Cahya dan Javier memang berteman. Kini, perihal kerja sama proyek investasi antara keduanya di Pulau Yanno telah terungkap di internet. Hal ini pun makin memvalidasi hubungan dekat mereka.Tindakan Cahya yang menolak tawaran pekerjaan demi membantu teman akan sangat mudah mendapatkan dukungan dari para penggemar. Selain itu, berita negatif juga tidak bisa menyerangnya begitu saja.Pihak yang batal bekerja sama dengan Cahya mungkin akan merasa kesal. Namun, mengingat kedudukan Javier di dunia bisnis, termasuk kekuatan finansial Grup Angkasa yang tidak bisa diremehkan, kalaupun mereka berani bergosip secara diam-diam, tetapi siapa yang akan berani mempermasalahkannya?Setelah berdiri di depan jendela dan merenung sejenak, Cahya pun kembali ke mejanya untuk meminum kopi, lalu berucap, "Dari apa yang kutahu, Javier bukan tipe orang yang akan secara tiba-tiba mengulurkan tangan tanpa diminta."Mendengar ini, Rina sontak menunduk sambil menjelaskan, "Maaf, Kak Cahya. Sebenarnya, Nyonya Clair
George yang sopan pun menjabat tangan Louis, lalu menyebutkan namanya, "George."Louis segera berkata, "Ternyata kamu adalah George."George tampak memicingkan mata sembari bertanya, "Apa kamu mengenalku?"Sementara itu, Candice yang kebingungan pun mendekati Louis untuk bertanya, "Kenapa kamu bisa tahu George?"Louis menatapnya dan menjawab dengan jujur, "Dari foto itu."Setelah tertegun sejenak, Candice baru tersadar kembali dan segera bertanya, "Apa? Ayahku mengirim foto itu kepadamu?"Mendengar ini, Louis pun berkata sambil tersenyum, "Dia hanya mengirimkan foto tunanganku. Apa ada yang salah?""Kamu ...." Candice sontak tidak bisa berkata-kata.George hanya diam dan menyaksikan interaksi mereka sejenak. Beberapa saat kemudian, dia berpamitan seraya tersenyum, "Aku jenguk nenekku dulu, ya."Begitu mendengar perkataannya, Candice langsung mengabaikan Louis, lalu menatap George sambil bertanya, "Nenekmu dirawat inap?" Hal ini membuat raut wajah Louis menjadi suram.Sementara itu, Geo
Louis memegang bahu Candice, lalu bertanya, "Kamu tidak percaya diri, ya?"Candice mendorongnya perlahan sembari menjawab, "Aku benar-benar nggak bisa ...."Saat ini, pria tua itu tiba-tiba berdiri sambil berucap, "Bagaimana kalau kamu coba memainkannya?"Candice sangat terkejut mendengarnya. Dia sontak melambaikan tangan dan menolak, "Kakek, aku ...."Akan tetapi, pria tua itu malah berkata sembari tersenyum ramah, "Nggak apa-apa, dicoba saja. Kalau mainnya jelek, aku juga nggak akan menyalahkanmu."Segera setelah itu, Louis pun mendorong Candice ke depan. Wanita itu menoleh untuk melihatnya, lalu mengambil tehyan dari tangan si pria tua. Candice sudah sangat lama tidak menyentuh alat musik. Begitu memegangnya lagi, dia amat terkejut dan kembali merasakan apa yang sudah lama tidak dirasakannya.Kemudian, Candice duduk di tempat pria tua itu tadi. Kini, orang-orang yang sedang berjalan di taman menatap ke arahnya. Usai menenangkan pikiran, Candice mulai menarik senarnya. Mungkin karena
