Javier menerima panggilan dari ayahnya. Dia disuruh mengajak Claire untuk makan di rumah pada hari ulang tahunnya. Javier pun mengiakannya.Setelah panggilan berakhir, tatapannya seketika menjadi muram. Dia sudah lama tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Sebelumnya Claire pernah menanyakan masalah itu. Hanya saja, belakangan ini dia sedang sibuk, mungkin dia telah melupakannya.Sore harinya, Claire pulang cepat untuk menjemput anak-anak pulang sekolah. Jessie dan Jerry masuk ke mobil, lalu bertanya, “Ibu, apa Ayah akan segera ulang tahun?”Claire tertegun. “Gimana kalian bisa mengetahuinya?”Jessie tersenyum. “Kata Kakek.”Claire melihat dari kaca spion tengah, lalu berkata, “Iya, sebentar lagi ayah kalian akan ulang tahun. Apa kalian sudah kepikiran ingin beri hadiah apa untuknya?”Jessie berpikir sejenak.Jerry melambaikan tangannya. “Haih, sepertinya ayah kami nggak kekurangan apa-apa.”Jessie memalingkan kepalanya, menatap Jerry dengan mengerutkan keningnya. “Kak Jerry, Ayah mema
Javier tidak berbicara.Claire berjalan ke hadapan Javier, lalu mengangkat kepala untuk menatapnya. Senyumannya semakin lebar lagi. “Suamiku lagi marah, ya?”Javier menarik napas dalam-dalam. Dia menunduk, lalu menggenggam tangan Claire. “Sudahlah, aku pergi mandi dulu. Sudah capek seharian. Kamu mesti istirahat dengan baik malam ini.”Meski Javier merasa marah, dia juga tahu belakangan ini Claire memang sangat sibuk. Namanya Claire adalah istrinya, dia harus memahaminya.Melihat Javier berjalan ke dalam kamar mandi, Claire pun tersenyum. Dia sengaja menggunakan alasan sibuk dan tidak begitu menghiraukannya. Dia juga sengaja tidak mengungkit masalah ulang tahun Javier. Sepertinya Javier akan merasa sedih. Claire berjanji akan menghiburnya malam ini.Setelah Javier selesai mandi, dia keluar kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi. Tampak Claire sedang berbaring di atas ranjang dengan satu tangan menopang kepalanya. Dia kelihatan sangat seksi.Javier menyipitkan matanya. Dia kepikiran
Claire menaiki kapal pesiar di mana dek yang luas telah dipasang dekorasi ulang tahun. Tempatnya dihiasi dengan lampu-lampu dan dekorasi yang romantis. Meskipun disebut sebagai pesta ulang tahun, lebih terasa seperti suasana lamaran.Bahkan Claire sendiri juga terbengong. “Kalian ….”Candice berjalan ke sisi Claire, lalu menunjuk ke sekeliling. “Coba kamu lihat, kami sudah membantumu untuk mendekorasi tempat ini dengan tema ulang tahun sekaligus lamaran. Pada saat itu, kamu bisa menikmati pemandangan malam di tempat ini dan melakukan lamaran. Bukankah semuanya sangat romantis?”Claire terdiam beberapa saat, lalu tersenyum sembari melihat mereka berdua. “Ide siapa ini?”“Tentu saja aku.”Louis melipat lengan pakaiannya ke atas, lalu berjalan keluar ruangan dekorasi. Tampak juga Hans sedang berdiri di sisinya.Sudah tiga tahun Claire tidak pernah bertemu dengan Hans. Dia juga tidak begitu dekat dengan lelaki itu.Claire pun tersenyum. “Nggak disangka, ternyata kakakku yang satu ini roman
“Pak Peter, mengenai masalah pernikahan Charine dengan Tuan Hardy ….” Guffin mencoba untuk bersuara.Peter menyesap teh, lalu berkata dengan datar, “Pak Guffin seharusnya tahu, Nona Charine bisa menikah dengan keluarga kami juga karena anak di dalam kandungannya. Berhubung reputasi buruk Nona Charine sebelumnya, aku rasa mereka berdua boleh melangsungkan pertunangan mereka dulu. Mengenai masalah pernikahan, kita laksanakan di tahun depan saja.”Tahun depan?Guffin dan Vilya saling bertukar pandang. Pada akhirnya, Vilya duluan berbicara, “Sepertinya tahun lalu terlalu lama. Perut Charine akan semakin besar, ‘kan?”Mana mungkin Guffin tidak mengerti maksud ucapan Peter? Jelas sekali Keluarga Chaniago meremehkan putrinya, apalagi sebelumnya Charine sempat dijodohkan kepada Cahya. Setelah ditolak Cahya, putrinya malah langsung menikahi Hardy. Jika masalah ini sampai tersebar di luar sana, sepertinya memang tidak bagus. Apalagi, sekarang putrinya sedang mengandung.Hardy tersenyum sinis. “A
Cahya mengerutkan keningnya. “Aku menyuruh ayahku untuk mengusulkan kepada Kakek. Dulu kamu suka main, tapi kamu sudah berubah banyak setelah latihan di kamp. Aku juga tidak percaya kamu akan berbuat seperti ini.”Hardy sungguh terharu ketika mendengar ucapan ini. “Kak, aku tahu kamu pasti akan percaya sama aku. Aku bersumpah aku benar-benar tidak menyentuh Charine, tapi ….”“Tapi apa?”Hardy kelihatan serbasalah. “Tapi aku mabuk parah setelah minum alkohol itu. Saat aku bangun, aku dan Charine sudah tidur seranjang. Aku sudah tidak menyadarkan diri, apa yang bisa aku lakukan terhadapnya?”Cahya menyipitkan matanya, lalu merenung sesaat. “Siapa yang beri kamu minuman itu?”Hardy berpikir sejenak dan menjawab, “Charine, setelah aku minum minuman yang dia kasih ….” Hardy akhirnya merespons. Dia emosi hingga menggertakkan giginya. “Apa kataku, nggak mungkin aku akan mabuk hanya dalam satu gelas? Pasti ada sesuatu di dalam minuman itu!”Tidak mungkin teman-temannya menaruh sesuatu di dalam
Claire memesan tempat di restoran seafood. Dia dan Cherry duluan tiba di restoran, disusul Louis dan juga Candice.Claire melihat ke sisi pintu. “Di mana Tuan Hans?”Candice menarik kursi, duduk di samping Claire. Senyumannya sungguh lebar. “Tuan Hans pergi ambil minuman. Kami sekalian ajak Kak Cahya. Nanti mereka bakal datang bareng.”“Apa? Tuan Cahya juga ke sini?” Respons Cherry sungguh besar. Ketiga orang lainnya melihat Cherry dengan serempak.Claire tidak berbicara apa-apa.Malahan Candice merasa bingung. “Iya, memangnya ada masalah?”“Emm, nggak ….” Cherry kelihatan tidak leluasa.Candice seolah-olah bisa membaca pikirannya saja. “Cherry, jangan-jangan kamu punya masalah sama Kak Cahya?”Claire mengangkat gelas, lalu meminumnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, Louis yang duduk di samping Candice membuka menu makanan. “Kak Cahya-mu itu adalah penyelamat Nona Cherry. Mereka bisa ada masalah apa coba?”“Betul juga.” Kepikiran hal ini, Candice pun kelihatan bersemangat. “Ngomon
“Kamu kira aku itu kamu?” Candice menunjuk dirinya sendiri. “Aku itu jago dalam bermain! Nggak bakal kalah!”Louis hanya tersenyum.Claire pun berdeham. “Sudahlah, ayo dimulai. Cherry, Cahya, kalian nggak keberatan, ‘kan?” Claire sengaja menanyakan pendapat mereka.Cahya pun tersenyum. “Aku oke saja.”Melihat sosok Cherry yang ragu, Candice pun melambaikan tangannya. “Cherry, ayo barengan. Biar lebih seru!”Cherry juga tidak sanggup menolak. Pada akhirnya, dia pun menyetujuinya.Candice memutar meja, lalu menunjuk makanan lobster. Saat lobster berhenti di depan Hans, Hans pun terkejut. “Aku pilih jujur.”Candice segera bertanya, “Kamu masih perjaka?”“Pftz.” Louis tanpa sengaja memuncratkan alkohol dari dalam mulutnya. Dia pun terbatuk-batuk. Raut wajah mereka semua tampak canggung. Hans terbengong sejenak, lalu bertanya, “Sejujur ini?”Candice berkacak pinggang. “Begini baru seru. Kamu sendiri pilih jujur.”Dengan terpaksa, Hans menjawab, “Bukan.”Kemudian, mereka memutar meja lagi, m
Candice menunjuk Hans. “Kalau begitu … Kak Cahya dengan Tuan Hans?”Seluruh bulu kuduk Hans berdiri. Dia mengangkat tangan langsung menolak. “Jangan! Aku tidak ciuman dengan lelaki!”Candice dan Cherry saling bertukar pandang, seolah-olah sedang membayangkan gambaran itu. Mereka berdua pun spontan tertawa terbahak-bahak.Pada akhirnya, Cahya kembali memilih untuk berkata jujur. Candice bersandar di atas meja, lalu bertanya, “Sebenarnya aku ingin tanya, apa Kak Cahya punya wanita yang kamu sukai?”Cherry sedang menekan-nekan keningnya. Saat mendengar pertanyaannya, gerakan tangannya pun berhenti. Dia seolah-olah juga ingin mendengar jawaban itu.Claire mengangkat gelasnya, lalu tersenyum. “Aku juga ingin tahu.”Hans dan Louis juga ikut meramaikan. “Kita semua juga ingin tahu.”Cahya menunduk. “Sementara ini … masih belum.”Cherry masih duduk terdiam di tempat. Dia tidak tahu apakah dirinya sedang mabuk atau lagi sadar. Dia juga tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Sementara itu, Cla