“Kamu kira aku itu kamu?” Candice menunjuk dirinya sendiri. “Aku itu jago dalam bermain! Nggak bakal kalah!”Louis hanya tersenyum.Claire pun berdeham. “Sudahlah, ayo dimulai. Cherry, Cahya, kalian nggak keberatan, ‘kan?” Claire sengaja menanyakan pendapat mereka.Cahya pun tersenyum. “Aku oke saja.”Melihat sosok Cherry yang ragu, Candice pun melambaikan tangannya. “Cherry, ayo barengan. Biar lebih seru!”Cherry juga tidak sanggup menolak. Pada akhirnya, dia pun menyetujuinya.Candice memutar meja, lalu menunjuk makanan lobster. Saat lobster berhenti di depan Hans, Hans pun terkejut. “Aku pilih jujur.”Candice segera bertanya, “Kamu masih perjaka?”“Pftz.” Louis tanpa sengaja memuncratkan alkohol dari dalam mulutnya. Dia pun terbatuk-batuk. Raut wajah mereka semua tampak canggung. Hans terbengong sejenak, lalu bertanya, “Sejujur ini?”Candice berkacak pinggang. “Begini baru seru. Kamu sendiri pilih jujur.”Dengan terpaksa, Hans menjawab, “Bukan.”Kemudian, mereka memutar meja lagi, m
Candice menunjuk Hans. “Kalau begitu … Kak Cahya dengan Tuan Hans?”Seluruh bulu kuduk Hans berdiri. Dia mengangkat tangan langsung menolak. “Jangan! Aku tidak ciuman dengan lelaki!”Candice dan Cherry saling bertukar pandang, seolah-olah sedang membayangkan gambaran itu. Mereka berdua pun spontan tertawa terbahak-bahak.Pada akhirnya, Cahya kembali memilih untuk berkata jujur. Candice bersandar di atas meja, lalu bertanya, “Sebenarnya aku ingin tanya, apa Kak Cahya punya wanita yang kamu sukai?”Cherry sedang menekan-nekan keningnya. Saat mendengar pertanyaannya, gerakan tangannya pun berhenti. Dia seolah-olah juga ingin mendengar jawaban itu.Claire mengangkat gelasnya, lalu tersenyum. “Aku juga ingin tahu.”Hans dan Louis juga ikut meramaikan. “Kita semua juga ingin tahu.”Cahya menunduk. “Sementara ini … masih belum.”Cherry masih duduk terdiam di tempat. Dia tidak tahu apakah dirinya sedang mabuk atau lagi sadar. Dia juga tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Sementara itu, Cla
Cahya mengiakan.Setelah mengantar Cherry ke depan gedung apartemen, Cherry malah ketiduran di mobil. Cahya terpaksa memarkirkan mobilnya. Kemudian, dia menggendong Cherry menuruni mobil.Setelah tiba di depan rumah Cherry, Cahya menggunakan sidik jari untuk memasuki rumah. Tempat tinggal Cherry sangatlah bersih, bahkan terasa agak kosong. Cahya menggendong Cherry ke kamar. Ruangan kamar didesain dengan warna putih, kelihatannya sangat bersih. Ada banyak mainan dipajang di sisi jendela. Di bagian rak buku tersusun rapi komik gadis remaja dan koleksi berbagai figur anime dengan segala edisi. Bahkan poster di dinding juga semuanya bertema anime. Kalau bukan karena melihat sendiri, Cahya mungkin tidak akan percaya bahwa Cherry memiliki sisi seperti ini.Cahya membaringkan Cherry ke atas ranjang. Begitu menyentuh ranjang, Cherry tampak tidur dengan lelapnya.Saat Cahya hendak mengeluarkan tangannya, tetiba Cherry membalikkan tubuhnya, lalu menindih telapak tangan dengan tubuhnya.Cahya pu
Di Agensi Majestik.Dessy meletakkan tablet ke atas meja Cahya. Sekarang beritanya sedang hangat diperbincangkan di media sosial.Cahya melirik tablet sekilas. Dia pun merasa terkejut.Dessy bertanya, “Cahya, jangan-jangan kamu lagi pacaran?”“Tidak ….” Kening Cahya berkerut. Foto ini adalah foto di saat dirinya mengantar Cherry pulang waktu itu.“Sekarang berita ini lagi hangat. Penggemarmu lagi bertengkar hebat dengan penggemar gadungan. Mereka semua merasa kamu baru saja foto sampul majalah dengan Tuan Javier, sekarang malah muncul kabar kekasihmu. Pendukung Jaya Couple nggak bisa menerima kenyataan ini.”Begitu terbentuk pasangan karakter di hati para penggemar, akan sangat sulit untuk menghancurkannya. Ada yang menyukai pasangan karakter dengan terlalu obsesif, tidak bersedia melihat pasangan karakternya dipisahkan.Cahya tidak berbicara.Dessy berkata, “Lebih baik aku lakukan klarifikasi saja.”“Tidak usah.” Cahya meletakkan tablet, lalu memijat hidungnya. “Tidak ada gunanya untu
