Rina duduk di hadapan Claire dan berkata, "Maaf sudah merepotkanmu, Nyonya Claire.""Nggak apa-apa." Claire tersenyum sembari melanjutkan, "Nggak repot sama sekali. Aku justru datang karena ingin meminta bantuanmu."Rina bertanya dengan bingung, "Bantuan apa yang Nyonya ingin aku lakukan?"Claire tersenyum dan menjawab, "Tentu saja berpura-pura pacaran."Mendengar ini, Rina sontak terbelalak. "Kamu jangan salah paham. Maksudku adalah Cahya dan Javier berteman sejak kecil. Nggak ada salahnya kalau kita memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat hubungan mereka makin erat." Claire menambahkan, "Beberapa hari ini, kamu juga sudah melihat interaksi mereka berdua. Mereka memang terlihat berselisih, tapi aku merasa hubungan mereka sebenarnya baik-baik saja."Rina tentu saja bisa melihat dengan jelas. Dia sudah mengikuti Cahya untuk waktu yang lama. Meskipun memiliki banyak kenalan di dunia hiburan, Cahya hanya memiliki sedikit teman dekat. Rina tahu bahwa Cahya dan Javier sudah kenal lama. M
Claire menopang dagu dengan tangannya sembari bertanya, "Mungkin dia bukan meneleponmu untuk urusan kantor?"Javier mendongak untuk melihat istrinya sejenak. Belum lama yang lalu, telepon dari Roger telah terputus. Namun, pria itu malah lagi-lagi menelepon. Kali ini, Javier memutuskan untuk mengangkat teleponnya, lalu bertanya, "Ada apa?"Begitu telepon tersambung, Roger langsung berkata, "Tuan Javier, kenapa kamu baru mengangkat teleponku? Aku sudah diteror media secara gila-gilaan!"Mendengar ini, Javier agak memicingkan matanya sambil bertanya, "Untuk apa mereka mencarimu?""Bukannya kamu mengajak Tuan Cahya bekerja sama dalam proyek investasi Pulau Yanno? Para wartawan itu meneleponku demi menanyakan hal ini." Usai berkata demikian, Roger kembali bergumam, "Tapi, bukannya kamu lagi berbulan madu sekarang? Kenapa malah sibuk dengan proyek investasi? Apa kamu ingin membuat hotel pemandian air panas?"Begitu mendengar penjelasannya, Javier tampak mengernyit. Kemudian, dia tiba-tiba me
Cahya dan Javier memang berteman. Kini, perihal kerja sama proyek investasi antara keduanya di Pulau Yanno telah terungkap di internet. Hal ini pun makin memvalidasi hubungan dekat mereka.Tindakan Cahya yang menolak tawaran pekerjaan demi membantu teman akan sangat mudah mendapatkan dukungan dari para penggemar. Selain itu, berita negatif juga tidak bisa menyerangnya begitu saja.Pihak yang batal bekerja sama dengan Cahya mungkin akan merasa kesal. Namun, mengingat kedudukan Javier di dunia bisnis, termasuk kekuatan finansial Grup Angkasa yang tidak bisa diremehkan, kalaupun mereka berani bergosip secara diam-diam, tetapi siapa yang akan berani mempermasalahkannya?Setelah berdiri di depan jendela dan merenung sejenak, Cahya pun kembali ke mejanya untuk meminum kopi, lalu berucap, "Dari apa yang kutahu, Javier bukan tipe orang yang akan secara tiba-tiba mengulurkan tangan tanpa diminta."Mendengar ini, Rina sontak menunduk sambil menjelaskan, "Maaf, Kak Cahya. Sebenarnya, Nyonya Clair
George yang sopan pun menjabat tangan Louis, lalu menyebutkan namanya, "George."Louis segera berkata, "Ternyata kamu adalah George."George tampak memicingkan mata sembari bertanya, "Apa kamu mengenalku?"Sementara itu, Candice yang kebingungan pun mendekati Louis untuk bertanya, "Kenapa kamu bisa tahu George?"Louis menatapnya dan menjawab dengan jujur, "Dari foto itu."Setelah tertegun sejenak, Candice baru tersadar kembali dan segera bertanya, "Apa? Ayahku mengirim foto itu kepadamu?"Mendengar ini, Louis pun berkata sambil tersenyum, "Dia hanya mengirimkan foto tunanganku. Apa ada yang salah?""Kamu ...." Candice sontak tidak bisa berkata-kata.George hanya diam dan menyaksikan interaksi mereka sejenak. Beberapa saat kemudian, dia berpamitan seraya tersenyum, "Aku jenguk nenekku dulu, ya."Begitu mendengar perkataannya, Candice langsung mengabaikan Louis, lalu menatap George sambil bertanya, "Nenekmu dirawat inap?" Hal ini membuat raut wajah Louis menjadi suram.Sementara itu, Geo
Louis memegang bahu Candice, lalu bertanya, "Kamu tidak percaya diri, ya?"Candice mendorongnya perlahan sembari menjawab, "Aku benar-benar nggak bisa ...."Saat ini, pria tua itu tiba-tiba berdiri sambil berucap, "Bagaimana kalau kamu coba memainkannya?"Candice sangat terkejut mendengarnya. Dia sontak melambaikan tangan dan menolak, "Kakek, aku ...."Akan tetapi, pria tua itu malah berkata sembari tersenyum ramah, "Nggak apa-apa, dicoba saja. Kalau mainnya jelek, aku juga nggak akan menyalahkanmu."Segera setelah itu, Louis pun mendorong Candice ke depan. Wanita itu menoleh untuk melihatnya, lalu mengambil tehyan dari tangan si pria tua. Candice sudah sangat lama tidak menyentuh alat musik. Begitu memegangnya lagi, dia amat terkejut dan kembali merasakan apa yang sudah lama tidak dirasakannya.Kemudian, Candice duduk di tempat pria tua itu tadi. Kini, orang-orang yang sedang berjalan di taman menatap ke arahnya. Usai menenangkan pikiran, Candice mulai menarik senarnya. Mungkin karena
Saat ini, Candice tampak mencubit pipinya sendiri, lalu memandang Louis sambil bertanya, "Ini bukan mimpi, 'kan? Kakek yang tadi, dia ternyata adalah ... idolaku!"Louis pun bantu mencubitnya sembari bertanya, "Sakit, 'kan?"Candice tampak mengangguk seraya menjawab, "Sakit!"Sementara itu, Louis yang mencubitnya malah enggan melepaskan tangannya. Kemudian, dia segera melanjutkan, "Baguslah kalau sakit. Kamu cukup beruntung bisa bertemu dengannya."Candice hanya menatapnya. Setelah sekian lama, dia baru sadar dan menepis tangan pria itu sembari bertanya, "Kamu pasti sengaja, 'kan?"Namun, Louis malah mengangkat alis seraya berbalik bertanya, "Sengaja apa?"Segera setelah itu, Candice menunjuknya dan kembali bertanya, "Kamu itu guru di Akademi Musik Royal. Sejak awal, kamu sudah tahu bahwa dia adalah Senior Johan, 'kan?"Louis segera menepis jari wanita itu, lalu menjelaskan dengan serius, "Memangnya kenapa kalau aku tahu? Bukan berarti aku yang sengaja mempertemukan kalian. Apalagi, ka
Rina sontak tidak bisa berkata apa-apa. Kenapa dia merasa agak prihatin dengan Javier? Sementara itu, Javier dan Cahya kembali ke dalam mobil dengan ekspresi suram. Melihat keadaan ini, Rina pun bertanya, "Kenapa? Apa kalian nggak mencapai kesepakatan?"Javier segera mencibir, lalu menatap Cahya sekilas sebelum berkata, "Ada orang bodoh yang tidak cocok berbisnis. Kalau bukan karena aku, dia pasti sudah dibodohi orang lain." Sementara itu, Cahya menoleh ke arahnya sambil membalas, "Aku rela dibodohi. Memangnya apa hubungannya denganmu?"Javier tampak melipat kedua tangannya, lalu berkata, "Benar juga. Lagi pula, itu bukan uangku."Segera setelah itu, Cahya langsung menginjak pedal gas dan beranjak pergi. Begitu kembali ke hotel, Cahya memberikan kunci mobil kepada Rina dan langsung kembali ke kamarnya tanpa berbasa-basi. Sementara itu, Rina menoleh ke arah Claire sambil berucap, "Nyonya Claire, aku akan menyusul Kak Cahya dulu."Claire pun mengangguk. Javier yang berada di sisinya so
Rina mengangguk sambil menjawab, "Untungnya ada Tuan Javier. Kak Cahya selalu berkecimpung di industri hiburan, jadi dia nggak tahu apa-apa tentang industri bisnis. Kemarin, kalau bukan Tuan Javier, Kak Cahya benar-benar akan dibodohi.""Pihak lain meminta Kak Cahya untuk berinvestasi sebanyak 100 miliar dan kontraknya sebenarnya sangat jelas, tapi dia bilang nggak akan ada keuntungan di tahap awal," jelas Rina.Claire meminum jusnya, lalu menjelaskan dengan santai, "Pengembangan industri hotel pemandian air panas di Pulau Yanno memang sangat bagus dan menarik banyak pebisnis dari luar daerah untuk berinvestasi. Tapi, mereka juga menentukan target.""Bagaimanapun, ini adalah investasi besar. Pebisnis yang berpengalaman akan sangat berhati-hati. Sementara itu, Cahya jarang terlibat dalam industri bisnis. Mereka seharusnya menargetkannya karena ini," timpal Claire.Ketika pihak lain berani mengajukan permintaan agar Cahya menyuntikkan dana sebesar 100 miliar sebagai investor, itu artinya
Di sisi lain, Nordin membawa sedikit camilan dan minuman kepada mereka. Carly mengambilnya, lalu mendekati Dacia. “Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan tatapan ibunya Nordin ketika melihatmu tadi?”Tatapan itu adalah tatapan tidak suka. Hanya saja, Carly tidak memberi tahu Dacia secara langsung. Dia tidak ingin Dacia berpikir kebanyakan.Dacia tersenyum. Sebenarnya dia mengerti. “Mungkin karena dia kenal dengan ibuku. Dulu ibuku bergaul dengan lingkungan pertemanannya.”Seandainya Ginnie mengenali Dacia, Ginnie pasti tidak menyukainya.Carly menghibur Dacia, “Apa pun yang ibumu lakukan, semuanya nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan.”“Terima kasih.”“Kenapa kamu sungkan banget, sih? Kita itu teman.”Saat mereka sedang mengobrol, Nordin mendekati mereka. Dia bertanya apakah mereka ingin pergi berdansa. Dacia menarik Carly. “Kamu pergi sana. Aku nggak mau dansa.”Carly menatapnya. “Tapi, aku juga nggak mungkin tinggalin kamu seorang diri.”Dacia tersenyu
Lance tertawa lantang. “Aku menyadari kamu cukup berbakat. Pantas saja Diago mengutusmu untuk mencariku.”“Paman.” Nordin berjalan keluar ruangan. Kebetulan dia melihat Dacia dan Carly sedang bersama pamannya. Lance langsung menjewer telinga Nordin. Nordin menjerit kesakitan, “Paman, yang pelan, telingaku sakit.”“Dasar bocah! Daripada diberi usulan dari kamu, lebih baik kamu biarkan dia berpikir sendiri saja.”Setelah Lance melepaskan tangannya, Nordin mengusap telinganya sembari tersenyum. “Bukannya aku belajar darimu?”Usai berbicara, Nordin melanjutkan omongannya, “Aku sudah baca naskah Dacia. Isinya memang bagus. Gimana kalau kamu baca sendiri?”Ketika Dacia melihat Nordin begitu buru-buru mempromosikan naskahnya, dia pun tersenyum tidak berdaya. “Sepertinya hari ini sikonnya nggak cocok. Kalian lagi ada acara, ‘kan?”“Emm ….” Lance merokok, lalu berjalan memasuki aula. Dia hanya meninggalkan kalimat singkat saja. “Nanti perlihatkan kepadaku. Aku mesti puas dengan isinya.”Nordin
Ginnie merasa tidak berdaya. Dia tahu putranya memiliki hobi yang sama dengan pamannya, sama-sama menyukai sesuatu yang berbau detektif. Namun, kelak dia mesti meneruskan bisnis keluarga, tidak mungkin mengikuti langkah pamannya.“Aku tidak peduli dengan hobimu. Tapi malam ini kedatangan teman-teman ayahmu. Kamu mesti beri muka kepada ayahmu. Kamu mesti banyak belajar dari para senior. Setelah kamu tamat kuliah nanti, kamu mesti ambil alih perusahaan keluarga.”Nordin melambaikan tangannya tanda dirinya merasa tidak sabar. “Iya, aku tahu.”Ginnie menghela napas, lalu berjalan ke sisi suaminya. Kepala Keluarga Nars, Ritchie Nars, menyadari kerutan di wajah Ginnie, dia pun meletakkan gelas anggur, lalu bertanya, “Ada apa?”“Nordin hampir kena pengaruh adikmu. Aku khawatir dia akan mengikuti langkah adikmu untuk menjadi sutradara.”Ritchie tertawa. “Memangnya ada yang salah untuk menjadi sutradara. Coba kamu lihat Lance, bukannya dia cukup sukses di dunia perfilman?”“Keluarga kalian puny
Jules menutup mulutnya. “Cukup.”Jika dilanjutkan lagi, rumah ini benar-benar menjadi kebun binatang.Jules sungguh tidak berdaya. “Nanti kamu masih harus membesarkan anak. Jadi, bagaimana denganku? Apa kamu berencana untuk mengabaikanku?”Jessie melingkari leher Jules sembari tersenyum padanya. “Mana mungkin aku akan mengabaikan Kak Jules-ku?”Jules menyentil pelan hidung si wanita, lalu menggendongnya. “Aku juga tidak tahu apa yang sudah kamu rencanakan?”Jessie tertawa. “Belakangan ini anak kita selalu tendang aku.”“Kalau begitu, setelah dia keluar nanti, aku pukul bokongnya?”“Bagaimana kalau anak kita itu anak perempuan yang kamu suka, apa kamu nggak akan manjain aku lagi?”Jules langsung membawa Jessie ke kamar, lalu menurunkannya di atas ranjang. “Kalau dua-duanya anak laki-laki, kami bertiga akan memanjakanmu. Kalau dua-duanya anak perempuan, aku akan memanjakan kalian bertiga.”Terlukis senyuman di wajah Jessie.Di sisi lain, di akademi perfilman.Dacia menyerahkan naskah yan
“Meskipun dia adalah anggota keluarga kerajaan, dia juga mesti dihukum kalau dia melakukan hal yang melanggar hukum. Kalau dia mengidap penyakit mental, seharusnya kalian mengutus lebih banyak orang lagi untuk mengawasinya. Jangan sampai dia bunuh diri di dalam sel. Nantinya reputasimu malah akan menjadi buruk.”Kepala penjara menunduk. “Benar apa kata Yang Mulia.”Silvia memasuki mobil. Mobil kerajaan melaju kencang.Satu minggu kemudian, Jules menyuruh pelayan untuk membersihkan Vila Laguna. Berhubung vila ini didirikan pada era 60-an, interior di dalam vila ini tergolong kuno.Kimin mengikuti Jules berjalan menuruni tangga. “Tuan Muda, aku sudah unggah lowongan pekerjaan itu. Sekarang sudah ada sepuluh orang yang melamar. Apa kamu ingin menyortirnya?”Jules duduk di sofa. “Coba aku lihat.”Kimin mengeluarkan tablet yang diambilnya. Di atasnya terdapat CV dari semua pelamar pekerja.Jules membaca CV dan keningnya seketika berkerut. “Semuanya anak muda?”Kimin sungguh tidak berdaya. “
Orang yang duduk di dalam ruangan memalingkan kepala melihat ke sisi Silvia. Silvia yang berpakaian rapi dan mewah itu sungguh tidak cocok dengan lingkungan di dalam penjara. Berbeda dengan Lidya, dia sedang mengenakan seragam tahanan. Dibandingkan dengan dulu, Lidya yang sekarang tidak kelihatan sombong lagi. Dia kelihatan bagai sudah kehilangan semangat hidupnya saja.“Adik kesayanganku. Aku sungguh gembira kamu masih mengingatku.” Silvia tersenyum, seolah-olah sedang mengenang masa lalu saja.Tatapan Lidya kelihatan muram. “Selamat! Setelah Ayah meninggal, kamu pun berhasil menjadi Ratu.” Lidya tidak memberi selamat dengan tulus.Silvia juga menganggap Lidya sedang memberi selamat untuknya saja. “Terima kasih.” Kepala penjara membawa kursi mempersilakan Silvia untuk duduk.Setelah Silvia duduk, dia berkata kepada kepala penjara dengan tersenyum, “Aku ingin ngobrol berdua sama dia.”Kepala penjara mengangguk. Dia memerintah anak buahnya untuk mundur. Setelah mereka menjauh, Silvia b
Akhirnya Lidya merespons. Dia memalingkan kepala untuk menatap Daniel dengan tatapan menyindir. “Apa kamu lupa? Sekarang wanita itu bisa memberimu kedudukan juga berkat aku?”Daniel tertegun.Lidya tersenyum sinis. “Ada darah keluarga kerajaan yang mengalir di dalam tubuhku. Siapa kamu? Kalau waktu itu aku tidak menikah sama kamu, apa mungkin kamu dan anak sialan itu akan dianugerahkan kedudukan? Hahaha.”Lidya tertawa histeris. Polisi langsung melihat ke dalam kamar.Daniel menurunkan kelopak matanya. “Apa kamu begitu membenci putri kandungmu?”Lidya langsung berdiri. Polisi khawatir dia akan menyerang anggota keluarganya. Mereka pun sudah siap siaga.“Apa aku bersedia untuk melahirkannya?” Lidya menjerit dengan mata merah. “Kamu yang mohon sama aku untuk melahirkannya. Anak perempuan itu tidak berguna. Dia bisa hidup sampai sekarang juga karena beruntung saja.”Raut wajah Daniel berubah tegang. “Putraku sudah mati. Dia dicelakai oleh anggota Keluarga Tanzil. Sekarang, suami dan putr
Nordin merasa bingung. “Terima kasih sama aku?”Dacia tersenyum. “Kalau bukan karena ucapanmu di atap waktu itu, aku nggak bakal kepikiran metode pembunuhan yang begitu sempurna.”Carly tersenyum, lalu menarik tangan Dacia. “Metode apa?”Baru saja Dacia ingin menjawab, suara dering ponsel memotong ucapannya. Dia mengeluarkan ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Jerremy.…Di sisi lain, di pusat penilaian forensik.Jules duduk di mobil baris belakang. Tatapannya tertuju pada pintu gedung pusat penilaian forensik. Tidak lama kemudian, Derrick berjalan ke sisi mobil, lalu mengetuk kaca jendelanya.Jendela mobil diturunkan secara perlahan. Derrick membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu berkata, “Hasil penilaian sudah keluar. Dia bukan menderita gangguan mental, tapi dia didiagnosis mengidap depresi berat.”Jules menyipitkan matanya. “Apa ada yang aneh?”“Tidak ada. Anggota di pusat penilaian forensik tidak pernah ikut campur dalam masalah di penjara. Hanya saja … selain diawasi oleh
”Mengenai bagaimana pelaku bisa menghindar dari kamera CCTV, dia hanya bisa melewati tangga darurat saja. Karena nggak ada kamera CCTV di sana. Dia bisa bersembunyi hingga keesokan paginya, hingga ada yang menyadari jenazah, kemudian berpura-pura menjadi pemilik apartemen. Dia turun dari salah satu lantai melalui jalur darurat dan meninggalkan tempat.”Asisten terlihat bingung, “Kenapa harus menunggu sampai pagi?”Lance berdiri dengan perlahan. “Karena siang hari adalah waktu semua penghuni beraktivitas keluar masuk rumah. Kalau dia pergi malam itu juga, justru akan menambah kecurigaan. Jadi, demi nggak menimbulkan kecurigaan, dia menunggu hingga pagi, lalu bersama penghuni lainnya keluar gedung di pagi hari.”Asisten pun merespons.Dacia tersenyum melihat ekspresi mereka yang terkejut dan tersenyum. “Tentu saja, setiap metode pembunuhan yang sempurna di dunia nyata pasti memiliki celah. Bagaimana menurut Tuan Lance, apa Tuan Lance menganggap metode pembunuhan ini masuk akal?”Lance me