Claire membenamkan wajahnya di bahu Javier, benar-benar memalukan! Javier meletakkan Claire di kursi, lalu bertanya sambil mendekati Claire, "Mau main apa lagi?"Saat berada di rumah hantu, Claire sangat ketakutan sampai menangis. Kala ini, matanya masih basah karena air mata. Tampangnya sangat menyedihkan.Claire mengeluh, "Aku nggak mau main lagi."Javier tertawa dan menyeka air mata Claire, lalu berucap, "Ternyata kamu ada sisi penakutnya juga."Claire mendengus dan memalingkan wajahnya. Tatapan Claire tertuju pada bianglala yang berada tak jauh dari sana. Javier yang menyadarinya bertanya, "Kamu mau naik itu?"Claire mengangguk. Kemudian, Javier membawa Claire ke bagian bawah bianglala, lalu membayar tiketnya. Setelah itu, mereka berdua pun masuk ke kabin penumpang.Kabin penumpang bergerak ke atas dengan perlahan. Claire memandang ke luar dan tersenyum, dia berkomentar, "Kita pertama kali naik bianglala di Negara Shawana."Javier menatap Claire. Ketika bianglala bergerak makin tin
Cherry menatap Candice sembari meledek, "Kamu cemburu, ya."Beberapa saat kemudian, Candice baru merespons. Dia mengambil bantal dan melemparkannya pada Cherry, lalu berseru, "Jangan memancing amarahku!"Cherry membungkuk untuk mengambil bantal, lalu meletakkannya kembali ke atas ranjang. Dia berkata, "Sudahlah, bagaimanapun juga Louis yang menyelamatkanmu. Lukamu nggak separah Louis. Kamu seharusnya pergi menjenguknya."Mendengar ini, Candice hanya diam. Sore hari, Candice menuju kamar rawat Louis. Setelah berdiri di depan pintu dan ragu untuk sejenak, dia akhirnya membuka pintu. Terlihat Louis yang sedang duduk di atas ranjang sambil membaca majalah. Pipinya masih diperban dan sudut bibirnya tampak memar.Setelah melihat Candice, Louis seketika menghentikan aktivitasnya. Dia langsung meletakkan majalahnya seraya bertanya, "Kenapa kamu kemari?"Candice berhenti di sebelah ranjang Louis. Dia seketika merasa gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia melipat kedua tangannya dengan gel
Ekspresi Candice menjadi masam, dia berucap dengan kesal, "Si ... siapa yang mengintipmu? Jangan mimpi! Lagi pula, memangnya ada yang menarik dari kamu?"Louis menggoda, "Siapa tahu kamu punya niat jahat kepadaku?"Candice menunjuk dirinya sendiri seraya bertanya, "Aku punya niat jahat kepadamu? Huh. Kalau memang begitu, sejak awal aku pasti ...."Louis mengangkat alis dan bertanya, "Pasti apa?"Candice berdeham dan menyahut, "Mau tahu saja!"Louis tidak berbicara. Melihat cairan infus yang hampir habis, dia menekan bel. Kemudian, suster berjalan masuk dan mengganti botol infus, lalu berkata dengan lembut, "Tuan, besok dan lusa kami akan menyuntikkan obat untuk meredakan peradangan."Louis mengangguk. Setelah suster keluar, Candice berdecak dan berkomentar, "Suster ini lembut sekali kepadamu. Kalau dia bisa begini juga kepadaku, mungkin aku akan cepat sembuh setelah disuntik beberapa kali." Candice sangat kesakitan setiap kali disuntik.Louis memandang Candice sembari bertanya, "Mau ta