Beberapa wanita yang mengepalai pergerakan kali ini saling bertukar pandang. “Cahya itu kakak sepupumu? Kamu jangan sembarangan bicara!”Candice mengangkat dagunya. “Aku adik sepupunya Kak Cahya atau bukan, kalian bisa tanya Keluarga Chaniago.”Seusai berbicara, Candice menjaga di depan pintu sembari menunjuk mereka semua. “Aku peringatkan kalian. Aku sudah lapor polisi. Sekarang polisi lagi perjalanan ke sini. Kalau kalian tidak ingin cari masalah dan dipenjara, aku sarankan kalian untuk segera pergi dari sini!”“Memangnya kamu itu siapa? Pergi dari sini! Suruh wanita jalang di dalam sana untuk keluar!” Wanita-wanita itu mendorong Candice.“Kamu lagi marahin siapa! Dasar wanita jalang!” Candice seketika menjadi marah. Dia juga ikut mendorong mereka.Hanya saja, mana mungkin tenaga Candice sanggup menghadapi mereka semua. Alhasil dia malah ditendang. Candice kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Bagian pinggangnya terbentur kuat. Raut wajahnya seketika menjadi pucat. Saking sa
Candice sungguh terkejut. “Tentu saja bukan ….”Sepertinya Claire memahami maksudnya. “Aku mengerti. Kami temani kamu ke sana.”Candice pergi berkonsultasi di poli kandungan. Claire dan Cherry pun berdiri menunggu di luar. Beberapa saat kemudian, tampak Candice yang selesai melakukan pemeriksaan keluar bersama suster.Kedua matanya tampak merona. Sepertinya dia baru selesai menangis saja.Claire melebarkan mulutnya. “Candice, kamu ….”Candice menunduk dan tidak menjawab.Cherry duduk di depan meja suster. “Sus, gimana kondisi temanku?”Suster itu melihatnya sekilas. “Bukan masalah besar, hanya saja benturan kerasnya membuat selaput keperawanannya robek dan sedikit berdarah.”Cherry tertegun, lalu berjalan maju dengan kaget. “Kenapa bisa begitu?”Suster menjelaskan dengan serius, “Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang akan robek di saat pertama kali berhubungan. Tapi ada juga kondisi di mana selaputnya robek karena benturan keras, misalnya seperti menunggang kuda.”Can
Cahya menunduk dan berbicara dengan nada bersalah, “Aku sudah mengetahuinya. Maaf telah melibatkanmu dalam masalah ini. Tapi aku sudah menyelidiki masalah ini. Orang-orang itu bukan penggemarku.”Cahya sangat memahami penggemarnya. Penggemarnya tidak mungkin akan melakukan hal di luar akal sehat mereka.“Emm, aku tahu.” Cherry mengangguk. Sebenarnya Cherry juga paham jika penggemarnya benar-benar bersikap seperti ini. Tanpa menunggu balasan dari Cahya, Cherry menatapnya. “Aku telah mendatangkan kerepotan untukku. Sepertinya aku mesti lebih hati-hati lagi. Kalau Tuan Cahya nggak ada masalah lain aku, aku ….”“Ganti tempat tinggal saja,” timpal Cahya dengan datar.Alhasil, Cherry pun terbengong. Dia menatap Cahya dengan kebingungan. “Apa?”Cahya menatap Cherry. “Masalah alamatmu terekspos dan foto pada malam itu, semuanya adalah kerjaan Karen. Dia tahu alamat tempat tinggalmu. Tempat ini tidak lagi aman untukmu.”Akhirnya Cherry baru merespons. “Kamu … sudah menyelidikinya?”Cahya mengan
“Sebentar, aku bukan ….” Belum sempat si pemuda menjelaskan, Jerry pun membawa para kakek dan nenek di taman kemari.Semua orang tua mengamati si pemuda itu. “Kami tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya.”“Jangan-jangan penjual anak?”Pemuda mengangkat tangannya dan menjelaskan, “Aku bukan penjual anak. Aku hanyalah pencari bakat!” Melihat tidak ada yang memercayai omongannya, dia segera mengeluarkan kartu identitasnya. “Aku ada kartu pekerja!”Jessie tahu apa yang dimaksud dengan pencari bakat, ibunya pernah menjelaskan sebelumnya. Sekarang Jessie hanya memfokuskan perhatiannya dalam masalah belajar. Mengenai masalah hiburan, dia baru akan mempertimbangkannya setelah berusia 18 tahun nanti.Jessie memiringkan kepalanya. “Paman, aku dan Kak Jerry nggak akan masuk dunia hiburan. Kami masih sekolah.”Namun, tampaknya si lelaki masih tidak ingin menyerah. “Tidak masalah. Kita bisa janjian dulu. Setelah kamu besar nanti, kita bisa kerja sama!”Jerry melipat kedua tangan di depan dadanya.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem