Candice menunjuk Hans. “Kalau begitu … Kak Cahya dengan Tuan Hans?”Seluruh bulu kuduk Hans berdiri. Dia mengangkat tangan langsung menolak. “Jangan! Aku tidak ciuman dengan lelaki!”Candice dan Cherry saling bertukar pandang, seolah-olah sedang membayangkan gambaran itu. Mereka berdua pun spontan tertawa terbahak-bahak.Pada akhirnya, Cahya kembali memilih untuk berkata jujur. Candice bersandar di atas meja, lalu bertanya, “Sebenarnya aku ingin tanya, apa Kak Cahya punya wanita yang kamu sukai?”Cherry sedang menekan-nekan keningnya. Saat mendengar pertanyaannya, gerakan tangannya pun berhenti. Dia seolah-olah juga ingin mendengar jawaban itu.Claire mengangkat gelasnya, lalu tersenyum. “Aku juga ingin tahu.”Hans dan Louis juga ikut meramaikan. “Kita semua juga ingin tahu.”Cahya menunduk. “Sementara ini … masih belum.”Cherry masih duduk terdiam di tempat. Dia tidak tahu apakah dirinya sedang mabuk atau lagi sadar. Dia juga tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Sementara itu, Cla
Cahya mengiakan.Setelah mengantar Cherry ke depan gedung apartemen, Cherry malah ketiduran di mobil. Cahya terpaksa memarkirkan mobilnya. Kemudian, dia menggendong Cherry menuruni mobil.Setelah tiba di depan rumah Cherry, Cahya menggunakan sidik jari untuk memasuki rumah. Tempat tinggal Cherry sangatlah bersih, bahkan terasa agak kosong. Cahya menggendong Cherry ke kamar. Ruangan kamar didesain dengan warna putih, kelihatannya sangat bersih. Ada banyak mainan dipajang di sisi jendela. Di bagian rak buku tersusun rapi komik gadis remaja dan koleksi berbagai figur anime dengan segala edisi. Bahkan poster di dinding juga semuanya bertema anime. Kalau bukan karena melihat sendiri, Cahya mungkin tidak akan percaya bahwa Cherry memiliki sisi seperti ini.Cahya membaringkan Cherry ke atas ranjang. Begitu menyentuh ranjang, Cherry tampak tidur dengan lelapnya.Saat Cahya hendak mengeluarkan tangannya, tetiba Cherry membalikkan tubuhnya, lalu menindih telapak tangan dengan tubuhnya.Cahya pu
Di Agensi Majestik.Dessy meletakkan tablet ke atas meja Cahya. Sekarang beritanya sedang hangat diperbincangkan di media sosial.Cahya melirik tablet sekilas. Dia pun merasa terkejut.Dessy bertanya, “Cahya, jangan-jangan kamu lagi pacaran?”“Tidak ….” Kening Cahya berkerut. Foto ini adalah foto di saat dirinya mengantar Cherry pulang waktu itu.“Sekarang berita ini lagi hangat. Penggemarmu lagi bertengkar hebat dengan penggemar gadungan. Mereka semua merasa kamu baru saja foto sampul majalah dengan Tuan Javier, sekarang malah muncul kabar kekasihmu. Pendukung Jaya Couple nggak bisa menerima kenyataan ini.”Begitu terbentuk pasangan karakter di hati para penggemar, akan sangat sulit untuk menghancurkannya. Ada yang menyukai pasangan karakter dengan terlalu obsesif, tidak bersedia melihat pasangan karakternya dipisahkan.Cahya tidak berbicara.Dessy berkata, “Lebih baik aku lakukan klarifikasi saja.”“Tidak usah.” Cahya meletakkan tablet, lalu memijat hidungnya. “Tidak ada gunanya untu
Beberapa wanita yang mengepalai pergerakan kali ini saling bertukar pandang. “Cahya itu kakak sepupumu? Kamu jangan sembarangan bicara!”Candice mengangkat dagunya. “Aku adik sepupunya Kak Cahya atau bukan, kalian bisa tanya Keluarga Chaniago.”Seusai berbicara, Candice menjaga di depan pintu sembari menunjuk mereka semua. “Aku peringatkan kalian. Aku sudah lapor polisi. Sekarang polisi lagi perjalanan ke sini. Kalau kalian tidak ingin cari masalah dan dipenjara, aku sarankan kalian untuk segera pergi dari sini!”“Memangnya kamu itu siapa? Pergi dari sini! Suruh wanita jalang di dalam sana untuk keluar!” Wanita-wanita itu mendorong Candice.“Kamu lagi marahin siapa! Dasar wanita jalang!” Candice seketika menjadi marah. Dia juga ikut mendorong mereka.Hanya saja, mana mungkin tenaga Candice sanggup menghadapi mereka semua. Alhasil dia malah ditendang. Candice kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Bagian pinggangnya terbentur kuat. Raut wajahnya seketika menjadi pucat. Saking sa
Candice sungguh terkejut. “Tentu saja bukan ….”Sepertinya Claire memahami maksudnya. “Aku mengerti. Kami temani kamu ke sana.”Candice pergi berkonsultasi di poli kandungan. Claire dan Cherry pun berdiri menunggu di luar. Beberapa saat kemudian, tampak Candice yang selesai melakukan pemeriksaan keluar bersama suster.Kedua matanya tampak merona. Sepertinya dia baru selesai menangis saja.Claire melebarkan mulutnya. “Candice, kamu ….”Candice menunduk dan tidak menjawab.Cherry duduk di depan meja suster. “Sus, gimana kondisi temanku?”Suster itu melihatnya sekilas. “Bukan masalah besar, hanya saja benturan kerasnya membuat selaput keperawanannya robek dan sedikit berdarah.”Cherry tertegun, lalu berjalan maju dengan kaget. “Kenapa bisa begitu?”Suster menjelaskan dengan serius, “Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang akan robek di saat pertama kali berhubungan. Tapi ada juga kondisi di mana selaputnya robek karena benturan keras, misalnya seperti menunggang kuda.”Can
Cahya menunduk dan berbicara dengan nada bersalah, “Aku sudah mengetahuinya. Maaf telah melibatkanmu dalam masalah ini. Tapi aku sudah menyelidiki masalah ini. Orang-orang itu bukan penggemarku.”Cahya sangat memahami penggemarnya. Penggemarnya tidak mungkin akan melakukan hal di luar akal sehat mereka.“Emm, aku tahu.” Cherry mengangguk. Sebenarnya Cherry juga paham jika penggemarnya benar-benar bersikap seperti ini. Tanpa menunggu balasan dari Cahya, Cherry menatapnya. “Aku telah mendatangkan kerepotan untukku. Sepertinya aku mesti lebih hati-hati lagi. Kalau Tuan Cahya nggak ada masalah lain aku, aku ….”“Ganti tempat tinggal saja,” timpal Cahya dengan datar.Alhasil, Cherry pun terbengong. Dia menatap Cahya dengan kebingungan. “Apa?”Cahya menatap Cherry. “Masalah alamatmu terekspos dan foto pada malam itu, semuanya adalah kerjaan Karen. Dia tahu alamat tempat tinggalmu. Tempat ini tidak lagi aman untukmu.”Akhirnya Cherry baru merespons. “Kamu … sudah menyelidikinya?”Cahya mengan
“Sebentar, aku bukan ….” Belum sempat si pemuda menjelaskan, Jerry pun membawa para kakek dan nenek di taman kemari.Semua orang tua mengamati si pemuda itu. “Kami tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya.”“Jangan-jangan penjual anak?”Pemuda mengangkat tangannya dan menjelaskan, “Aku bukan penjual anak. Aku hanyalah pencari bakat!” Melihat tidak ada yang memercayai omongannya, dia segera mengeluarkan kartu identitasnya. “Aku ada kartu pekerja!”Jessie tahu apa yang dimaksud dengan pencari bakat, ibunya pernah menjelaskan sebelumnya. Sekarang Jessie hanya memfokuskan perhatiannya dalam masalah belajar. Mengenai masalah hiburan, dia baru akan mempertimbangkannya setelah berusia 18 tahun nanti.Jessie memiringkan kepalanya. “Paman, aku dan Kak Jerry nggak akan masuk dunia hiburan. Kami masih sekolah.”Namun, tampaknya si lelaki masih tidak ingin menyerah. “Tidak masalah. Kita bisa janjian dulu. Setelah kamu besar nanti, kita bisa kerja sama!”Jerry melipat kedua tangan di depan dadanya.
Terlintas sedikit gambaran di dalam pikiran Cherry. Sepertinya dia pernah mengatakan sesuatu terhadap Cahya. Hanya saja, dia sudah tidak mengingatnya lagi.Claire membawa Jessie dan Jerry berjalan ke depan mobil. Jerry membalikkan kepalanya melihat pencari bakat yang masih sedang mengikuti mereka. “Paman, kenapa kamu masih mengikuti kami?”Si pemuda tersenyum canggung, lalu berdeham. “Aku merasa berhubung kamu sudah bergabung ke dunia hiburan, masa depanmu pasti akan sangat cemerlang. Aku berani menjamin, setelah adikmu dewasa nanti, dia pasti akan sangat terkenal!”Jerry menatap si lelaki dengan tidak berdaya. Dia pun tidak bersuara.Si pemuda mengeluarkan selembar kartu nama kepadanya, lalu berkata dengan tulus, “Aku akan menunggu adikmu sampai dewasa nanti. Aku pasti akan mengontraknya. Aku akan membuatnya lebih terkenal daripada Cahya.”Jerry mengambil kartu nama. Di atasnya tertera nama Jivan, Manajer Agensi Pencari Bakat.Setelah Jivan berjalan pergi, Jerry juga tidak membuang ka