Louis menyipitkan matanya. Pria tua menyaksikan kejadian itu dan melihat wajah Naomi, tetapi tidak melihat tampang pelakunya. Ketika Candice dituduh sebagai pelaku, pria tua itu juga tidak mengetahui hal ini.Louis menyuruh pengawal untuk mengantar pria tua keluar, lalu menghampiri Aditya dan berkata, "Pak Aditya, Candice bukan pelaku yang mencelakai anakmu. Candice juga kehilangan pencapaian yang dia banggakan dalam bidang musik karena anakmu. Mengenai pelaku itu, aku pasti akan membantumu menemukannya. Aku hanya berharap kamu bisa memberi Candice kesempatan lagi."Dua hari kemudian, Aditya mengunggah pernyataan tentang masalah Candice di Twitter. Sepuluh tahun yang lalu, bukan Candice yang mendorong murid lain di Universitas Ottora. Aditya juga merupakan ayah dari korban, jadi banyak netizen yang terkejut ketika melihat unggahan ini.[ Ternyata Candice menjadi kambing hitam selama 10 tahun, kasihan sekali. ][ Aku pernah mendengar kasus di Universitas Ottora, dulu aku pikir itu cuma
Javier meraih bahu Claire dan menghibur, "Jangan khawatir, berikan nomor telepon Candice kepadaku. Biar aku selidiki lokasinya dan kamu yang kabari Roger."Claire mengangguk. Dia menghubungi Roger sekalian mengabari Louis. Sementara itu, Javier yang duduk di samping segera menyelidiki lokasi Candice dengan laptopnya. Javier berujar, "Dia ada di Jalan Dorsea."Di suatu tempat di Jalan Dorsea, Candice yang disiram air dingin seketika sadar. Jaket yang dikenakan Candice basah sehingga menempel di tubuhnya. Candice yang kedinginan terbatuk-batuk, dia juga menyadari kedua tangannya diikat sehingga dirinya tidak bisa bergerak.Tiba-tiba, terdengar suara yang familier. "Akhirnya kamu sadar juga."Candice tertegun, lalu memandang wanita di depannya dengan tubuh gemetaran. Ternyata orang ini adalah Freda.Suara Candice agak serak dan dia segera mengamati sekeliling. Kelihatannya, ini adalah lantai sebuah gedung yang belum direnovasi. Dindingnya hanya dilapisi semen, bahkan besi betonnya juga te
Candice yang berusaha memberontak ditekan di lantai. Dia menggigit tangan salah satu pria dan pria yang kesakitan itu menampar Candice. Tamparan pria itu sangat kuat.Jaket Candice dibuka dengan kasar, begitu pula dengan kemeja yang dikenakannya. Candice yang ketakutan menangis. Sementara itu, Freda merekam adegan ini dengan ponselnya sambil memerintahkan, "Telanjangi dia!"Ketika pria itu hendak melepaskan pakaian dalam Candice, tiba-tiba orang yang menerobos masuk menendang pria yang menindih Candice, lalu meninju 2 pria lainnya. Freda pun mundur ketakutan.Louis segera melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Candice yang dingin. Dia menggendong Candice seraya memanggil, "Candice!"Candice yang setengah sadar melihat pria yang memeluknya, lalu berucap sembari terisak-isak, "Louis ... aku takut sekali."Sekujur tubuh Candice gemetaran. Dia merasa kedinginan dan juga takut. Ketika melihat Louis, air matanya tidak terbendung lagi. Louis tidak bicara, dia hanya memeluk Candice dengan erat
Izza menjambak rambut Freda dan menariknya ke hadapan Javier dan Claire. Freda tetap berlutut di lantai. Wajah Freda memucat sewaktu melihat apa yang dialami beberapa pria suruhannya.Claire mengambil ponsel yang dipegang Freda. Setelah melihat gambaran di layar ponsel, Claire langsung membanting ponselnya dan menginjak ponsel itu sampai layarnya retak."Aku mohon ... lepaskan aku. Aku nggak akan mengulanginya lagi," pinta Freda sambil terisak-isak. Saat ini, ekspresinya tampak tulus saat memohon.Claire mencengkeram kerah baju Freda dan berujar dengan ekspresi datar, "Melepaskanmu? Nggak mungkin."Claire mencibir saat melihat ekspresi Freda yang ketakutan, lalu melanjutkan, "Kamu membuat Candice dituduh selama 10 tahun dan kamu bahkan berani melukainya. Sekarang, kamu malah memohon kepadaku untuk melepaskanmu? Apa kamu akan melepaskan Candice kalau Candice memohon kepadamu untuk melepaskannya?"Freda tidak bisa menjawab. Claire tersenyum sinis dan meneruskan ucapannya, "Wanita seperti
Claire membujuk Liliana, "Bibi, jangan emosi. Mereka sudah ditangkap polisi, yang penting Kak Louis dan Candice baik-baik saja.""Baguslah kalau mereka baik-baik saja, aku benar-benar syok. Aku akan lihat kondisi Louis dulu," ucap Liliana. Kemudian, dia berjalan ke kamar Louis.Javier datang menjemput Claire. Dalam perjalanan pulang, Claire terus memandang ke luar jendela. Javier menggenggam tangan Claire dan bertanya, "Kamu masih khawatir, ya?"Claire mengalihkan pandangannya, lalu memandang Javier sembari menjawab, "Mereka sudah aman, sekarang aku nggak usah khawatir lagi."Javier menimpali, "Claire, kejadian yang dialami Candice dan Louis hari ini membuatku teringat sesuatu."Claire terdiam, dia hanya menatap Javier dan tidak berbicara. Javier yang fokus menyetir memandang ke depan seraya berbicara, "Apa dulu kita pernah mengalami hal seperti ini? Aku merasa kita pasti pernah mengalaminya."Claire tersenyum dan menyahut, "Um, kita pernah mengalaminya."Javier menghentikan mobilnya s
Tirai jendela perlahan terbuka, pemandangan laut pun terlihat dari ruang tamu. Kemudian, Claire berjalan ke kamar tidur. Di luar kamar tidur terdapat balkon dan di bawah kanopi ada kursi lipat, bahkan ada ayunan.Javier membuka kancing lengan bajunya dan bersandar di samping pintu, lalu bertanya, "Apa kamu suka?"Claire duduk di ayunan sembari berkomentar, "Kamu pandai memilih tempat."Javier berjalan ke belakang Claire, lalu merangkul bahu Claire dan berbisik di telinganya, "Tentu saja tempatnya harus romantis karena kita mau menikmati waktu berdua."Pada siang hari, Claire dan Javier makan di restoran. Claire memakai gaun sutra lengan panjang yang dipadukan dengan rompi. Gaunnya sepanjang betis.Kebetulan, mereka berdua bertemu dengan Cahya yang sedang makan di restoran ini. Cahya mengangkat gelasnya, lalu tersenyum pada Javier dan Claire sembari berucap, "Kalau kalian nggak keberatan, mau makan sama-sama?"Claire tidak keberatan. Bagaimanapun, Cahya adalah teman mereka. Dia langsung
Bisnis pemandian air panas di Kota Jimbar memang tidak sebagus Pulau Yanno. Alasan utamanya adalah pemandangan di Pulau Yanno sangat bagus. Cuacanya juga tidak terlalu dingin sehingga tidak akan turun salju pada musim dingin.Berbeda dengan Kota Jimbar yang akan turun salju saat musim dingin. Bahkan, salju di jalan akan membeku ketika suhu udaranya sangat rendah sehingga jalanan akan sulit dilewati. Hanya pemandangan salju yang bisa dilihat jika pergi berlibur ke Kota Jimbar. Namun, orang yang pernah direpotkan oleh jalanan bersalju pasti tidak ingin mengunjungi Kota Jimbar lagi.Javier meletakkan peralatan makan, lalu menyeka jari-jarinya dengan saputangan dan berujar seraya memandang Cahya, "Aku tidak ingat kamu tertarik dengan bidang ini."Cahya menunduk, jari-jarinya mengetuk gelas saat dia berbicara, "Keluargaku mempersulitku. Selain karier di dunia hiburan, bisnis lain nggak cukup memenuhi standarku untuk hidup mandiri.""Hidup mandiri?" tanya Claire yang terkejut. Apa ini artiny
Claire membenamkan wajahnya di bahu Javier, benar-benar memalukan! Javier meletakkan Claire di kursi, lalu bertanya sambil mendekati Claire, "Mau main apa lagi?"Saat berada di rumah hantu, Claire sangat ketakutan sampai menangis. Kala ini, matanya masih basah karena air mata. Tampangnya sangat menyedihkan.Claire mengeluh, "Aku nggak mau main lagi."Javier tertawa dan menyeka air mata Claire, lalu berucap, "Ternyata kamu ada sisi penakutnya juga."Claire mendengus dan memalingkan wajahnya. Tatapan Claire tertuju pada bianglala yang berada tak jauh dari sana. Javier yang menyadarinya bertanya, "Kamu mau naik itu?"Claire mengangguk. Kemudian, Javier membawa Claire ke bagian bawah bianglala, lalu membayar tiketnya. Setelah itu, mereka berdua pun masuk ke kabin penumpang.Kabin penumpang bergerak ke atas dengan perlahan. Claire memandang ke luar dan tersenyum, dia berkomentar, "Kita pertama kali naik bianglala di Negara Shawana."Javier menatap Claire. Ketika bianglala bergerak makin tin
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam