Rina yang duduk di samping Cahya sengaja mengalihkan pembicaraan untuk mencairkan suasana di ruangan, "Semalam kita belum sempat pergi ke pemandian air panas. Bagaimana kalau malam ini kita pergi?"Cahya menjepit sushi dengan sumpit ke piringnya, sedangkan Javier mengambil cangkir dan meminum teh. Sementara itu, Rina memandang Claire yang tenang dengan tatapan memelas. Claire melirik Javier dan Cahya sekilas, lalu berujar, "Javier, bagaimana dengan janjimu semalam?"Gerakan Javier yang sedang meminum teh terhenti. Dia meletakkan cangkir teh di atas meja dan menatap Cahya lekat-lekat. Cahya menyipitkan matanya.Setelah beberapa saat, Javier melontarkan satu kata dengan enggan, "Maaf."Cahya sama sekali tidak mendongak saat berucap, "Aku nggak dengar."Javier memegang cangkir teh dengan erat dan berkata dengan geram, "Aku bilang maaf, semalam aku memukulmu. Tapi, kamu sudah memukul balik, jadi kita impas."Cahya menatap Javier sembari menyahut, "Oh. Karena Tuan Javier sudah minta maaf, a
Chelsea tertawa saat melihat Candice yang bersikap waswas kepadanya. Chelsea berkata dengan lugas, "Nona Chelsea nggak perlu khawatir, aku nggak akan berbuat macam-macam kepadamu. Aku hanya ingin berbincang."Hujan masih belum reda. Suasana di dalam kamar menjadi hening sesaat. Candice menunduk saat berbicara, "Kamu pasti mau memintaku meninggalkan Louis, 'kan? Tenang saja. Asalkan pertunangan kita dibatalkan, aku nggak akan berebut denganmu."Daripada membiarkan orang lain bicara sembarangan, lebih baik Candice langsung membicarakannya sekarang. Chelsea mengamati Candice beberapa saat, lalu tertawa dan berujar, "Aku memang berpikiran seperti itu sebelum pulang dari luar negeri."Chelsea memandang ke luar jendela sambil melanjutkan ucapannya dengan ekspresi kecewa, "Aku sudah menemaninya selama 6 tahun. Aku pikir sekalipun Louis minta putus, aku tetap bisa kembali ke sisinya setelah pulang."Candice tertegun, lalu menatap Chelsea dengan kebingungan. Raut wajah Chelsea tampak kecewa dan
Candice ragu-ragu sesaat, lalu membuka pintu dan menatap Louis seraya menyahut, "Mau."....Di Pulau Yanno, Claire, Javier, Cahya, dan Rina duduk di mobil sambil menikmati pemandangan di sekitar pulau. Kedua sisi jalan dipenuhi dengan pohon sakura yang berdampingan dengan laut. Ketika mobil memasuki terowongan bawah laut, mereka bisa menikmati pemandangan yang berbeda dari platform observasi.Tempat parkir di platform observasi dipenuhi dengan mobil turis. Banyak turis berdiri di platform observasi untuk menikmati pemandangan biota laut. Mobil Claire dan lainnya berhenti di tempat parkir, lalu Claire dan Nina berjalan menuju platform observasi.Terowongan bawah laut di Pulau Yanno merupakan proyek paling hebat di Negara Makronesia. Ini satu-satunya terowongan yang memungkinkan para pendatang untuk menikmati pemandangan laut. Selain itu, terowongan ini terdiri dari 2 tingkat. Tingkat atas dibuat untuk lintasan kereta api dan tingkat bawah dijadikan jalan bebas hambatan untuk dilalui mob
Claire sudah mengetahuinya sejak awal. Entah kenapa Javier tidak suka dengan Cahya. Claire berujar, "Jelas-jelas kamu yang selalu mencari masalah, tapi kamu malah menyalahkan orang ...."Javier mencium Claire untuk membuatnya diam. Claire menggunakan topi untuk menutupi wajah mereka berdua karena takut dilihat orang. Javier tersenyum puas, dia membenamkan wajahnya di leher Claire dan bersungut-sungut, "Claire, kapan kita baru bisa berduaan? Aku tidak mau membawa 2 pengganggu lagi. Selain itu ...."Claire mengangkat alis dan bertanya, "Apa?"Javier mengeluh, "Kamu juga tidak membolehkan aku tidur denganmu waktu malam."Javier bermanja-manja dengan Claire sehingga membuat Claire gugup. Claire mengamati sekeliling, lalu mendorong Javier dan mengingatkan, "Jangan macam-macam, banyak orang di sini."Javier tersenyum dan menimpali, "Bagaimana kalau waktu sepi?"Wajah Claire memerah dan dia membentak, "Jangan keterlaluan!"Javier berkata dengan tegas, "Aku tidak peduli."Saat pandangan semua
Javier yang tampak seksi memerangkap Claire sehingga Claire tidak bisa kabur lagi.....Javier menggendong Claire kembali ke kamar. Claire bersandar di pelukan Javier dan rambut Claire yang basah menempel di lehernya. Wajah Claire yang memerah tampak menawan.Javier meletakkan Claire di sofa. Kemudian, Claire menendang Javier, lalu berpindah ke sisi lain dan berbaring di tempat itu.Javier mengambil handuk di kamar mandi, lalu duduk di sofa sambil menyeka rambut Claire. Javier tertawa dan bertanya, "Kamu marah lagi, ya?"Claire mendengus dan mengabaikan Javier. Sementara itu, Javier menyeka rambut Claire dengan sabar dan berujar, "Siapa suruh kamu mengelabuiku?"Claire berbalik, lalu menopang kepalanya dan memandang Javier seraya membentak, "Jadi, ini salahku?"Javier tertawa dan menyahut, "Bukan."Claire berbaring di kaki Javier, sedangkan Javier membelai rambut Claire yang setengah basah. Javier tersenyum dan berkomentar, "Rambutmu sangat bagus."Claire menatap Javier dan menimpali,
Rina duduk di hadapan Claire dan berkata, "Maaf sudah merepotkanmu, Nyonya Claire.""Nggak apa-apa." Claire tersenyum sembari melanjutkan, "Nggak repot sama sekali. Aku justru datang karena ingin meminta bantuanmu."Rina bertanya dengan bingung, "Bantuan apa yang Nyonya ingin aku lakukan?"Claire tersenyum dan menjawab, "Tentu saja berpura-pura pacaran."Mendengar ini, Rina sontak terbelalak. "Kamu jangan salah paham. Maksudku adalah Cahya dan Javier berteman sejak kecil. Nggak ada salahnya kalau kita memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat hubungan mereka makin erat." Claire menambahkan, "Beberapa hari ini, kamu juga sudah melihat interaksi mereka berdua. Mereka memang terlihat berselisih, tapi aku merasa hubungan mereka sebenarnya baik-baik saja."Rina tentu saja bisa melihat dengan jelas. Dia sudah mengikuti Cahya untuk waktu yang lama. Meskipun memiliki banyak kenalan di dunia hiburan, Cahya hanya memiliki sedikit teman dekat. Rina tahu bahwa Cahya dan Javier sudah kenal lama. M
Claire menopang dagu dengan tangannya sembari bertanya, "Mungkin dia bukan meneleponmu untuk urusan kantor?"Javier mendongak untuk melihat istrinya sejenak. Belum lama yang lalu, telepon dari Roger telah terputus. Namun, pria itu malah lagi-lagi menelepon. Kali ini, Javier memutuskan untuk mengangkat teleponnya, lalu bertanya, "Ada apa?"Begitu telepon tersambung, Roger langsung berkata, "Tuan Javier, kenapa kamu baru mengangkat teleponku? Aku sudah diteror media secara gila-gilaan!"Mendengar ini, Javier agak memicingkan matanya sambil bertanya, "Untuk apa mereka mencarimu?""Bukannya kamu mengajak Tuan Cahya bekerja sama dalam proyek investasi Pulau Yanno? Para wartawan itu meneleponku demi menanyakan hal ini." Usai berkata demikian, Roger kembali bergumam, "Tapi, bukannya kamu lagi berbulan madu sekarang? Kenapa malah sibuk dengan proyek investasi? Apa kamu ingin membuat hotel pemandian air panas?"Begitu mendengar penjelasannya, Javier tampak mengernyit. Kemudian, dia tiba-tiba me
Cahya dan Javier memang berteman. Kini, perihal kerja sama proyek investasi antara keduanya di Pulau Yanno telah terungkap di internet. Hal ini pun makin memvalidasi hubungan dekat mereka.Tindakan Cahya yang menolak tawaran pekerjaan demi membantu teman akan sangat mudah mendapatkan dukungan dari para penggemar. Selain itu, berita negatif juga tidak bisa menyerangnya begitu saja.Pihak yang batal bekerja sama dengan Cahya mungkin akan merasa kesal. Namun, mengingat kedudukan Javier di dunia bisnis, termasuk kekuatan finansial Grup Angkasa yang tidak bisa diremehkan, kalaupun mereka berani bergosip secara diam-diam, tetapi siapa yang akan berani mempermasalahkannya?Setelah berdiri di depan jendela dan merenung sejenak, Cahya pun kembali ke mejanya untuk meminum kopi, lalu berucap, "Dari apa yang kutahu, Javier bukan tipe orang yang akan secara tiba-tiba mengulurkan tangan tanpa diminta."Mendengar ini, Rina sontak menunduk sambil menjelaskan, "Maaf, Kak Cahya. Sebenarnya, Nyonya Clair
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam