Cahya mengerutkan keningnya. “Aku menyuruh ayahku untuk mengusulkan kepada Kakek. Dulu kamu suka main, tapi kamu sudah berubah banyak setelah latihan di kamp. Aku juga tidak percaya kamu akan berbuat seperti ini.”Hardy sungguh terharu ketika mendengar ucapan ini. “Kak, aku tahu kamu pasti akan percaya sama aku. Aku bersumpah aku benar-benar tidak menyentuh Charine, tapi ….”“Tapi apa?”Hardy kelihatan serbasalah. “Tapi aku mabuk parah setelah minum alkohol itu. Saat aku bangun, aku dan Charine sudah tidur seranjang. Aku sudah tidak menyadarkan diri, apa yang bisa aku lakukan terhadapnya?”Cahya menyipitkan matanya, lalu merenung sesaat. “Siapa yang beri kamu minuman itu?”Hardy berpikir sejenak dan menjawab, “Charine, setelah aku minum minuman yang dia kasih ….” Hardy akhirnya merespons. Dia emosi hingga menggertakkan giginya. “Apa kataku, nggak mungkin aku akan mabuk hanya dalam satu gelas? Pasti ada sesuatu di dalam minuman itu!”Tidak mungkin teman-temannya menaruh sesuatu di dalam
Claire memesan tempat di restoran seafood. Dia dan Cherry duluan tiba di restoran, disusul Louis dan juga Candice.Claire melihat ke sisi pintu. “Di mana Tuan Hans?”Candice menarik kursi, duduk di samping Claire. Senyumannya sungguh lebar. “Tuan Hans pergi ambil minuman. Kami sekalian ajak Kak Cahya. Nanti mereka bakal datang bareng.”“Apa? Tuan Cahya juga ke sini?” Respons Cherry sungguh besar. Ketiga orang lainnya melihat Cherry dengan serempak.Claire tidak berbicara apa-apa.Malahan Candice merasa bingung. “Iya, memangnya ada masalah?”“Emm, nggak ….” Cherry kelihatan tidak leluasa.Candice seolah-olah bisa membaca pikirannya saja. “Cherry, jangan-jangan kamu punya masalah sama Kak Cahya?”Claire mengangkat gelas, lalu meminumnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, Louis yang duduk di samping Candice membuka menu makanan. “Kak Cahya-mu itu adalah penyelamat Nona Cherry. Mereka bisa ada masalah apa coba?”“Betul juga.” Kepikiran hal ini, Candice pun kelihatan bersemangat. “Ngomon
“Kamu kira aku itu kamu?” Candice menunjuk dirinya sendiri. “Aku itu jago dalam bermain! Nggak bakal kalah!”Louis hanya tersenyum.Claire pun berdeham. “Sudahlah, ayo dimulai. Cherry, Cahya, kalian nggak keberatan, ‘kan?” Claire sengaja menanyakan pendapat mereka.Cahya pun tersenyum. “Aku oke saja.”Melihat sosok Cherry yang ragu, Candice pun melambaikan tangannya. “Cherry, ayo barengan. Biar lebih seru!”Cherry juga tidak sanggup menolak. Pada akhirnya, dia pun menyetujuinya.Candice memutar meja, lalu menunjuk makanan lobster. Saat lobster berhenti di depan Hans, Hans pun terkejut. “Aku pilih jujur.”Candice segera bertanya, “Kamu masih perjaka?”“Pftz.” Louis tanpa sengaja memuncratkan alkohol dari dalam mulutnya. Dia pun terbatuk-batuk. Raut wajah mereka semua tampak canggung. Hans terbengong sejenak, lalu bertanya, “Sejujur ini?”Candice berkacak pinggang. “Begini baru seru. Kamu sendiri pilih jujur.”Dengan terpaksa, Hans menjawab, “Bukan.”Kemudian, mereka memutar meja lagi, m
Candice menunjuk Hans. “Kalau begitu … Kak Cahya dengan Tuan Hans?”Seluruh bulu kuduk Hans berdiri. Dia mengangkat tangan langsung menolak. “Jangan! Aku tidak ciuman dengan lelaki!”Candice dan Cherry saling bertukar pandang, seolah-olah sedang membayangkan gambaran itu. Mereka berdua pun spontan tertawa terbahak-bahak.Pada akhirnya, Cahya kembali memilih untuk berkata jujur. Candice bersandar di atas meja, lalu bertanya, “Sebenarnya aku ingin tanya, apa Kak Cahya punya wanita yang kamu sukai?”Cherry sedang menekan-nekan keningnya. Saat mendengar pertanyaannya, gerakan tangannya pun berhenti. Dia seolah-olah juga ingin mendengar jawaban itu.Claire mengangkat gelasnya, lalu tersenyum. “Aku juga ingin tahu.”Hans dan Louis juga ikut meramaikan. “Kita semua juga ingin tahu.”Cahya menunduk. “Sementara ini … masih belum.”Cherry masih duduk terdiam di tempat. Dia tidak tahu apakah dirinya sedang mabuk atau lagi sadar. Dia juga tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Sementara itu, Cla
Cahya mengiakan.Setelah mengantar Cherry ke depan gedung apartemen, Cherry malah ketiduran di mobil. Cahya terpaksa memarkirkan mobilnya. Kemudian, dia menggendong Cherry menuruni mobil.Setelah tiba di depan rumah Cherry, Cahya menggunakan sidik jari untuk memasuki rumah. Tempat tinggal Cherry sangatlah bersih, bahkan terasa agak kosong. Cahya menggendong Cherry ke kamar. Ruangan kamar didesain dengan warna putih, kelihatannya sangat bersih. Ada banyak mainan dipajang di sisi jendela. Di bagian rak buku tersusun rapi komik gadis remaja dan koleksi berbagai figur anime dengan segala edisi. Bahkan poster di dinding juga semuanya bertema anime. Kalau bukan karena melihat sendiri, Cahya mungkin tidak akan percaya bahwa Cherry memiliki sisi seperti ini.Cahya membaringkan Cherry ke atas ranjang. Begitu menyentuh ranjang, Cherry tampak tidur dengan lelapnya.Saat Cahya hendak mengeluarkan tangannya, tetiba Cherry membalikkan tubuhnya, lalu menindih telapak tangan dengan tubuhnya.Cahya pu
Di Agensi Majestik.Dessy meletakkan tablet ke atas meja Cahya. Sekarang beritanya sedang hangat diperbincangkan di media sosial.Cahya melirik tablet sekilas. Dia pun merasa terkejut.Dessy bertanya, “Cahya, jangan-jangan kamu lagi pacaran?”“Tidak ….” Kening Cahya berkerut. Foto ini adalah foto di saat dirinya mengantar Cherry pulang waktu itu.“Sekarang berita ini lagi hangat. Penggemarmu lagi bertengkar hebat dengan penggemar gadungan. Mereka semua merasa kamu baru saja foto sampul majalah dengan Tuan Javier, sekarang malah muncul kabar kekasihmu. Pendukung Jaya Couple nggak bisa menerima kenyataan ini.”Begitu terbentuk pasangan karakter di hati para penggemar, akan sangat sulit untuk menghancurkannya. Ada yang menyukai pasangan karakter dengan terlalu obsesif, tidak bersedia melihat pasangan karakternya dipisahkan.Cahya tidak berbicara.Dessy berkata, “Lebih baik aku lakukan klarifikasi saja.”“Tidak usah.” Cahya meletakkan tablet, lalu memijat hidungnya. “Tidak ada gunanya untu
Beberapa wanita yang mengepalai pergerakan kali ini saling bertukar pandang. “Cahya itu kakak sepupumu? Kamu jangan sembarangan bicara!”Candice mengangkat dagunya. “Aku adik sepupunya Kak Cahya atau bukan, kalian bisa tanya Keluarga Chaniago.”Seusai berbicara, Candice menjaga di depan pintu sembari menunjuk mereka semua. “Aku peringatkan kalian. Aku sudah lapor polisi. Sekarang polisi lagi perjalanan ke sini. Kalau kalian tidak ingin cari masalah dan dipenjara, aku sarankan kalian untuk segera pergi dari sini!”“Memangnya kamu itu siapa? Pergi dari sini! Suruh wanita jalang di dalam sana untuk keluar!” Wanita-wanita itu mendorong Candice.“Kamu lagi marahin siapa! Dasar wanita jalang!” Candice seketika menjadi marah. Dia juga ikut mendorong mereka.Hanya saja, mana mungkin tenaga Candice sanggup menghadapi mereka semua. Alhasil dia malah ditendang. Candice kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Bagian pinggangnya terbentur kuat. Raut wajahnya seketika menjadi pucat. Saking sa
Candice sungguh terkejut. “Tentu saja bukan ….”Sepertinya Claire memahami maksudnya. “Aku mengerti. Kami temani kamu ke sana.”Candice pergi berkonsultasi di poli kandungan. Claire dan Cherry pun berdiri menunggu di luar. Beberapa saat kemudian, tampak Candice yang selesai melakukan pemeriksaan keluar bersama suster.Kedua matanya tampak merona. Sepertinya dia baru selesai menangis saja.Claire melebarkan mulutnya. “Candice, kamu ….”Candice menunduk dan tidak menjawab.Cherry duduk di depan meja suster. “Sus, gimana kondisi temanku?”Suster itu melihatnya sekilas. “Bukan masalah besar, hanya saja benturan kerasnya membuat selaput keperawanannya robek dan sedikit berdarah.”Cherry tertegun, lalu berjalan maju dengan kaget. “Kenapa bisa begitu?”Suster menjelaskan dengan serius, “Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang akan robek di saat pertama kali berhubungan. Tapi ada juga kondisi di mana selaputnya robek karena benturan keras, misalnya seperti menunggang kuda.”Can