Perasaan khawatir dan takut muncul di hati Javier, seolah-olah dia pernah merasakan hal yang sama dulu. Javier punya firasat buruk karena Claire tiba-tiba menghilang. Javier merogoh sakunya, dia baru sadar ternyata dia lupa membawa ponsel saat keluar.Cahya menyerahkan ponselnya kepada Javier dan berkata, "Coba kamu telepon dia."Javier juga tidak menolak bantuan Cahya. Pada saat-saat genting seperti ini, Javier tidak memedulikan hal lain lagi. Namun, Javier malah tidak bisa mengingat nomor telepon Claire.Javier memegang ponsel dengan erat dan berusaha mengingat nomor telepon Claire. Kenapa dia tidak bisa ingat? Tidak mungkin dia melupakan nomor telepon Claire.Cahya melihat gerakan Javier yang terhenti saat hendak memasukkan nomor telepon. Cahya langsung membuka daftar kontak dan berujar, "Ketik saja namanya."Raut wajah Javier menjadi muram. Namun, sekarang Javier tidak sempat menanyakan alasan Cahya mempunyai nomor telepon Claire. Javier langsung menelepon Claire.Akan tetapi, Clai
Ini adalah pertama kalinya Cahya memukul orang di depan Claire. Sementara itu, Claire juga baru pertama kali melihat Cahya begitu marah sampai-sampai tidak memedulikan citranya.Cahya berkata kepada Javier dengan ekspresi datar, "Tiga tahun yang lalu, saat kamu bilang di hadapan Claire bahwa kamu menyerahkan Claire kepadaku, aku sudah berniat memukulmu."Javier terdiam. Cahya maju dan mencengkeram kerah baju Javier, lalu membentak, "Kita tumbuh besar bersama, seharusnya kamu memahamiku. Kalau aku memang berniat merebut Claire darimu, aku pasti sudah turun tangan sejak awal. Apa aku akan memberimu kesempatan untuk bertindak?"Javier tetap tidak berbicara. Claire melepaskan kepalan tangannya, lalu menarik napas dalam-dalam dan berujar, "Tuan Cahya, kamu lepaskan dia dulu. Aku mau bicara dengannya."Cahya melepaskan tangannya, lalu mengambil topeng dan membersihkan pasir di tubuhnya. Setelah itu, Cahya baru pergi.Claire memandang Javier dengan sikap yang tenang dan menjelaskan, "Aku puny
Dessy terdiam sejenak, lalu berujar, "Oke, aku juga nggak bisa mengaturmu. Hanya ini yang mau aku bicarakan."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Cahya menyerahkan ponsel kepada Rina. Kemudian, Rina berkata seraya menatap Cahya, "Fergus itu sutradara yang sangat terkenal di dunia hiburan. Semua aktor atau aktris tenar pun menghormatinya. Kalau kamu menolaknya, takutnya dia ...."Cahya menyela, "Nggak masalah, nanti aku akan menjelaskan kepadanya. Lagi pula, waktu yang diberikan Keluarga Chaniago kepadaku nggak banyak lagi. Aku nggak mungkin terus mengandalkan pencapaianku di dunia hiburan untuk membujuk keluargaku."Jika ingin meninggalkan Keluarga Chaniago, Cahya harus mendapatkan pengakuan kakeknya. Bagaimanapun, Cahya harus berhasil berinvestasi pada proyek di Pulau Yanno.Di sisi lain, Claire melempar bantal dan selimut ke sofa dan berucap pada Javier, "Malam ini kamu tidur di sini."Selesai bicara, Claire langsung kembali ke kamar tidur dan menutup pintu tanpa menoleh sedikit pu
Rina yang duduk di samping Cahya sengaja mengalihkan pembicaraan untuk mencairkan suasana di ruangan, "Semalam kita belum sempat pergi ke pemandian air panas. Bagaimana kalau malam ini kita pergi?"Cahya menjepit sushi dengan sumpit ke piringnya, sedangkan Javier mengambil cangkir dan meminum teh. Sementara itu, Rina memandang Claire yang tenang dengan tatapan memelas. Claire melirik Javier dan Cahya sekilas, lalu berujar, "Javier, bagaimana dengan janjimu semalam?"Gerakan Javier yang sedang meminum teh terhenti. Dia meletakkan cangkir teh di atas meja dan menatap Cahya lekat-lekat. Cahya menyipitkan matanya.Setelah beberapa saat, Javier melontarkan satu kata dengan enggan, "Maaf."Cahya sama sekali tidak mendongak saat berucap, "Aku nggak dengar."Javier memegang cangkir teh dengan erat dan berkata dengan geram, "Aku bilang maaf, semalam aku memukulmu. Tapi, kamu sudah memukul balik, jadi kita impas."Cahya menatap Javier sembari menyahut, "Oh. Karena Tuan Javier sudah minta maaf, a
Chelsea tertawa saat melihat Candice yang bersikap waswas kepadanya. Chelsea berkata dengan lugas, "Nona Chelsea nggak perlu khawatir, aku nggak akan berbuat macam-macam kepadamu. Aku hanya ingin berbincang."Hujan masih belum reda. Suasana di dalam kamar menjadi hening sesaat. Candice menunduk saat berbicara, "Kamu pasti mau memintaku meninggalkan Louis, 'kan? Tenang saja. Asalkan pertunangan kita dibatalkan, aku nggak akan berebut denganmu."Daripada membiarkan orang lain bicara sembarangan, lebih baik Candice langsung membicarakannya sekarang. Chelsea mengamati Candice beberapa saat, lalu tertawa dan berujar, "Aku memang berpikiran seperti itu sebelum pulang dari luar negeri."Chelsea memandang ke luar jendela sambil melanjutkan ucapannya dengan ekspresi kecewa, "Aku sudah menemaninya selama 6 tahun. Aku pikir sekalipun Louis minta putus, aku tetap bisa kembali ke sisinya setelah pulang."Candice tertegun, lalu menatap Chelsea dengan kebingungan. Raut wajah Chelsea tampak kecewa dan
“Meskipun dia adalah anggota keluarga kerajaan, dia juga mesti dihukum kalau dia melakukan hal yang melanggar hukum. Kalau dia mengidap penyakit mental, seharusnya kalian mengutus lebih banyak orang lagi untuk mengawasinya. Jangan sampai dia bunuh diri di dalam sel. Nantinya reputasimu malah akan menjadi buruk.”Kepala penjara menunduk. “Benar apa kata Yang Mulia.”Silvia memasuki mobil. Mobil kerajaan melaju kencang.Satu minggu kemudian, Jules menyuruh pelayan untuk membersihkan Vila Laguna. Berhubung vila ini didirikan pada era 60-an, interior di dalam vila ini tergolong kuno.Kimin mengikuti Jules berjalan menuruni tangga. “Tuan Muda, aku sudah unggah lowongan pekerjaan itu. Sekarang sudah ada sepuluh orang yang melamar. Apa kamu ingin menyortirnya?”Jules duduk di sofa. “Coba aku lihat.”Kimin mengeluarkan tablet yang diambilnya. Di atasnya terdapat CV dari semua pelamar pekerja.Jules membaca CV dan keningnya seketika berkerut. “Semuanya anak muda?”Kimin sungguh tidak berdaya. “
Orang yang duduk di dalam ruangan memalingkan kepala melihat ke sisi Silvia. Silvia yang berpakaian rapi dan mewah itu sungguh tidak cocok dengan lingkungan di dalam penjara. Berbeda dengan Lidya, dia sedang mengenakan seragam tahanan. Dibandingkan dengan dulu, Lidya yang sekarang tidak kelihatan sombong lagi. Dia kelihatan bagai sudah kehilangan semangat hidupnya saja.“Adik kesayanganku. Aku sungguh gembira kamu masih mengingatku.” Silvia tersenyum, seolah-olah sedang mengenang masa lalu saja.Tatapan Lidya kelihatan muram. “Selamat! Setelah Ayah meninggal, kamu pun berhasil menjadi Ratu.” Lidya tidak memberi selamat dengan tulus.Silvia juga menganggap Lidya sedang memberi selamat untuknya saja. “Terima kasih.” Kepala penjara membawa kursi mempersilakan Silvia untuk duduk.Setelah Silvia duduk, dia berkata kepada kepala penjara dengan tersenyum, “Aku ingin ngobrol berdua sama dia.”Kepala penjara mengangguk. Dia memerintah anak buahnya untuk mundur. Setelah mereka menjauh, Silvia b
Akhirnya Lidya merespons. Dia memalingkan kepala untuk menatap Daniel dengan tatapan menyindir. “Apa kamu lupa? Sekarang wanita itu bisa memberimu kedudukan juga berkat aku?”Daniel tertegun.Lidya tersenyum sinis. “Ada darah keluarga kerajaan yang mengalir di dalam tubuhku. Siapa kamu? Kalau waktu itu aku tidak menikah sama kamu, apa mungkin kamu dan anak sialan itu akan dianugerahkan kedudukan? Hahaha.”Lidya tertawa histeris. Polisi langsung melihat ke dalam kamar.Daniel menurunkan kelopak matanya. “Apa kamu begitu membenci putri kandungmu?”Lidya langsung berdiri. Polisi khawatir dia akan menyerang anggota keluarganya. Mereka pun sudah siap siaga.“Apa aku bersedia untuk melahirkannya?” Lidya menjerit dengan mata merah. “Kamu yang mohon sama aku untuk melahirkannya. Anak perempuan itu tidak berguna. Dia bisa hidup sampai sekarang juga karena beruntung saja.”Raut wajah Daniel berubah tegang. “Putraku sudah mati. Dia dicelakai oleh anggota Keluarga Tanzil. Sekarang, suami dan putr
Nordin merasa bingung. “Terima kasih sama aku?”Dacia tersenyum. “Kalau bukan karena ucapanmu di atap waktu itu, aku nggak bakal kepikiran metode pembunuhan yang begitu sempurna.”Carly tersenyum, lalu menarik tangan Dacia. “Metode apa?”Baru saja Dacia ingin menjawab, suara dering ponsel memotong ucapannya. Dia mengeluarkan ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Jerremy.…Di sisi lain, di pusat penilaian forensik.Jules duduk di mobil baris belakang. Tatapannya tertuju pada pintu gedung pusat penilaian forensik. Tidak lama kemudian, Derrick berjalan ke sisi mobil, lalu mengetuk kaca jendelanya.Jendela mobil diturunkan secara perlahan. Derrick membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu berkata, “Hasil penilaian sudah keluar. Dia bukan menderita gangguan mental, tapi dia didiagnosis mengidap depresi berat.”Jules menyipitkan matanya. “Apa ada yang aneh?”“Tidak ada. Anggota di pusat penilaian forensik tidak pernah ikut campur dalam masalah di penjara. Hanya saja … selain diawasi oleh
”Mengenai bagaimana pelaku bisa menghindar dari kamera CCTV, dia hanya bisa melewati tangga darurat saja. Karena nggak ada kamera CCTV di sana. Dia bisa bersembunyi hingga keesokan paginya, hingga ada yang menyadari jenazah, kemudian berpura-pura menjadi pemilik apartemen. Dia turun dari salah satu lantai melalui jalur darurat dan meninggalkan tempat.”Asisten terlihat bingung, “Kenapa harus menunggu sampai pagi?”Lance berdiri dengan perlahan. “Karena siang hari adalah waktu semua penghuni beraktivitas keluar masuk rumah. Kalau dia pergi malam itu juga, justru akan menambah kecurigaan. Jadi, demi nggak menimbulkan kecurigaan, dia menunggu hingga pagi, lalu bersama penghuni lainnya keluar gedung di pagi hari.”Asisten pun merespons.Dacia tersenyum melihat ekspresi mereka yang terkejut dan tersenyum. “Tentu saja, setiap metode pembunuhan yang sempurna di dunia nyata pasti memiliki celah. Bagaimana menurut Tuan Lance, apa Tuan Lance menganggap metode pembunuhan ini masuk akal?”Lance me
Asisten merasa kaget. “Korban digantung di luar?”“Sebenarnya semua ini adalah inspirasi dari Tuan Muda Nordin. Di bagian luar atap terdapat satu anak tangga yang menonjol. Kalaupun ada kamera CCTV di atap, saat pelaku melompat, dia pun akan jatuh di anak tangga itu. Kalau seperti itu, pelaku tindak kriminal ini mesti dijalankan dua orang.”“Pembantu pelaku berada di balkon rumah korban untuk menarik pelaku yang meluncur turun dengan tali. Pembantu pelaku pasti adalah orang yang sangat dekat dengan korban. Dia bisa menggunakan alasan terlalu emosi ketika melihat orang yang dicintainya bunuh diri, lalu menghancurkan rekaman CCTV itu. Jadi, pelaku utama bisa melarikan diri dengan kesempatan itu.”Lance tersenyum dengan puas dan tertawa. “Bagus, memang lebih cocok kalau metode kejahatan yang dilakukan oleh dua orang.”Dacia menjentikkan jarinya. ”Jadi, berbeda kalau tindak kriminal hanya dilakukan oleh satu orang saja. Pelaku utama mengikat satu ujung tali di anak tangga bagian luar atap,