Saat ini, Candice tampak mencubit pipinya sendiri, lalu memandang Louis sambil bertanya, "Ini bukan mimpi, 'kan? Kakek yang tadi, dia ternyata adalah ... idolaku!"Louis pun bantu mencubitnya sembari bertanya, "Sakit, 'kan?"Candice tampak mengangguk seraya menjawab, "Sakit!"Sementara itu, Louis yang mencubitnya malah enggan melepaskan tangannya. Kemudian, dia segera melanjutkan, "Baguslah kalau sakit. Kamu cukup beruntung bisa bertemu dengannya."Candice hanya menatapnya. Setelah sekian lama, dia baru sadar dan menepis tangan pria itu sembari bertanya, "Kamu pasti sengaja, 'kan?"Namun, Louis malah mengangkat alis seraya berbalik bertanya, "Sengaja apa?"Segera setelah itu, Candice menunjuknya dan kembali bertanya, "Kamu itu guru di Akademi Musik Royal. Sejak awal, kamu sudah tahu bahwa dia adalah Senior Johan, 'kan?"Louis segera menepis jari wanita itu, lalu menjelaskan dengan serius, "Memangnya kenapa kalau aku tahu? Bukan berarti aku yang sengaja mempertemukan kalian. Apalagi, ka
Rina sontak tidak bisa berkata apa-apa. Kenapa dia merasa agak prihatin dengan Javier? Sementara itu, Javier dan Cahya kembali ke dalam mobil dengan ekspresi suram. Melihat keadaan ini, Rina pun bertanya, "Kenapa? Apa kalian nggak mencapai kesepakatan?"Javier segera mencibir, lalu menatap Cahya sekilas sebelum berkata, "Ada orang bodoh yang tidak cocok berbisnis. Kalau bukan karena aku, dia pasti sudah dibodohi orang lain." Sementara itu, Cahya menoleh ke arahnya sambil membalas, "Aku rela dibodohi. Memangnya apa hubungannya denganmu?"Javier tampak melipat kedua tangannya, lalu berkata, "Benar juga. Lagi pula, itu bukan uangku."Segera setelah itu, Cahya langsung menginjak pedal gas dan beranjak pergi. Begitu kembali ke hotel, Cahya memberikan kunci mobil kepada Rina dan langsung kembali ke kamarnya tanpa berbasa-basi. Sementara itu, Rina menoleh ke arah Claire sambil berucap, "Nyonya Claire, aku akan menyusul Kak Cahya dulu."Claire pun mengangguk. Javier yang berada di sisinya so
Rina mengangguk sambil menjawab, "Untungnya ada Tuan Javier. Kak Cahya selalu berkecimpung di industri hiburan, jadi dia nggak tahu apa-apa tentang industri bisnis. Kemarin, kalau bukan Tuan Javier, Kak Cahya benar-benar akan dibodohi.""Pihak lain meminta Kak Cahya untuk berinvestasi sebanyak 100 miliar dan kontraknya sebenarnya sangat jelas, tapi dia bilang nggak akan ada keuntungan di tahap awal," jelas Rina.Claire meminum jusnya, lalu menjelaskan dengan santai, "Pengembangan industri hotel pemandian air panas di Pulau Yanno memang sangat bagus dan menarik banyak pebisnis dari luar daerah untuk berinvestasi. Tapi, mereka juga menentukan target.""Bagaimanapun, ini adalah investasi besar. Pebisnis yang berpengalaman akan sangat berhati-hati. Sementara itu, Cahya jarang terlibat dalam industri bisnis. Mereka seharusnya menargetkannya karena ini," timpal Claire.Ketika pihak lain berani mengajukan permintaan agar Cahya menyuntikkan dana sebesar 100 miliar sebagai investor, itu artinya
Bel pintu kamar tiba-tiba berbunyi. Javier bangun, lalu berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu. Ternyata itu adalah Rina. Wanita itu bertanya dengan sangat cemas, "Tuan Javier, apa ... apa kamu bisa menghubungi Kak Cahya? Dia masih belum pulang setelah pergi hari ini. Teleponku juga nggak diangkat."Javier memicingkan mata sambil bertanya, "Kapan dia pergi?"Rina yang wajahnya sudah pucat segera menjawab, "Pukul 09.00 tadi. Dia bilang ada urusan, lalu langsung pergi sendiri dengan membawa mobil. Aku sudah meneleponnya, tapi nggak diangkat terus.""Nggak bisa menghubungi Cahya?" tanya Claire. Saat ini, dia berjalan keluar dari kamar dan kebetulan mendengar percakapan antara Rina dan Javier.Rina mengangguk dengan cemas, lalu menjawab, "Iya. Aku ... aku khawatir Kak Cahya pergi mencari orang-orang itu. Bagaimanapun, ini adalah Pulau Yanno. Apalagi, Kak Cahya juga pergi sendiri dan belum pulang sampai sekarang."Javier segera mencoba menghubungi Cahya. Akan tetapi, tidak disangka bahwa
Pria paruh baya itu bergegas maju, lalu membungkuk sambil menyapa, "Kak Mike."Mike menyelipkan rokok di mulutnya dan mengisapnya dalam-dalam. Alhasil, kabut asap pun menutupi matanya. Saat ini, dia memicingkan mata ke arah Javier seraya berkata, "Aku bahkan belum pergi mencari kalian, tapi kalian malah datang sendiri?"Javier menunduk, lalu bertanya sambil tersenyum, "Di mana temanku?"Mike pun menatap si pria paruh baya. Setelah itu, pria paruh baya itu mengisyaratkan bawahannya untuk membawa Cahya keluar. Tak lama kemudian, Cahya telah dibawa ke sisi Javier. Begitu melihat Cahya, Javier langsung memperhatikannya dengan saksama. Selain sedikit luka memar di wajahnya, tidak ada anggota tubuhnya yang berkurang."Temanmu yang adalah artis ini bertemperamen buruk. Dia nggak ingin berunding dengan kami, jadi kami terpaksa memberinya pelajaran," jelas Mike. Setelah itu, dia mengangkat gelas dan menegak habis anggur yang tersisa di dalamnya.Javier sontak berkata sambil tersenyum, "Kalau wa
Terdengar suara Yelena dari ujung telepon. “Apa Ayah dan Ibu nggak beri tahu kamu?”“Beri tahu apa?”Yelena tersenyum dingin. “Mereka minta uang sama kamu untuk mendaftarkanku ke akademi perfilman. Kebetulan, aku lolos ujian masuk.”Erin langsung berdiri. “Apa? Mereka daftarin kamu ke akademi perfilman? Kenapa kamu nggak beri tahu aku?”“Apa gunanya beri tahu kamu? Kamu selalu menuruti apa kata Ayah dan Ibu. Kalau diminta uang, kamu juga selalu memenuhi permintaan mereka. Uangmu itu seperti nggak ada nomor serinya. Gara-gara kamu, sekarang adik kita sudah tamat, tapi dia selalu saja tiduran di rumah, menunggu dikirim uang sama kamu. Kamu sudah seperti orang tuanya saja yang terus mengasuhnya. Semoga saat kamu tua nanti, dia bisa menjagamu.”“Yelena ….”Tanpa menunggu balasan dari Erin, Yelena langsung mengakhiri panggilan.Keesokan harinya, Yelena mendapatkan peran sebagai adik perempuannya Wilmar. Proto meminta Yelena untuk membaca naskah, lalu memintanya untuk menguasai peran dalam w
Samuel menjelaskan, “Pak Proto memiliki standar yang berbeda dalam memilih pemeran dibandingkan sutradara lain. Dia mencari artis yang benar-benar sesuai dengan kondisi karakter. Baginya, pengalaman pribadi artis yang mirip dengan karakter akan membantu mereka dalam menampilkan perasaan yang paling alami, sebab gadis berusia 20 tahun itu tidak memiliki banyak pengalaman akting.”Dacia merasa terkejut. Ternyata begitu alasannya.Bagaimanapun, dari enam karakter tersangka dalam cerita, ada dua karakter yang paling kompleks, yaitu abang dan adik perempuan dari Keluarga Martha.Adik perempuan dari “Tuan Wilmar” adalah karakter dengan latar belakang yang sangat khusus. Dalam Keluarga Martha, yang lebih mementingkan anak laki-laki dibandingkan perempuan, keberadaan gadis ini semata-mata adalah untuk menyelamatkan abangnya.Dia terpaksa berhenti sekolah di usia muda, bekerja di dunia malam, menghadapi berbagai macam orang dan gaya hidup mewah. Dia adalah karakter yang sangat rendah diri, teta
Ketika mendengar balasan Clara, Dacia spontan tersenyum. Sepertinya Jerremy menjalankan tanggung jawabnya sebagai paman dengan sangat baik.Tidak lama kemudian, Jerremy telah tiba di Vila Kandara. Dia berjalan ke dalam ruang tamu, lalu melihat Clara sedang bermain bersama Jennie di sana. Dacia menyuguhkan makan malam dari dapur, lalu mengangkat kepalanya. “Pulangnya cepat sekali?”Jerremy pun tersenyum. Dia melonggarkan dasinya, lalu berjalan mendekati Dacia. “Ini yang namanya kejutan? Kamu malah bawa putriku kabur dari rumah?”Dacia menyuapi sepotong daging ke mulut Jerremy. “Dicoba?”Jerremy memakannya. “Jam berapa sampainya?”Dacia membalas dengan serius, “Siang hari tadi. Tadi aku temani Jennie, lalu pergi ke Agensi Solar. Kemudian, aku bawa Jennie ke sini.”Tiba-tiba Jennie menangis.Clara menggendong Jennie. “Tante, sepertinya Adik lapar.”Hanya saat kelaparan saja, Jennie baru akan menangis.Dacia berjalan maju untuk menggendong Jennie. “Jennie sudah lapar. Kalau begitu, aku ma
Jessie bukan tipe orang yang mengejar ketenaran atau kekayaan. Meskipun persaingan di pasar sangat ketat, selalu ada naskah yang bagus, dia juga bisa memerankan karakter apa saja.Apalagi dalam naskahnya, ada karakter yang sesuai dengan usia Jessie. Sutradara Proto juga sudah menyiapkan beberapa kandidat untuk peran tersebut.Dua peran yang harus dipilih Dacia. Salah satunya adalah peran wanita yang diminta Sutradara Proto untuk diperankan oleh aktris muda berusia sekitar 20 tahun.Samuel mengangkat cangkir teh dan meminumnya dengan perlahan. “Ada Pak Proto sudah punya kandidat?”“Dia menginginkan sebagian besar artis dan peran pendukung berasal dari Area Homa. Empat pemeran utama masih dalam tahap seleksi. Dua peran lainnya, satu pria dan satu wanita, dia serahkan padaku. Peran pria harus memilih aktor sekitar 30 tahun, sedangkan peran wanita harus berusia 20 tahun.”Samuel mengusap dagunya, lalu berpikir sejenak, “Besok aku akan bantu lihatkan. Nanti aku ajak kamu ikut audisi.”Dacia
Fendra mengangguk. “Emm, berhubung kamu sudah punya pilihan, kamu bisa lakukan sesuai dengan keinginanmu. Ayah akan selalu mendukungmu.”Emiko merangkul lengan Fendra. “Terima kasih, Ayah.”…Satu bulan kemudian.Dacia duduk di pesawat menuju ke bandara ibu kota. Dia mendorong koper berjalan keluar bandara, kemudian dia menaiki taksi untuk menuju ke vila Keluarga Fernando.Dacia tidak ingin memberi tahu Jerremy karena ingin memberinya sebuah kejutan. Setelah mobil tiba di depan pintu vila Keluarga Fernando, Dacia mendorong koper ke dalam rumah.Baru saja memasuki rumah, terdengar suara tangis Jennie. Pengasuh pun sedang sibuk membujuknya. Saat melihat keberadaan Dacia, pengasuh merasa kaget. “Nyonya Dacia?”Dacia menyerahkan kopernya ke pelayan yang berdiri di samping, kemudian berjalan ke sisi pengasuh. “Biar aku gendong saja.”Pengasuh menyerahkan Jennie kepada Dacia. Saa Dacia menggendong Jennie ke dalam pelukannya, hatinya pun merasa luluh.Jennie sudah semakin besar. Dia memiliki
Setengah bulan kemudian, Jodhiva dan Ariel kembali dari Negara Shawana. Jodhiva menyerahkan wasiat kakek buyutnya kepada Claire.Claire terbengong ketika menerimanya.“Kakek Buyut meminta bantuan Paman Louis untuk menyerahkan wasiat ini kepadamu. Kata Paman Louis, dia berharap Keluarga Gufree masih bisa memiliki keturunan.”Claire mengusap wasiat di tangannya sembari tersenyum. “Aku mengerti. Jody, terima kasih.”“Ibu, aku pernah diskusi sama Ariel. Kelak kalau kami punya anak, tidak peduli anak kami laki-laki atau perempuan, kami bersedia membiarkan anak kami memikul tanggung jawab itu.”Claire menatap Jodhiva, lalu meletakkan tangannya di atas pundak Javier. “Ibu tahu kamu adalah putra sulung Keluarga Fernando. Kamu memikul tanggung jawab Keluarga Fernando. Jadi, tidak peduli apa pun pilihanmu, Ibu akan selalu mendukungmu.”Jodhiva pun tersenyum.Di sisi lain, ada banyak anak baru yang mendaftar kelas di balai seni bela diri. Ketika melihat banyak orang yang keluar masuk balai, tatap
Mobil melaju melewati hadapan Hiro.Di dalam mobil, Yura menyampaikan rasa minta maafnya kepada Bastian. Bastian hanya duduk tanpa berbicara sama sekali. Dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia mesti ikut campur dalam hubungan mereka. Mungkin Bastian sudah terbiasa untuk membantunya?Setelah terdiam selama beberapa saat, Bastian bertanya, “Kamu kerja di mana?”Yura juga terdiam sejenak, baru tersenyum. “Masih belum tahu. Mungkin di Negara Demar atau Negara Hyugana.”Bastian berdecak sembari melihat ke luar jendela. “Lebih baik ke Negara Shawana saja. Tentu saja, kalau kamu mau ke sana, aku bisa bantu kamu. Tapi aku bisa membantumu juga karena aku kenal sama kamu.”“Oke,” balas Yura dengan langsung, “Kalau aku memutuskan ke Negara Shawana, aku akan minta bantuan Tuan Bastian.”Beberapa hari kemudian, berita di Negara Shawana melaporkan kabar duka bahwa Wilson telah meninggal dunia. Para anggota keluarga kerajaan, bangsawan, serta tokoh-tokoh dari dunia politik menghadiri pemakamannya
Kelihatan sekali Gotama sedang menolak secara halus.Bastian terbengong selama beberapa detik. “Tapi, kamu tahu sendiri wanita dewasa itu membuat orang merasa lebih tenang. Fotonya saja yang kelihatan dewasa, tapi kenyataannya dia bagai anak kecil saja ….”“Maaf, aku tidak bisa menerima usianya. Meskipun dia baik, aku tetap tidak bisa menerimanya.” Usai berbicara, Gotama langsung meninggalkan tempat.“Hei, Tuan Gotama ….”Bastian melihat bayangan punggung yang semakin menjauh, lalu berdecak. “Malah permasalahkan soal umur. Apa kamu mau anak berusia 18 tahun? Dasar!”Yura yang tadinya duduk di baris belakang pun langsung duduk di hadapan Bastian. Dia tersenyum. “Gagal, ‘kan?”Bastian melipat kedua lengan di depan dada. “Aku lagi bantu cari jodoh buat kamu, bukan buat aku. Kenapa kamu masih bisa tertawa?”“Sudahlah, wajar kalau dia keberatan dengan usiaku. Lagi pula, aku juga tidak harus berpacaran, kok. Tapi aku benar-benar berterima kasih sama kamu karena sudah membantuku.”Yura hanya
Warganet hanya melihat nama Levin di dalam daftar nama pemeran, tapi mereka tidak tahu “Firdaus” adalah Levin. Setelah penggemar Levin mengenali idolanya, mereka pun terus memberi dukungan.[ Astaga! Akhirnya Levin akting dengan serius! ][ Levin bisa tenar juga berkat Kak Jessie. Hahaha. ][ Dari trailer, sepertinya akting Dik Levin lebih bagus berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dulu dia saja hanya melakoni peran anak orang kaya, yang mirip dengan Levin. Semoga kali ini Dik Levin nggak mengecewakan kita semua. ][ Akhirnya Levin ada kemajuan. ]Di sisi lain, di Agensi Solar.Samuel duduk di kantor menyaksikan trailer dan juga komentar dari para warganet. Dia pun mendengus. “Bocah ini semakin hebat saja. Aku beri dia nilai 90.”Asisten terbengong. “Hanya 90 saja? Aku merasa nilai itu kerendahan.”Samuel melipat kedua lengannya di depan dada. “Rendah? Kalau dia menggunakan teknik aktingnya yang dulu, aku hanya akan beri dia nilai 75 saja. Nilai 90 sudah tergolong tinggi baginya. Kalau