan hatimu hanya milik aku seorang diri.”Air mata tak berhenti bergejolak di dalam matanya. Hatinya terasa sangat penat saat ini.Louis mencium air mata di wajah Candice, kemudian beralih ke bagian lehernya. Louis berusaha mempertahankan akal sehatnya. Pada akhirnya, dia menggendong Candice, lalu berjalan ke dalam ruang kantor.Rasa sakit mendadak membuat Candice kesulitan untuk bernapas. Sepertinya Louis ingin menggigit bibir Candice hingga terluka. Louis memalingkan wajah Candice ke belakang, lalu menciumnya. Bayangan manusia tumpah tindih bergerak di atas kaca jendela.Hingga sore hari, Cand
Sama halnya seperti hari ini. Chelsea datang untuk berterima kasih. Dia tinggal di kantornya tidak lebih dari sepuluh menit. Jadi, tidak mungkin ada hubungan apa-apa di antara Louis dengan Chelsea.Setelah kepikiran ucapan Cahya tadi, dia pun kepikiran dengan reaksi Candice hari ini. Dia memang tidak kelihatan tidak peduli ….Louis menepuk-nepuk dahinya. Kepalanya terasa sakit. “Aku tidak bermaksud ingin kembali dengan Chelsea. Malam itu hanyalah acara penutupan syuting film barunya saja. Awalnya dia ingin mencari orang lain untuk menemaninya, tapi orang itu ada urusan mendadak. Itulah sebabnya dia bisa mencariku.”Louis bisa menyetujuinya juga karena Louis telah bersalah padanya. Dia ingin menggunakan bantuan ini untuk menebus kesalahannya.Cahya menepuk-nepuk pundaknya. “Aku tahu kamu merasa bersalah sama dia. Tapi kamu seharusnya menjelaskan masalah ini kepada Candice. Dia juga bukan tidak tahu masalah di antara kalian. Jadi, kalian pun tidak akan salah paham.”Keesokan harinya.Aka
Tentu saja Johan menyadarinya. Tidak ada perubahan ekspresi apa-apa di wajahnya. Dia pun bertanya pada Candice dengan tersenyum, “Sepertinya kalian masih belum berhasil mengumpulkan murid yang ingin bergabung dalam klub?”Candice tersenyum canggung. Olivia adalah mantan murid Johan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Pak Guru, Candice sudah sangat berusaha untuk merekrut anggota. Bukankah masih ada waktu tiga hari? Hari ini kami rekrut beberapa, besok dan lusa kami rekrut lagi beberapa anggota. Anggota kami memang nggak banyak, tapi cukup kok untuk pertunjukan.”Johan mengangguk dengan puas. “Tidak masalah, aku percaya dengan kemampuan kalian. Perkembangan musik tradisional memang harus mengandalkan generasi seperti kalian.”Olivia dan Johan mengobrol sejenak di samping. Hanya tersisa Candice dan Louis di tempat.Candice tidak tahu apakah dirinya seharusnya tinggal di tempat atau pergi. Saat dia merasa galau, tetiba Louis menyuruh Candice untuk menjulurkan tangannya.Candice merasa bi
Louis menunduk untuk melihat Candice. “Tapi masalah aku dengan Chelsea sudah masa lalu. Kalau kamu tidak suka, kelak aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi.”Candice tidak kepikiran Louis akan begitu memikirkan perasaannya. Dalam sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia bahkan merasa hatinya terlalu sempit dan tidak masuk akal.“Candice.” Louis memegang wajahnya, lalu mendekatinya. “Aku dan dia memang sudah berpacaran selama enam tahun, tapi tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Aku hanya pernah menyentuhmu saja.”Wajah Candice seketika memanas. Dia mendorong dada Louis, lalu menundukkan kepalanya. “Jangan bahas lagi.”Namun, Louis masih melanjutkan, “Semalam adalah pertama kalinya …. Kalau aku sudah menyakitimu, aku akan lebih hati-hati lain kali …. Uhm ….”Candice menutup mulutnya. Wajahnya semakin merah saja. “Aku sudah bilang jangan bahas lagi.”Louis menggenggam tangan Candice. Pikirannya seketika menjadi hampa. Louis membungkukkan tubuhnya untuk menciumnya. Hanya
Cherry menjawab dengan wajah datar, “Aku nggak kenal sama kamu.”“Sahabatku, Jude, sudah meninggal. Sekarang kamu malah melupakanku?” Si lelaki meletakkan tangannya di atas pundak Cherry. Dia mencondongkan tubuhnya ke sisi Cherry. “Sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, kamu semakin cantik saja.”Tangan si lelaki mulai menjulur ke bawah.Tetiba Claire berdiri, lalu menahan pergelangan tangannya. Kemudian, Claire menendang betis si lelaki hingga dia jatuh ke lantai.“Tadi kamu baru saja disiram minuman. Sekarang kamu malah berani pegang-pegang temanku di hadapan banyak orang. Apa kamu tahu perbuatanmu termasuk pelecehan?”Suara Claire menarik perhatian orang-orang. Raut wajah si lelaki sangatlah buruk. Dia berdiri, lalu tersenyum. “Dasar wanita jalang! Kepo sekali!”Si lelaki mengayunkan tinjunya untuk menyerang Claire. Claire mengelak, lalu menjatuhkannya ke lantai.Tamu di dalam restoran langsung berdiri. Ada yang maju untuk memotret dan ada juga yang bersorak tepuk tangan.Candice mena
Cahya menaikkan jendela mobilnya.Sampai jumpa nanti?Candice bertukar pandang dengan Candice. Mereka berdua spontan melihat ke sisi Cherry. Ucapan itu seolah-olah bukan tertuju pada mereka.Izza mengendarai mobil mengantar Candice ke rumah, lalu mengantar Cherry dan Claire.Claire memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Apa kamu baik-baik saja?”Cherry segera tersadar dari lamunannya. Dia pun tersenyum. “Aku baik-baik saja.”“Aku rasa Kenzi nggak akan melepaskanmu begitu saja. Beberapa hari ini kamu jangan keluar rumah sendiri.”Cherry merasa terkejut. Disusul, dia menunjukkan senyuman paksanya. “Tenang saja, aku tahu apa yang harus kuperbuat.”Mobil berhenti di depan Apartemen Genting. Setelah Cherry menuruni mobil, dia berpamitan kepada mereka. Izza pun baru mengendarai mobil meninggalkan tempat.Izza mengintip dari kaca spion tengah. “Nona, beberapa hari kemudian, aku harus kembali ke Negara Mardani.”Claire merasa gugup. “Apa terjadi sesuatu dengan Ayah?”Izza menggeleng. “Owl baik
Ujung bibir Jerry berkedut. Dia mendorong kepala Jessie yang mendekatinya. “Aku mau ganti adik.”Jessie memperagakan wajah jelek.Jules hanya bisa menggeleng, lalu melanjutkan makannya. Dia tidak bersedia ikut campur dalam percekcokan kekanak-kanakan kedua bocah cilik itu.Di perjalanan kembali ke Vila Blue Canyon, Claire memuji Jules sama pengertiannya seperti Jody.Javier menyipitkan matanya. “Kamu lebih suka bocah itu?”Claire pun terkejut sejenak dan tersenyum. “Sekarang kamu bahkan cemburu sama anak-anak? Nggak salah?”Javier menatapnya. “Sejak kapan bocah itu mirip Jody? Padahal dia masih kecil, tapi banyak sekali ide liciknya.”Tadi Javier juga melihat tatapan provokasi yang dilayangkan Jules kepada Jerry. Kesannya terhadap Jules tidaklah bagus.Sepertinya sikap anggota Keluarga Tanzil sama saja. Seorang anak yang usianya masih kecil saja bisa memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana setelah besar nanti?Claire hanya merasa bingung. Ketika melihat anak itu dilecehkan, dia menya
Cherry kepikiran dengan ucapan “sampai jumpa nanti” yang dikatakan Cahya tadi. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah kemalaman?Cahya tercium aroma wangi dan pedas dari dalam rumah. Dia pun mengerutkan keningnya. “Kamu beli makanan dari luar lagi?”Cherry menggaruk lehernya dengan canggung. “Ah, tadi aku pesan sedikit udang. Kamu mau ikut makan?”Setelah Cahya memasuki rumah, Cherry sungguh menyesali keputusannya. Kenapa dia malah memasukkan lelaki ke rumahnya di malam hari begini?Cahya menatap makanan dan beberapa kaleng bir di atas meja. “Apa kamu ingin minum?”Cherry sedang berjalan. Ketika mendengar ucapan itu, dia pun terbengong di tempat. Cherry segera menyimpan botol birnya. “Aku nggak minum, cuma buat stok, doang.”“Kamu lagi di rumah. Tidak masalah kalau kamu ingin minum.” Cahya duduk di sofa.Gerakan Cherry terhenti. Dia mengangkat kepalanya dengan kaget.Pada akhirnya, Cherry meminum bir. Mereka berdua pun bersulang.Cherry bertanya, “Bukannya kamu akan syuting film baru?”