“Kebetulan nggak ada kamera CCTV di lantai atas. Di dalam rekaman kamera CCTV lift hanya terlihat pelaku yang menyamar sebagai korban. Setelah itu, nggak ada siapa pun yang tertangkap kamera lagi. Mengenai bagaimana pelaku menghindari kamera CCTV dan melarikan diri, atau korban sebenarnya didorong dari lantai atas atau bukan, aku rasa semua itu adalah teka-teki yang ingin diketahui oleh semua penonton,” kata Dacia.Asisten itu tersenyum lagi. “Biasanya untuk skenario seperti ini, pelaku pasti bekerja sama dengan seseorang. Pelaku utama menyamar sebagai korban dan pergi ke atap, sedangkan korban yang sebenarnya dilempar dari balkon rumahnya oleh kaki tangan pelaku. Tentu saja kaki tangan pelaku bisa jadi adalah suami atau pacar korban.”Dacia menggeleng. “Di dalam naskahku, Nona Mimosa tinggal sendiri.”Asisten tertegun sejenak, lalu melirik ke ujung. Terlihat Lance sedang memberi isyarat mata. Kemudian, dia baru bertanya, “Pelakunya satu orang saja? Jadi, pelaku sudah lebih dulu melem
Dacia tersadar dari lamunannya, lalu berdiri dengan perlahan. “Kalau begitu, aku akan datang lagi besok.”Resepsionis menatap bayangan punggung Dacia sembari menggeleng. Padahal wanita ini sudah ditolak dua kali, dia masih saja datang ke perusahaan. Sebenarnya, tidak peduli dia datang berapa kali, Sutradara Lance juga tidak akan menemuinya.Dacia berdiri di depan pintu. Ketika melihat mobil dan pejalan kaki yang hilir mudik di jalan raya, dia berusaha untuk menenangkan dirinya. Kemudian, dia segera menghalangi taksi untuk meninggalkan tempat.Carly sedang duduk di lapangan basket akademi. Ketika melihat Dacia sudah kembali, dia bergegas ke hadapan Dacia. “Bagaimana?”Dacia menggeleng.Sebenarnya Carly juga sudah menduganya. Dacia masih belum berhasil untuk menemuinya.Bukan hanya mahasiswa seperti mereka saja yang ditolak, bahkan selebritas papan atas yang pernah memenangkan penghargaan di ajang Goldwood juga belum pasti bisa mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan Lance.Dacia mena
Benn mengerti apa maksud ucapan Jerremy. Dia mengangkat gelas anggur, lalu menyesapnya dengan perlahan dan bertanya, “Apa kamu mencurigainya?”Jerremy tersenyum. “Dia menerima pukulan di saat mengetahui kabar penobatan. Apa mungkin aku tidak curiga?”Lidya telah mengetahui kabar kekuasaan jatuh ke tangan anggota Keluarga Tanzil. Apa mungkin dia akan merasa rela?Seorang wanita yang sudah kehilangan akal sehatnya bisa melakukan apa pun. Meskipun dia memiliki kesempatan untuk keluar dari penjara dan menerima pengobatan, apa dia benar-benar sedang fokus dalam pengobatannya atau dia sedang menyusun rencana selanjutnya? Siapa juga yang mengetahuinya?Benn menghela napas ringan. “Jerry, aturan di Negara Hyugana memang seperti itu. Seandainya narapidana mengidap penyakit mental, dia akan dibebaskan dari masa hukumannya untuk menerima pengobatan.”“Aku mengerti.” Tatapan Jerremy semakin serius. “Jadi, apa pun ceritanya, aku tidak boleh membiarkannya memiliki kesempatan itu.”Di sisi lain, di r