Candice sungguh terkejut. “Tentu saja bukan ….”Sepertinya Claire memahami maksudnya. “Aku mengerti. Kami temani kamu ke sana.”Candice pergi berkonsultasi di poli kandungan. Claire dan Cherry pun berdiri menunggu di luar. Beberapa saat kemudian, tampak Candice yang selesai melakukan pemeriksaan keluar bersama suster.Kedua matanya tampak merona. Sepertinya dia baru selesai menangis saja.Claire melebarkan mulutnya. “Candice, kamu ….”Candice menunduk dan tidak menjawab.Cherry duduk di depan meja suster. “Sus, gimana kondisi temanku?”Suster itu melihatnya sekilas. “Bukan masalah besar, hanya saja benturan kerasnya membuat selaput keperawanannya robek dan sedikit berdarah.”Cherry tertegun, lalu berjalan maju dengan kaget. “Kenapa bisa begitu?”Suster menjelaskan dengan serius, “Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang akan robek di saat pertama kali berhubungan. Tapi ada juga kondisi di mana selaputnya robek karena benturan keras, misalnya seperti menunggang kuda.”Can
Cahya menunduk dan berbicara dengan nada bersalah, “Aku sudah mengetahuinya. Maaf telah melibatkanmu dalam masalah ini. Tapi aku sudah menyelidiki masalah ini. Orang-orang itu bukan penggemarku.”Cahya sangat memahami penggemarnya. Penggemarnya tidak mungkin akan melakukan hal di luar akal sehat mereka.“Emm, aku tahu.” Cherry mengangguk. Sebenarnya Cherry juga paham jika penggemarnya benar-benar bersikap seperti ini. Tanpa menunggu balasan dari Cahya, Cherry menatapnya. “Aku telah mendatangkan kerepotan untukku. Sepertinya aku mesti lebih hati-hati lagi. Kalau Tuan Cahya nggak ada masalah lain aku, aku ….”“Ganti tempat tinggal saja,” timpal Cahya dengan datar.Alhasil, Cherry pun terbengong. Dia menatap Cahya dengan kebingungan. “Apa?”Cahya menatap Cherry. “Masalah alamatmu terekspos dan foto pada malam itu, semuanya adalah kerjaan Karen. Dia tahu alamat tempat tinggalmu. Tempat ini tidak lagi aman untukmu.”Akhirnya Cherry baru merespons. “Kamu … sudah menyelidikinya?”Cahya mengan
“Sebentar, aku bukan ….” Belum sempat si pemuda menjelaskan, Jerry pun membawa para kakek dan nenek di taman kemari.Semua orang tua mengamati si pemuda itu. “Kami tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya.”“Jangan-jangan penjual anak?”Pemuda mengangkat tangannya dan menjelaskan, “Aku bukan penjual anak. Aku hanyalah pencari bakat!” Melihat tidak ada yang memercayai omongannya, dia segera mengeluarkan kartu identitasnya. “Aku ada kartu pekerja!”Jessie tahu apa yang dimaksud dengan pencari bakat, ibunya pernah menjelaskan sebelumnya. Sekarang Jessie hanya memfokuskan perhatiannya dalam masalah belajar. Mengenai masalah hiburan, dia baru akan mempertimbangkannya setelah berusia 18 tahun nanti.Jessie memiringkan kepalanya. “Paman, aku dan Kak Jerry nggak akan masuk dunia hiburan. Kami masih sekolah.”Namun, tampaknya si lelaki masih tidak ingin menyerah. “Tidak masalah. Kita bisa janjian dulu. Setelah kamu besar nanti, kita bisa kerja sama!”Jerry melipat kedua tangan di depan dadanya.
Terlintas sedikit gambaran di dalam pikiran Cherry. Sepertinya dia pernah mengatakan sesuatu terhadap Cahya. Hanya saja, dia sudah tidak mengingatnya lagi.Claire membawa Jessie dan Jerry berjalan ke depan mobil. Jerry membalikkan kepalanya melihat pencari bakat yang masih sedang mengikuti mereka. “Paman, kenapa kamu masih mengikuti kami?”Si pemuda tersenyum canggung, lalu berdeham. “Aku merasa berhubung kamu sudah bergabung ke dunia hiburan, masa depanmu pasti akan sangat cemerlang. Aku berani menjamin, setelah adikmu dewasa nanti, dia pasti akan sangat terkenal!”Jerry menatap si lelaki dengan tidak berdaya. Dia pun tidak bersuara.Si pemuda mengeluarkan selembar kartu nama kepadanya, lalu berkata dengan tulus, “Aku akan menunggu adikmu sampai dewasa nanti. Aku pasti akan mengontraknya. Aku akan membuatnya lebih terkenal daripada Cahya.”Jerry mengambil kartu nama. Di atasnya tertera nama Jivan, Manajer Agensi Pencari Bakat.Setelah Jivan berjalan pergi, Jerry juga tidak membuang ka
Hal yang paling mengejutkan adalah ternyata Cahya bisa memasak.“Kamu … biasanya pekerjaan rumah bukannya diselesaikan oleh pelayan?” Cherry berdiri di samping, lalu bertanya dengan penasaran, “Apa perlu kamu turun tangan sendiri?”Cahya sedang mengocok telur. “Aku sering syuting, jarang pulang ke rumah. Biasanya aku lebih sering tinggal di luar. Jadi, aku akan masak apa yang ingin aku makan. Lama-kelamaan aku jadi bisa masak.”Cherry pun berdeham. “Bagus, ya, mandiri.”Cahya menuang telur ke dalam mangkuk, lalu melihatnya. “Kalau kamu ingin belajar, aku bisa mengajarimu.”Cherry mengikuti arahan Cahya memasak dua jenis makanan. Namun, penampilannya sungguh tidak meyakinkan.Setelah makanan disajikan ke atas meja, Cherry merasa sungguh malu. Dia menggeser kedua masakannya ke samping. “Aku rasa lebih baik kita jangan coba kedua masakan ini.”Namun, Cahya sudah mengambil sayuran itu.“Hei ….” Belum sempat Cherry merespons, tetiba Cahya pun terbatuk-batuk.Cherry pun mengerti. Dia menundu
Javier memegang punggung tangan Claire sembari mengerutkan keningnya. “Mawar biru?”Claire pun tersenyum. “Orang lain sukanya mawar merah atau putih, tapi aku sukanya mawar biru yang langka. Pesona dari mawar biru itu sungguh mirip sama kamu. Siapa sih yang nggak suka?”Bibir Javier mendekati wajahnya. “Oh, ternyata Claire mengaku aku punya pesona.”Claire terdiam, lalu memalingkan kepalanya. “Meskipun aku nggak ingin mengakuinya, semua orang juga tahu.”Javier meraba pipinya, lalu mengecupnya. “Namanya juga lelakimu.”Kali ini, Claire merasa sangat puas.Kaca jendela terpantul gambaran indah ciuman mereka berdua.Keesokan harinya, Cherry pergi membeli resep makanan di toko buku. Saat berjalan ke depan kasir, tampak beberapa majalah yang laris dipajang di atas rak. Majalah tersebut merupakan hasil pemotretan Cahya dan Javier untuk merek perhiasan Soulna.Cherry mengambil satu majalah, lalu melunasinya bersama resep makanan. Setelah keluar dari toko buku, tiba-tiba tampak seorang wanita
Charine dapat mendengar maksudnya, dia pun bertanya dengan geram, “Kamu butuh berapa?”Karen langsung membalas, “Seratus miliar.”Charine hampir kehilangan kesadarannya ketika mendengar. “Kenapa kamu nggak pergi mencuri saja? Seratus miliar? Dari mana aku punya uang sebanyak itu?”“Nona Charine, kamu nggak usah berlagak miskin.” Karen melipat kedua tangannya, lalu menyandarkan tubuhnya di bangku. “Uang seratus miliar hanyalah hal sepele bagimu. Nona Charine kenal banyak orang kaya, bisa jadi ayah dari anak itu ….”“Baik, aku akan membantumu!” Tangan yang diletakkan Charine di bawah meja dikepal dengan erat. Dia langsung menyela omongannya.Sekarang ada rahasia di tangan Karen. Jadi, jangan sampai rahasia Charine sampai terbongkar.Menyadari Charine bersedia untuk bekerja sama, Karen pun mengambil tasnya dan berdiri. “Kalau begitu, aku tunggu kabar gembira dari Nona Charine. Oh ya, aku ingin mendapatkan uang itu dalam waktu tiga hari.”Seusai berbicara, Charine langsung meninggalkan kaf
“Kakek, Kak Jerry baru bandel.” Jessie berlari ke sisi Steven, lalu menunjukkan wajah jelek ke sisi Jerry.Jerry juga membalas dengan memperagakan wajah jelek. Steven pun tersenyum ketika melihat interaksi mereka berdua.Claire berjalan pergi. “Ayah, apa kondisi tubuhmu sudah membaik?”Tadi Claire mendengar kabar dari Roger bahwa Steven sedang tidak enak badan. Bagaimanapun, Steven memperlakukan Claire dengan baik. Tentu saja dia juga peduli dengan kesehatan Steven.Steven tersenyum sembari melambaikan tangannya. “Tenang saja, hanya penyakit biasa saja.”“Kakek, apa penyakit maag Kakek kambuh lagi?” tanya Jerry.“Penyakit maag?” Claire menatap Jerry.Jerry pun membalas dengan mengerutkan keningnya. “Kakek sudah ada penyakit maag dari dulu.”“Uhuk uhuk, sudahlah, hanya penyakit kecil saja, tidak penting. Aku sudah makan obat.” Steven meletakkan tangannya di atas punggung Jerry, lalu menepuknya dengan perlahan.Setelah itu, Steven menatap Claire, baru berkata, “Aku ke dapur dulu untuk li